Apa Kita Terjangkit Penyakit Sombong?

Lawan rendah hati adalah sifat sombong. Tentang kesombongan, ditegaskan oleh Allah SWT dalam sebuah hadits qudsi :


أَلْكِبْرِيَاءُ رِدَائِ، وَالْعَظَمَةُ ِإزَاِريْ، فَمَنْ نَازَعَنِيْ ِفيْهِمَا قَََصَمْـتُهُ وَلاَ أُبَالِيْ

Kesombongan adalah selendang-Ku, keagungan adalah sarung-Ku. Siapa melepaskan kedua pakaian itu dari-Ku, maka Aku akan membinasakannya dan tidak akan Aku berikan rahmat kepadanya. (HR Muslim)

Syaikh az-Zarnuji memberi nasihat kepada kita agar menjauhi sifat sombong dalam sebuah syair yang tercantum dalam kitab karya beliau, yaitu “Ta‘lîm al-Muta‘allim” :


وَالْكِبْرِيَاءُ لِرَبِّـنَا صِـفَةٌ بِهِ * مَخْصُوْصَةٌ فَتَجَـنَّبْـنَهَا وَاتَّقِى

Kesombongan adalah satu sifat yang dimiliki Tuhan kita
Maka jauhilah sifat itu dan takutlah ( jagalah) dirimu

Mengapa terkadang bahkan seringkali kita sombong? Kenapa setan berhasil menanamkan sifat itu pada diri kita? Biasanya kita akan menyombongkan diri karena kelebihan yang kita miliki. Namun, adakalanya kita bersikap sombong justru untuk menutupi kekurangan kita. Banyak orang berkata,

“Sudah miskin, sombong pula.”
“Tak punya ilmu tapi lagaknya seperti ahli hadits.”
“Air beriak tanda tak dalam.”
“Tong kosong memang berbunyi nyaring.”

Banyak lagi ungkapan yang menunjukkan kesombongan. Kesombongan sebenarnya tak mempunyai kelebihan sedikit pun. Satu-satunya kelebihan yang dimiliki hanyalah sifat sombong itu sendiri. Dan, sungguh, itu sebuah kerugian.

Berikut ini penulis uraikan hal-hal yang bisa membuat diri kita menjadi sombong. Dengan mengetahuinya, maka kita bisa memohon kepada Allah agar terhindar dari sifat ini. Semoga Allah menjauhkan diri kita dari sifat sombong dan memelihara kita dengan sifat tawadhu‘, amin.

a. Harta

Harta bisa menjadikan diri kita merasa bangga yang berlebihan terhadap diri sendiri. Harta juga yang membuat kita pamer kepada orang lain, khususnya kepada orang yang tidak sekaya kita, apalagi terhadap orang-orang miskin.

Mungkin kita akan berkata, “Saya berhak sombong karena harta saya melimpah-ruah. Kekayaan saya dimakan 7 (tujuh) turunan juga tidak akan habis. Mulai dari anak, putu (bahasa Jawa, artinya cucu), buyut (cicit), canggah (ciut), wareng (piut), udeg-udeg (miut) dan gantung siwur (keturunan ketujuh).”

Dalam Al-Qur’an al-Karim, Allah membuat perumpamaan orang sombong karena kekayaan kebun yang dimiliki.

Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.

Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikit pun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,

dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.”
(QS al-Kahfi [18] : 32-34)


Pertanyaannya adalah, “Apakah kita memang berhak sombong karena harta segunung?”

Ada sebuah kisah yang akan mengingatkan kita bahwa harta kekayaan yang kita miliki nilainya sangat sedikit. Pada suatu malam Khalifah Harun ar-Rasyid sedang gelisah, kemudian beliau meminta pengawalnya untuk mengundang seorang ulama ahli hikmah. Sesampai di istana, ulama tersebut disuguhi hidangan dan minuman air putih. Singkat cerita, terjadilah percakapan antara khalifah dengan sang ulama. Harun berkata,

“Kyai, saat ini saya sedang gelisah. Mohon nasihat dari Kyai agar pikiran saya tenang, hati pun tidak resah. Saya ingin mengaji.”

“Baginda, sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas jamuan ini. Kalau boleh, saya ingin bertanya,” kata sang ulama.

“Silakan, Kyai.”

“Begini, Baginda. Harga segelas air putih ini berapa ya?”

“Saya kira mau bertanya apa, Kyai. Harga segelas air putih itu murah sekali, hanya beberapa dirham. Kalau Kyai mau, nanti saya kirim berbotol-botol ke rumah Kyai. Bila perlu, sebanyak air di kolam istana.”

Sang ulama tersenyum tulus mendengar tawaran Harun ar-Rasyid. Baginya, senyum adalah ibadah, sebagaimana dicontohkan sang teladan mulia, Nabi Muhammad saw. Selanjutnya, ulama itu pun menjawab,

“Terima kasih atas kemurahan hati, Baginda. Kalau diperkenankan saya ingin bertanya lagi. Apakah Baginda percaya bahwa Allah Maha Kuasa?”

“Tentu, Kyai, Tentu… Saya umat Rasulullah saw. Termasuk kufur seandainya saya tidak percaya bahwa Allah Maha Kuasa,” sahut Harun segera. Ia kaget sekali ditanya seperti itu. Dalam pikirannya, ia bertanya-tanya apakah sang ulama meragukan keimanan dan keislamannya?

“Begini, Baginda. Sebagaimana keyakinan kita bersama, Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Misalnya saja Allah menjadikan musim ini musim kemarau yang sangat panjang, sehingga kerajaan ini dan kerajaan-kerajaan yang lain kekeringan—hanya tersisa satu gelas air ini saja yang bisa diminum. Kira-kira, Baginda mau membeli segelas air ini dengan harga berapa?” lanjut sang ulama.

Suasana hening sejenak. Harun ar-Rasyid mengerutkan keningnya untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan sang ulama—pertanyaan yang baginya sungguh aneh. Namun, dia percaya tidak mungkin sang ulama akan sembarangan bertanya, pasti ada hikmah di balik itu semua. Lalu sang Khalifah pun menjawab dengan mantap,

“Kyai, kalau memang itu yang dikehendaki Allah, dan Allah Maha Kuasa untuk melakukan itu semua; maka berdasarkan fiqh bahwa mempertahankan hidup hukumnya wajib, saya akan membeli segelas air putih itu dengan seluruh kerajaan saya beserta isinya. Harta bisa dicari Kyai, asalkan kita masih hidup.”

Sang ulama mengangguk pelan tanpa suara, menunjukkan dia benar-benar mengerti bahwa Harun bersungguh-sungguh dengan jawabannya. Dengan suara yang begitu tenang dan lembut, sang ulama melanjutkan nasihatnya,

“Begitu ya, Baginda. Kalau memang itu yang akan Baginda lakukan; maka ingatlah, ternyata seluruh harta kekayaan Baginda—kerajaaan beserta isinya—hanya seharga segelas air putih ini. Betapa Allah Maha Kaya, sedangkan kita makhluk yang fakir.”

Suasana kembali hening, kali ini lebih lama dari sebelumnya. Tiba-tiba, air mata menetes membasahi pipi Khalifah Harun ar-Rasyid. Sambil menangis, sang Khalifah berkata ,

“Kyai… Terima kasih atas nasihat bijaknya.”

Kisah di atas juga tercantum di buku tulisan Dr. ‘Aidh al-Qarni yang berjudul “Nikmatnya Hidangan Al-Qur’an (‘Alâ Mâidati Al-Qur’an)”, dengan versi yang berbeda namun intinya sama. Wallâhu a‘lam bish-shawâb. Seorang ulama bertanya kepada Khalifah Harun ar-Rasyid,

“Jika engkau tidak diizinkan Allah untuk meminum seteguk air-Nya, dapatkah kiranya engkau menebusnya dengan kekayaan dari kerajaanmu?”

“Demi Allah, tidak!” jawab Harun.

“Wahai Harun, dapatkah engkau menebus air yang telah engkau keluarkan dengan setengah perbendaharan kerajaanmu?”

Maksud air yang telah dikeluarkan adalah keringat, air seni dan sejenisnya. Bila Harun ar-Rasyid tidak bisa berkeringat, buang air kecil dan meneteskan air mata, apakah bisa ditukar dengan setengah perbendarahaan kerajaannya? Mendengar pertanyaan itu, Harun sadar bahwa apa yang dia miliki hanya sedikit saja. Dengan keyakinan mantap, Harun menjawab,

“Tidak, demi Allah. Kerajaan yang nilainya tidak lebih banyak dari seteguk air, bukanlah kerajaan yang sesungguhnya.”

Dari cerita tersebut, tidakkah kita sadar bahwa kita ini fakir? Apakah layak kalau kita sombong karena harta yang kita miliki?

Barangkali kita akan berkilah, “Ah, itu kan misalnya, hanya sebuah cerita; kalau musim kemarau berkepanjangan sehingga semua negara kekeringan. Itu dogma, tidak akan terjadi, apalagi di Indonesia. Di negara kita, air melimpah, banyak perusahaan AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), bahkan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) pun masih aman-aman saja.”

Kalau memang itu argumentasi kita, apakah kita tidak tahu bahwa Allah Maha Kuasa (Al-Qâdir) untuk mengembalikan kita seperti bayi lagi yang tidak punya harta sesen pun, dan itu bisa terjadi dalam hitungan detik sebagaimana Qarun dan seluruh hartanya? Tidak ingatkah kita bagaimana tsunami di Aceh telah meluluh-lantakkan semua bangunan? Apa kita lupa bagaimana gempa yang terjadi di nusantara serta belahan lain bumi ini telah meratakan semua rumah dan gedung? Harta yang kita kumpulkan bertahun-tahun, langsung lenyap dalam sekejap.

Mungkin kita masih menampik fakta tersebut dengan berkata, “Itu kan memang daerah rawan. Rumah saya di daerah aman, tidak akan ada tsunami atau gempa. Jadi tidak perlu kuatir.”

Kalau memang itu dalil kita, lupakah kita bahwa setiap musim liburan/lebaran, ada saja rumah, kompleks pertokoan atau pasar yang terbakar; dengan penyebab klasik, yaitu listrik korslet (hubungan arus singkat)? Padahal sudah ada pengaman listrik seperti sekering dan MCB (Mini Circuit Breaker)? Bukankah sudah kita lihat bersama-sama bagaimana banjir melanda berbagai wilayah negeri ini termasuk kota besar seperti Jakarta? Dalih apa lagi yang akan kita ajukan?

Bermegah-megahan dalam harta dan segala yang bersifat kebendaan bisa melalaikan kita akan pertemuan yang pasti di hari yang dijanjikan. Terlalu sibuk dalam sarana dan melupakan tujuan utama adalah suatu kebangkrutan. Bermegah-megahan dalam harta berarti usaha memperkaya diri dengan mengumpulkan dan menimbun kekayaan materi untuk dinikmati, tetapi tidak dinafkahkan sesuai hak dan kewajiban. Dengan demikian, itu justru berarti kemelaratan yang menyibukkan. Umur habis untuk mencari tetapi hakikatnya tanpa hasil.

Siapa yang mendahulukan bentuk daripada isi, mendahulukan kulit luar daripada niat dan tujuan utama, mendahulukan dunia daripada akhirat, dan mendahulukan makhluk daripada Khaliq adalah seorang hamba yang sesat jalan dan buruk nasibnya di akhirat kelak.

Sudah lupakah kita bahwa seluruh nikmat yang kita terima adalah anugerah Allah? Apakah kita mengira bahwa nikmat itu akan kekal selamanya? Apakah kita tidak memperhatikan firman Allah bahwa yang berhak sombong hanyalah Beliau Yang Maha Memiliki Kebesaran (Al-Mutakabbir)? Kalau kita mengenakan pakaian kesombongan, bukankah itu berarti kita menantang Allah? Tidakkah itu mengandung maksud bahwa kita memproklamirkan diri sebagai tuhan? Kalau sudah begitu, siapakah yang sanggup melawan Allah, Penguasa Alam Semesta (Mâlik Al-Mulk), Raja Diraja (Al-Malik) dengan semua ke-Mahagagahan dan ke-Mahaperkasaan-Nya? Wal ‘iyâdzu billâh.

Rasulullah Muhammad saw. bersabda :

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْـقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Tidaklah masuk surga seseorang yang di hatinya terdapat kesombongan sebesar dzarrah (atom). (HR Bukhari)

Menyadari kefakiran kita, marilah kita bersama-sama bermunajat kepada Allah :

أَللَّهُمَّ لاَمَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ رَاۤدَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Ya Allah, tiada yang dapat mencegah apa yang Engkau anugerahkan, tiada juga yang memberi apa yang Engkau cegah, tiada pula yang dapat menolak apa yang Engkau tetapkan. Tidak berguna dan tidak pula dapat menyelamatkan seseorang dari kekayaan, kedudukan, anak, pengikut dan kekuasaannya. Yang menyelamatkan dan berguna baginya hanyalah anugerah dan rahmat-Mu.

b. Ilmu

Ilmu yang kita miliki bisa menjadi fitnah, membuat diri kita menyombongkan diri di hadapan manusia, meremehkan mereka, seolah tidak ada orang berilmu seperti kita.

Kita akan berkata, “Sudah sewajarnya kalau saya memandang diri lebih tinggi dari orang lain. Saya sudah lulus pendidikan S1, S2, S3 bahkan Profesor. Saya seorang pakar, juga memperoleh banyak gelar profesional—CCIE, MCT, SCNA, SCJP, RHCE dan masih banyak lagi. Siapa yang lebih tinggi ilmunya dibandingkan saya?”

Bagi kita yang pernah menjadi santri di pesantren, bisa jadi kalimatnya seperti ini, “Saya sudah mondok di pesantren hampir 25 tahun. Saya pantas menyandang gelar al-‘Âlim, al-Fahmu (orang yang paham akan banyak hal), bahkan al-‘Allâmah (orang yang sangat tinggi ilmunya). Bagi mereka yang baru mondok 6 tahun masih dikategorikan anak TK. Mereka belajar agama baru pada tahap kulit, belum sampai kepada isi.”

Jika kita mengenyam pendidikan di luar negeri, mungkin dengan angkuhnya kita akan berucap, “Tidak ada orang secerdas saya. Saya ini paling rasional. Apa itu ulama-ulama zaman dulu, mereka orang-orang kuno, primitif dan tak layak lagi pemikirannya dipakai. Kitabnya saja kitab kuning, itu kan artinya kitab bulukan, lebih pantas dimakan rayap. Kita harus menggunakan metode baru yang lebih sistematis, ilmiah, aktual, intelek dan modern.”

Apakah sah kalau kita melakukan hal seperti itu? Tidakkah kita sadari bahwa di atas langit ada langit? Tidak mengertikah kita bahwa ilmu yang kita kuasai kita tidak sampai 1% dari keseluruhan disiplin ilmu yang saat ini sudah diketahui? Apalagi jikalau kita juga menghitung ilmu-ilmu yang masih dalam penelitian atau belum ditemukan, bisakah mencapai 0,1%-nya?

Bukankah tidak ada seorang dokter pun yang menguasai seluruh ilmu kedokteran? Setiap dokter punya spesialisasi sendiri-sendiri, misalnya spesialis tulang, penyakit dalam, anak, mata, kulit dan kelamin, neuro immunolog serta masih banyak lagi. Di bidang Teknologi Informasi juga masih dipilah-pilah, ada system administrator, network administrator, database administrator, programmer (2-Tier dan 3-Tier), desain grafis dan teknisi. Santri-santri di pondok pesantren pun terbagi-bagi, ada yang menekuni fiqh, bahasa dan sastra, tafsir, hadits dan sebagainya. Disiplin ilmu yang lain juga punya spesialisasi seperti itu.

Bila kita mengaku modern dan anti orang-orang lama, di manakah kita ketika para guru sekolah mengajarkan tentang Albert Einstein, Alessandro Volta, Alexander Fleming, Archimedes, Aristoteles, Daniel Bernoulli, James Clerk Maxwell, James Prescott Joule, James Watt, Michael Faraday, Michelangelo, Nicolaus Copernicus, Plato, Sir Isaac Newton, Socrates dan masih banyak lagi orang-orang seperti mereka yang notabene kuno menurut kita? Mengapa saat ini teori-teori kuno tersebut masih dipelajari bahkan digunakan? Lalu mengapa kita menolak mentah-mentah kitab-kitab yang disusun ulama-ulama zaman dulu? Masihkah kita merasa ilmu kita begitu tinggi dan hebat sehingga berhak merendahkan yang lain? Seorang penyair pernah berkata :


Katakan pada orang yang mengaku memiliki ilmu melimpah
Kau tahu satu hal namun banyak hal yang tidak kau ketahui


Barangkali kita akan berargumen, “Tapi kan, saya membandingkan diri saya dengan sesama manusia, bukan dengan Allah. Tidak ada orang yang berilmu seperti saya.”


Memang betul kita membandingkannya orang lain, tapi sekali lagi, sifat sombong hanya berhak disandang oleh Allah Yang Maha Mengetahui (Al-‘Alîm) serta Maha Luas Rahmat dan Ilmunya (Al-Wâsi‘).


Iblis (la‘natullâh ‘alayh) saja terusir dari sorga karena kesombongannya. Siapa sebenarnya Iblis? Ibnu Abbas ra. mengatakan, “Iblis adalah makhluk paling berilmu, tetapi ilmunya tidak bermanfaat, bahkan membuatnya pongah, sombong dan berbangga diri.”


Dalam beberapa riwayat, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir dan ahli tafsir lainnya, konon Iblis adalah raja di langit dunia. Dia diberi wewenang di sana. Oleh sebab kekuasaannya, Iblis enggan bersujud ketika Allah berfirman kepada para malaikat untuk bersujud. Penolakan Iblis untuk bersujud merupakan bentuk keangkuhan. Kalimat-kalimat yang diucapkannya adalah awal dari nestapa, laknat dan penderitaan.


Bagaimana jika Allah mengingatkan kita karena kecongkakan kita, kemudian kita dicoba-Nya dengan penyakit, misalnya amnesia? Atau kita mengalami kecelakaan sehingga gegar otak? Bisa juga Allah menyadarkan kita tentang kelemahan kita dengan menaikkan tekanan darah kita sehingga terserang stroke. Na‘ûdzubillâh.


Umar bin Khaththab ra. memberi nasihat, “Jangan pelajari suatu ilmu karena tiga tujuan dan jangan pula meninggalkan ilmu karena tiga tujuan. Yakni, jangan pelajari ilmu dengan tujuan untuk berdebat, membanggakan diri dan pamer. Jangan tinggalkan ilmu (tidak mau belajar) karena malu mempelajarinya, merasa cukup berilmu dan pasrah karena kebodohan.”


Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Athaillah berpesan, “Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang memancarkan cahaya di dalam dada dan menyingkap katup hati.” Ilmu harus dapat membentuk diri orang yang berilmu dengan akhlak dan jiwa mulia, serta dapat membentuk anggota masyarakat sesuai dengan tuntunan Ilahi.


Hakikat ilmu adalah yang membawa seseorang mengenal Tuhannya dan timbulnya rasa takut (khasy-yah) kepada Allah. Yang dimaksud rasa takut adalah mengamalkan ilmu yang dianugerahkan Allah untuk menghambakan diri kepada-Nya sebagai ciri-ciri orang berilmu. Ilmu menjadi pendorong dan penguat jiwa untuk makin dekat kepada Allah, melebihi orang yang tidak berilmu.


Kalbu adalah wadah ilmu pengetahuan. Membersihkan kalbu merupakan hal yang sangat dianjurkan guna memperoleh pengetahuan yang jernih. Al-Ghazali menjelaskan, “Kalau kita membayangkan suatu kolam yang digali di tanah, maka untuk mengisinya dapat dilakukan dengan mengalirkan air sungai dari atas ke dalam kolam itu. Bisa juga dengan menggali tanah sehingga muncul mata air. Air akan mengalir dari bawah ke atas untuk memenuhi kolam, dan air itu jauh lebih jernih daripada air sungai yang mengalir dari atas. Kolam seumpama kalbu, air ibarat pengetahuan, sedangkan sungai laksana panca indera dan eksperimen.”


Ulama-ulama salaf, walaupun sangat dalam ilmunya, tetaplah rendah hati. Seseorang bertanya kepada Imam Malik tentang 40 (empat puluh) macam persoalan, tapi beliau hanya menjawab 8 (delapan) buah di antaranya dan diam dalam 32 (tiga puluh dua) masalah yang tersisa. Semua itu demi kehati-hatian, agar tidak salah dalam berfatwa.


Si penanya sampai berkata, “Engkau sungguh mengherankan, wahai Malik. Sedemikian inikah ilmu yang kau miliki? Kami bersusah payah datang mengendarai unta dari Irak dan kamu mengatakan tidak tahu!”


Imam Malik menjawab, “Pergilah kepada orang-orang dan katakan pada mereka, ‘Malik bin Anas tidak tahu apa-apa!’ ”


Imam Malik mengingatkan, “Ilmu itu bukan sekadar kepandaian atau banyak meriwayatkan hadits Nabi saw, akan tetapi ia merupakan nur yang bercahaya dalam hati. Manfaat ilmu akan mendekatkan manusia kepada Allah serta menjauhkannya dari kesombongan.”


Itulah Imam Malik, padahal Imam Syafi‘i pernah menyatakan, “Jika disebut ulama, maka Imam Malik-lah bintangnya.” Khalifah Abu Ja‘far al-Manshur berkata, “Di antara keajaiban dunia adalah otak Imam Malik.” Imam Malik memiliki keistimewaan dibandingkan ulama lain dari segi pengetahuan tentang sunnah Nabi saw. dan kecerdasan akal.

Salah satu murid Imam Malik, yaitu Muhammad bin Idris asy-Syafi‘i, juga demikian rendah hati. Imam Syafi‘i berkata, “Jika engkau menjawab pertanyaan dengan jawaban ‘aku tidak tahu’, maka jawabanmu benar adanya.”


Beberapa huffâzh (orang yang hapal ribuan hadits) bercerita,
“Kami melihat Imam Ahmad bin Hanbal (di Indonesia masyhur dengan sebutan Imam Hambali, salah satu imam madzhab) turun ke pasar Baghdad dan membeli tali pengikat kayu bakar lalu memikulnya di punggungnya. Tatkala orang tahu, para penjual meninggalkan jualannya, para pedagang meninggalkan dagangannya dan orang yang berlalu berhenti untuk memberi salam kepadanya. Mereka berkata,


‘Kami bawakan kayu bakarmu.’


Tangannya pun bergetar, mukanya memerah dan matanya menangis. Dia berkata,


‘Kita adalah kaum miskin, kalaulah bukan karena Allah niscaya terungkap aib kita’.”


Abdullah, putra Imam Ahmad bercerita, “Terompah ayahku dipakainya selama delapan belas tahun. Setiap kali berlubang, dia sendiri yang menambalnya, sedangkan dia adalah imam dunia.”

Betapa rendah hati beliau, padahal beliau hapal Al-Qur’an dan ribuan hadits. Imam Ahmad juga menulis al-Musnad dari hapalannya—empat ribu hadits—termasuk salah satu musnad terbesar. Imam Syafi‘i, guru beliau pun pernah berkata, “Aku keluar dari Baghdad dan penduduknya waktu itu dua juta jiwa. Demi Allah, aku tidak menemui orang paling tahu tentang Allah, paling zuhud, paling alim dan paling mencintaiku selain Ahmad bin Hanbal.”

Ibnu Athaillah berpesan, “Orang yang menghormatimu, sebenarnya ia hanya menghormati keindahan tutup yang diberikan Allah untuk (menutupi aib)-mu. Maka, yang wajib dipuji adalah Dzat yang menutupi (aib)-mu.” Manusia itu tempat salah dan aib. Apabila ada orang memuji kita, itu bukanlah karena kehormatan yang ada pada diri kita, akan tetapi karena Allah menutupi aib kita dengan menampakkan kebaikan kita. Itu semua berkat penutup yang sangat indah dari Allah Jalla Jalâluh. Karunia Allah dan penutup indah ini hendaklah disyukuri, bukan untuk disombongkan.

Untuk menjaga agar tetap rendah hati, mari kita renungkan bersama terjemah firman-firman Allah berikut ini :

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur (menggunakannya sesuai petunjuk Ilahi untuk memperoleh pengetahuan) (QS an-Nahl [16] : 78)


وَمَاۤ أُوْتِيْتـُمْ مِنَ ٱلْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيْلاً


Kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit
(QS al-Isrâ’ [17] : 85)


Katakanlah, “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
(QS al-Kahfi [18] : 109)


Al-Qur’an menggarisbawahi bahwa rahasia ilmu Allah hanya tercurah kepada mereka yang tidak menyombongkan diri.


Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.
(QS al-A‘râf [7] : 146)


Rasulullah Muhammad saw. juga mengingatkan kita :


مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ


Siapa menuntut ilmu untuk mendebat ulama (karena riya’ dan harga diri), atau untuk mempecundangi orang-orang bodoh, atau untuk memalingkan muka orang-orang ke arah dirinya (sehingga namanya terkenal sebagai orang alim), maka niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.
(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Imam Syafi‘i pernah menggubah kata-kata bersayap, “Aku mengeluh pada guruku tentang kelemahan hapalanku, maka dituntunnya aku agar meninggalkan kemaksiatan. Diajarkannya kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya, sedang cahaya Allah tidak dianugerahkan kepada si durhaka.”


Ja‘far ash-Shadiq menuturkan, “Pengetahuan bukanlah apa yang diperoleh melalui proses belajar-mengajar, tetapi cahaya yang ditampakkan Tuhan ke dalam hati orang-orang yang dikehendaki-Nya.”


Dalam kitab “Ta‘lîm al-Muta‘allim”, Syaikh Hammad bin Ibrahim al-Anshari membacakan sebuah syair kepada Syaikh az-Zarnuji tentang bagaimana harus menuntut ilmu.


مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِلْمَعَادِ * فَازَ بِفَضْلٍ مِنَ الرَّشَادِ
فَيَا لِخُسْرَانِ طاَلِبِـيْهِ * لِنَيْلِ فَضْلٍ مِنَ الْعِـبَادِ


Siapa mencari ilmu karena akhirat
Maka ia mendapat keutamaan dari Yang Maha Pemberi Petunjuk


Maka lihatlah kerugian orang yang mencari ilmu
Karena mencari keutamaan dari sesama hamba


Marilah kita sadari bersama bahwa kita adalah makhluk bodoh, tiada berilmu jika tidak dikaruniai-Nya. Cobalah kita renungkan dan hayati lagi penyesalan para malaikat atas perasaan mereka bahwa mereka memiliki banyak ilmu sehingga awalnya mereka berkeberatan jika Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, padahal Allah Maha Mengetahui segalanya.


قاَلُوْا سُبْحٰـنَكَ لاَعِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَاعَلَّمْتَنَاۤ إِنَّكَ أَنْتَ ٱلْعَلِيْمُ ٱلْحَكِيْمُ


Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS al-Baqarah [2] : 32)


Alangkah baiknya bila kita juga melantunkan syair sekaligus doa yang begitu menyentuh relung-relung hati, buah karya ‘Aidh al-Qarni.

Wahai Yang Mengetahui saat nyamuk melebarkan sayapnya
dalam gelap malam yang hitam dan pekat
Dan Yang Maha Mengetahui jaringan keringat dalam tubuhnya
dan otak dalam tulang kecilnya
Ampunilah hamba yang bertaubat dari kekhilafannya
atas segala dosa yang ada


Agar selalu berada di jalan keilmuan dan ketakwaan, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah :


أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فَهْمَ النَّبِيِّـيْنَ وَحِفْظَ الْمُرْسَلِيْنَ. أَللَّهُمَّ اغْـنِنَا بِالْعِلْمِ وَزَيِّنَا بِالْحِلْمِ وَاكْرِمْناَ بِالتَّقْوَى وَجَمِّلْناَ بِالْعَافِيَةِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


Ya Allah, kami bermohon kepada-Mu pemahaman yang Engkau anugerahkan kepada para nabi dan daya hapal yang Engkau berikan kepada para rasul. Ya Allah, perkayalah kami dengan ilmu, hiasilah kami dengan kelapangan dada, muliakanlah kami dengan takwa, serta perindahlah kami dengan afiat, demi rahmat-Mu wahai Allah Yang Maha Pengasih di atas segala pengasih, amin

Mengenal sistem manajemen perusahaan : Chapter. : 14 . Evaluasi Manajemen (1)

Evaluasi sama pentingnya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, yaitu perencanaan, pengorganisasian atau pelaksanaan, pemantauan (monitoring) dan pengendalian. Terkadang fungsi monitoring dan fungsi evaluasi, sulit untuk dipisahkan. Penyusunan sistem dalam organisasi dan pembagian tugas, fungsi serta pembagian peran pihak-pihak dalam organisasi, adakalanya tidak perlu dipisah-pisah secara nyata. Fungsi manajemen puncak misalnya, meliputi semua fungsi dari perencanaan sampai pengendalian. Oleh karena itu, evaluasi sering dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam suatu rapat kerja, rapat pimpinan, atau temu muka, baik secara reguler maupun dalam menghadapi kejadian-kejadian khusus lainnya.

Sebagai bagian dari fungsi manajemen, fungsi evaluasi tidaklah berdiri sendiri. Fungsi-fungsi seperti fungsi pemantauan dan pelaporan sangat erat hubungannya dengan fungsi evaluasi. Di samping untuk melengkapi berbagai fungsi di dalam fungsi-fungsi manajemen, evaluasi sangat bermanfaat agar organisasi tidak mengulangi kesalahan yang sama setiap kali.

Organisasi yang gagal mengidentifikasi kesalahan yang sama yang dilakukan secara terus menerus, tidak akan tumbuh dan berkembang sebagai organisasi yang unggul. Jadi secara umum, jika tidak dihadapkan pada suatu pertanyaan mengapa perlu dilakukan evaluasi? Terdapat beberapa jawaban seperti berikut:

  1. Karena evaluasi merupakan fungsi manajemen
  2. Karena evaluasi merupakan mekanisme umpan balik bagi perbaikan
  3. Karena evaluasi akan dapat menghindarkan organisasi dari mengulangi kesalahan yang sama
  4. Karena evaluasi akan dapat menemukan dan mengenali berbagai masalah yang ada di dalam organisasi dan mencoba mencari solusinya.

Evaluasi adalah proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan, GAO (1992:4). Evaluasi akan menghasilkan umpan balik dalam kerangka efektivitas pelaksanaan kegiatan organisasi. Menurut Department of Health & Human Services, evaluasi adalah proses untuk mengumpulkan informasi. Sebagaimana dengan proses pada umumnya, evaluasi harus dapat mendefinisikan komponen-komponen fase dan teknik yang akan dilakukan.

Pengertian lain dikemukakan oleh Peter H. Rossi (1993:5) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan suatu aplikasi penilaian yang sistematis terhadap konsep, desain, implementasi, dan manfaat aktivitas dan program dari suatu organisasi. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan untuk menilai dan meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi organisasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya.

Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi atas permasalahan yang ditemukan. Dalam berbagai hal, evaluasi dilakukan melalui monitoring terhadap sistem yang ada. Namun demikian, evaluasi kadang-kadang tidak dapat dilakukan dengan hanya menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi pada organisasi saja.

Data dari luar organisasi akan menjadi sangat penting untuk digunakan dalam melakukan analisis dan evaluasi. Evaluasi mungkin saja dilakukan dengan tidak terlalu mementingkan keakuratan data yang ada, namun dengan lebih bijaksana dalam memperoleh data, sehingga data yang hanya berkriteria cukup dapat saja digunakan dalam pelaksanaan evaluasi. Penggunaan data dan informasi guna melakukan evaluasi lebih diprioritaskan pada kecepatan untuk memperoleh data dan kegunaannya. Dengan demikian, hasil evaluasi akan lebih cepat diperoleh dan tindakan yang diperlukan untuk perbaikan dapat segera dilakukan.

Klasifikasi evaluasi dapat dilakukan berdasarkan pada:

  1. Apa yang dievaluasi.
  2. Tujuan evaluasi.
  3. Fokus evaluasi.
  4. Metode evaluasi.
  5. Pendekatan evaluasi.
  6. Lingkup atau tataran yang dievaluasi.
  7. Orientasinya.

Berdasarkan apa yang dievaluasi, evaluasi dapat dibagi ke dalam beberapa

kelompok:

  • Evaluasi kegiatan.
  • Evaluasi program.
  • Evaluasi kebijakan.
  • Evaluasi pengelolaan keuangan.
  • Evaluasi pengelolaan sumber daya manusia.
  • Evaluasi terhadap sistem dan governance.
  • Evaluasi terhadap struktur, mekanisme dan prosedur.
  • Evaluasi efisiensi, efektivitas, kehematan, kelayakan.

Penggolongan evaluasi berdasarkan tujuan evaluasi dapat meliputi :

  • Evaluasi untuk tujuan tertentu, misalnya: untuk mempelajari fakta dan kemungkinan perbaikannya, untuk meningkatkan akuntabilitas, untuk meningkatkan kinerja.
  • Goal free evaluation atau evaluasi untuk mencari peluang perbaikan yang tidak ditetapkan terlebih dahulu.

Berdasarkan fokus evaluasinya pekerjaan evaluasi dapat dibagi ke dalam

lima kelompok:

  • Input evaluation
  • Process evaluation
  • Output evaluation
  • Outcomes evaluation
  • Impact evaluation.

Berdasarkan pendekatannya, evaluasi dapat dibagi ke dalam:

· Evaluasi semu

· Evaluasi formal

· Evaluasi keputusan teoretis

Berdasarkan orientasinya, evaluasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

  • Evaluasi yang proaktif (Proactive evaluation)
  • Evaluasi yang klarifikatif (Clarificative evaluation)
  • Evaluasi interaktif (Interactive evaluation)
  • Evaluasi monitoring (Monitoring evaluation)
  • Evaluasi dampak (Impact evaluation)

Berikut ini penjelasan masing-masing kategori :

  • Evaluasi yang proaktif (Proactive evaluation)

Evaluasi proaktif ini dapat dilakukan sebelum suatu kebijakan/program ditetapkan. Pendekatan-pendekatan kunci :

1. Perkiraan kebutuhan.

2. Review riset.

3. Review : praktik-praktik terbaik (best practices)

Dalam pencarian bukti-bukti dapat digunakan teknik-teknik: DELPHI, Customer Satisfaction Survey, Nominal Group Forum, Konsep Mapping, Focus Group.

· Evaluasi yang klarifikatif (Clarificative evaluation).

Evaluasi klarifikatif ini berfokus pada klarifikasi struktur internal dan fungsi dari suatu program dan kebijakan. Pendekatan-pendekatan kunci :

1. Evaluability assessment.

2. Logic development.

3. Acreditation.

Pendekatan ini cocok untuk program yang mulai dilaksanakan.

· Evaluasi interaktif (Interactive evaluation).

Evaluasi interaktif ini dapat digunakan untuk memperoleh informasi atas

implementasi program. Pendekatan penting yang bisa dipakai :

  1. Evaluasi responsive
  2. Riset tindakan
  3. Evaluasi pengembangan
  4. Evaluasi pemberdayaan

· Evaluasi monitoring (Monitoring evaluation).

Evaluasi monitoring ini sangat tepat digunakan ketika program sudah dalam pelaksanaan. Evaluasi ini sudah melibatkan pengembangan sistem untuk pemantauan kemajuan program. Indikator kinerja kuantitatif sudah harus digunakan sebagai alat untuk

mengorganisasikan data dalam evaluasi monitoring. Pendekatan-pendekatan utama yang dapat dipakai :

  1. Component analysis.
  2. Pengukuran kinerja (Performance assessment).
  3. System analysis.

· Evaluasi dampak (Impact evaluation).

Evaluasi ini digunakan untuk menilai hasil dan dampak program yang sudah mapan. Evaluasi ini dapat digunakan untuk membuat keputusan tentang penghargaan, atau kemanfaatan program. Evaluasi ini disebut juga evaluasi sumatif (Sumative evaluation). Pendekatan yang dapat dipakai :

  1. Evaluasi yang berdasarkan sasaran
  2. Studi proses-outcome
  3. Evaluasi berdasarkan kebutuhan (Needs-based evaluation)
  4. Goal-free evaluation (termasuk mengevaluasi dampak yang bersifat positif dan negatif (unintended impact) dan tidak hanya outcome semata).
  5. Performance audit.

Suatu evaluasi dilaksanakan dengan berbagai alasan, yaitu :

  1. Untuk memberikan penilaian terhadap pelaksanaan aktivitas dan program organisasi
  2. Mengestimasi manfaat usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan aktivitas.
  3. Untuk mengembangkan program-program dan teknik baru bagi peningkatan kinerja.
  4. Untuk meningkatkan efektivitas manajemen pelaksanaan kegiatan.
  5. Untuk meyakinkan bahwa akuntabilitas kinerja organisasi cukup memadai.

Alasan perlunya evaluasi dalam suatu proses implementasi akuntabilitas adalah :

  1. Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pengelolaan aktivitas organisasi yang lebih baik.
  2. Untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja organisasi.
  3. Untuk memberikan informasi yang lebih memadai dalam menunjang proses pengambilan keputusan.
  4. Meningkatkan pemanfaatan alokasi sumber daya yang tersedia,
  5. Sebagai dasar peningkatan mutu informasi mengenai pelaksanaan kegiatan organisasi.
  6. Mengarahkan pada sasaran dan memberikan informasi kinerja.

Evaluasi terhadap kebijakan/program ataupun kegiatan organisai tidaklah selalu mudah dan murah. Kemudahan dan harga yang dibayar inilah yang menjadi pertimbangan utama dalam menentukan ruang lingkup evaluasi terhadap suatu permasalahan. Pendekatan ini lebih cenderung pada teknis ekonomis belaka, meskipun manajemen yang pragmatis tentu tidak bisa mengabaikannya. Bagaimana jika pertimbangan lain, misalnya, sosial ekonomis ? Sudah tentu ruang lingkupnya menjadi berubah dan semakin meluas.

Ukuran-ukuran yang dipakai dalam pendekatan teknis ekonomis lebih kepada biaya dan manfaat, sehingga analisis biaya dan manfaat menjadi sangat penting. Lain halnya jika pendekatan yang dipakai sudah ke arah sosio ekonomis, maka pertimbangan dan ukuran lebih mengarah tidak hanya ke 3 E (ekonomis, efisien dan efektif), tetapi juga sudah kepada ke 2 E lainnya, yaitu ekuitas (kesamaan, kecukupan dan keadilan) serta excellent services (pelayanan prima).

Sebagai simpulan tujuan evaluasi sangat tergantung dari kebijakan pimpinan organisasi yang diberi wewenang untuk melakukan evaluasi dengan mempertimbangkan berbagai kendala yang ada. Evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar harus secara eksplisit menyatakan tujuan evaluasi tersebut secara jelas, sehingga dapat didesain suatu evaluasi yang secara pragmatis dapat mencapai tujuan-tujuan itu. (bersambung)

STUDI AWAL PENGGUNAAN SEL ELEKTROKIMIA DENGAN CaZrO3-BASE SEBAGAI SENSOR HIDROGEN DALAM LEBURAN ALUMUNIUM

Oleh : Dr. Achmad Hanafi, MSC

Abstraksi

Hidrogen terlarut di dalam leburan alumunium dapat menyebabkan porositas pada produk kasting, dengan demikian pengukuran kadar hydrogen di dalam alumunium secara on-line dapat digunakan dalam perbaikan kontrol proses. Meskipun sensor kimia untuk penggunaan di dalam leburan aluminum secara komersial telah tersedia, akan tetapi biaya nya sangat mahal. Dengan demikian pengembangan sensor yang lebih ekonomis akan memperluas aplikasi dari sensor hydrogen untuk proses leburan alumunium. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan sensor jenis ini adalah penggunaan sensor elektrokimia dengan elektrolt padat penghantar proton. Pada tulisan ini, dikembangkan suatu prototype sensor hidrogen dalam leburan Alumunium menggunakan material CaZrO3 yang didoping dengan In sebagai elektroda kerja dan Al/Al23 dan Mg/MgO murni sebagai elektroda pembanding. Pada pengujian awal sensor pada temperatur 7000C memperlihatkan bahwa, beda potensial yang dihasilkan dengan kedua elektroda pembanding tersebut menunjukan respon yang sesuai dengan perhitungan beda potensial secara teoritis.

Kata kunci : Calcium Zirkonat, sensor hydrogen, alumunium

Pendahuluan

Hidrogen adalah satu-satunya gas yang larut secara signifikan dalam leburan alumunium. Sumber utama hydrogen dalam aloi alumunium adalah uap air dalam udara. Sebagian besar aloi alumunium komersial dilebur di udara yang mengandung kelembaban, dan uap air yang terkandung dalam udara di sekeliling sistim peleburan akan bereaksi dengan leburan membentuk senyawaan alumunium oksida dan membebaskan gas hydrogen [1,2]. Atom hydrogen kemudian berdifusi melalui lapisan oksida dari alumunium tersebut ke dalam leburan. Kelarutan hydrogen dalam leburan alumunium adalah lebih besar disbanding dengan kelarutannya dalam padatan alumunium, maka selama solidifikasi konsentrasi hydrogen telah mencapai nilai kritis, porositas dapat bernukleasi dan tumbuh selama proses solidifikasi. Dengan demikian, jumlah hydrogen terlarut menjadi kritikal, sehingga gas hydrogen harus diminimumkan sebelum proses kasting dilakukan.

Proses pengurangan gas hydrogen dalam leburan logam termasuk ke dalam proses degassing. Untuk mendapatkan kondisi proses yang optimal diperlukan informasi konsentrasi gas hydrogen dalam leburan secara real time dan dengan demikian diperlukan pengembangan metoda pengukuran jumlah hydrogen yang cocok, di antaranya dengan penggunaan sensor hydrogen [3]. Masih cukup banyak industri yang mengalami kesulitan dalam penanganan masalah ini, sehingga sering mendapatkan produk kastingnya tidak mencapai spesifikasi dan waktu pakai yang diharapkan.

Tinjauan Pustaka

Teknik pengukuran kandungan hydrogen yang sering dipakai pada industri peleburan alumunim saat ini [4] dapat digolongkan kepada metoda semi kuantitatif in-situ, yaitu pengukuran secara on-line. Pemilihan metoda yang dipakai biasanya di dasarkan pada biaya penyediaan alat dan biaya operasi dari metoda tersebut. Secara umum pengukuran secara on-line mempunyai kelebihan dalam kepraktisan, ketepatwaktuan, ketelitian dan kedapatulangan meskipun biayanya relatif lebih tinggi.

Beberapa cara untuk pengukuran langsung kadar hydrogen dalam leburan alumunium adalah analisa hydrogen kontnyu dengan evaluasi tekanan dalam leburan (CHAPPEL) atau pengukuran langsung tekanan (DPM), secara komersial tersedia dengan nama TELEGAS® dan ALSCAN®. Pada metoda ini suatu gas pembawa (N2, He, Ar) dialirkan ke dalam leburan alumunium dengan suatu probe yang berongga. Kadar hydrogen dalam gas pembawa kemudian ditetapkan dengan mengukur konduktivitas terma dari gas.

Sensor hydrogen yang merupakan elektrolit padat dalam suatu system elektrokimia dirancang untuk menggantikan peranan sensor termal konduktivitas dalam system Telegas ® atau Alscan®, yaitu dengan menghilangkan kebutuhan untuk membawa gas hydrogen dalam leburan ke sensor. Sensor in mempunyai keuntungan dapat dstabil beroperasi pada temperatur tinggi dan mampu untuk dicelupkan langsung ke dalam leburan alumunium, selain itu konduktivitas dari elektrolit padat akan bertambah dengan kenaikan temperatur, sehingga tingginya temperatur oerasi yang dibutuhkan selama proses peleburan logam sangat cocok unuk operasi sensor. Di samping hal tersebut, mengingat output dari sensor ditentukan oeh sifat termodinamik dari leburan logam dan elektroda pembanding, maka pada prinsipnya sensor tidak memerlukan kalibrasi. Perangkat elektronik yang dibutuhkan oleh sensor ini pun sangatlah sederhana, karena output dari sensor eektrokimia adalah suatu tegangan DC.

Material sensor hydrogen yang merupakan elektroda kerja dalam system sel elektrokimia merupakan elektrolit penghantar proton. Konduksi protonik dari suatu elektrolit padat secara umum akan terbentuk melalui transport daei defek titik atau ionic tertentu. Tegangan yang terbentuk melalui elektrolit akan proporsional dengan logaritma dari konsentrasi spesies bergerak mengikuti persamaan Nernst. Contoh sensor elektrokimia yang telah digunakan dalam industri adalah untuk mengukur jumlah oksigen dalam leburan baja [5,6] yang telah mendorong pengembangan sensor elektrokimia untuk penerapan dalam proses peleburan logam lainnya[7,8].

Elektrolit padat yang pernah dicoba adalah asam antimonik dan hydrogen uranil fosfat [9]; zirconium fosfat (NASICON) dan (Zirpsio); zeolit sintetis (NH4Y dan H4Y), ß/ ß”-alumina [10-15]; Sr- dan Ba- cerat; LaZZrZ07 dan La2Ce2O7 [16-20]. Umtrmnya sensor yang dihasilkan kurang stabil, kecuali pada penggunaan material keramik CaZr03 yang didoping dengan kation In, Ga dan Se yang telah diteliti secara intensif oleh Yajima dkk. [21-24] Material ini menghasilkan proton konduksi pada temperatur tinggi (sekitar 700°C) di dalam atmosfer yaiig mengandung hidrogen dan COZ dan menLnjukkan stabilitas yang cukup tinggi.

BAHAN DAN METODE

Perakitan Sensor Hidrogen

Sesuai dengan desain elektroda kerja seperti Gambar 1 [25], ke dalamnya dimasukkan padatan kecil elektroda pembanding. Digunakan dua set elektroda pembanding yaitu serbuk AUA1203 (sensor-1) sebagai blanko dan serbuk Mg/MgO (sensor-2) untuk mengevaluasi respon dari sensor. Kemudian disisipkan ujung kawat Mo dengan diameter 0.5 mm dan mulut tabung elektrolit yang terbuka disemen dengan Ceramabond 571. Elektroda padat maupun kawat Mo dilindungi oleh tabung alurr.ina/sleeve alumina seperti terlihat dalam gar_ibar dan kenmdian disambungkan dengan pipa stainless­steel sepanjang 1 meter untuk memudahkan sensor menjangkau leburan aluminum. Seluruh sarnbungan dibubuhi semen Ceramabond, kemudian dibiarkan diudara terbuka selama 1-4 jam dan dipanaskan pada 93°C selama 1-4 jam.

Selain dua elektroda tersebut di atas juga disisipkan sebuah elektroda lain yaag berisi kawat Mo yang berfungsi sebagai electronic ground dalam pengukuran beda potensial sensor dan juga sebagai sarana pengukuran temperatur leburan. Ketiga bagian tersebut diikat agar memudahkan dalam operasi pengukuran dan dihubungkan dengan perekam data seperti terlihat pada Gambar 2.

Pengetesan Sensor Hidrogen Pada Leburan Alumunium

Operasi pengetesan sensor dilakukan dalam tungl:u lisrik dengan ukuran diameter crucible 26 cm, tinggi 40 cm dan umpan 15 kg aluminum. Pelcburan aluminum dilakukan, pada temperatur sekitar 700°C tanpa pengaliran gas inert. Set hidrogen sensor seperti diterangkan pada Gambar 2, dihubungkan dengan perangkat perekam data, Data Shuttle/Laptop-komputer, dengan software Quicklog for Windows seperti Gambar 3. Pemanasan mula sensor dilakukan untuk mengevaluasi ketahanan kejut terma: dari sensor yaitu dengan menempatkan sensor sejajar dengan bibir crucibel selama wak;u tertentu dan kemudian sensors dibenamkan dibawah permukaan leburan aluminum secara sempurna. Data beda potensial (EMF) kedua elektroda sel yang berubah dengan waktu dicatat sampai dengan stabil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan keretakan dilakukan secara kualitatif setelah percobaan selesai. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel ini menerangkan bahwa dengan pemanasan mula pada temperatur di lokasi kira-kira 20 cm di atas leburan aluminium (asumsi 500°C) selama 0 sampai 30 menit, sensor masih menu njukkan keretakan yang teramati baik pada k(instruksi tabutrg maupun pada sambungannya, sehingga pada pengukuran EMF menyebabkan “short”. Hal ini dimungkinkarn karena adanya leburan aluminium yang masuk ke dalam bagian diartara kedua elektroda yang menyusun sel elektrokimia. Sementara itu, pemanasan mula pada temperatur yang sama dalam waktu 40 menit dapat membentuk struktur sensor yang tahan keretakan akibat perbedaan temperatur sensor dengan temperatur leburan aluminium. Untuk percobaan seterusnya, digunakan kondisi pemanasan mula selama 40 menit pada posisi 20 cm di atas leburan aluminium sebelum sensor hidrogern ini digunakan untuk mengukur EMF dari contoh.


Gambar 1. Desain kontruksi elektroda kerja sensor hidrogen

Gambar 2. Sistem pengukuran beda potensial sensor hydrogen

Tabel 1. Pengamatan keretakan sensor setelah penggunaan terhadap waktu pemanasan mula:

Waktu

Pemanasan

(menit)

Pengamatan

0

+++

10

+++

20

++

30

+

40

Keterangan:

+ : adalah derajat keretakan.

Tabel 2. Hasil pengukuran EMF pada sensor­1 (elektroda pembanding Al/A1203) dan sensor-2 (elektroda pembanding Mg/Mg0)

Waktu

(menit)

Sensor-1

(mV)

Sensor-2

(mV)

0

0

-571

1

86

-426

2

66

-386

3

77

-232

4

69

-160

5

73

-144

6

64

n.d.

Hasil pengukuran EMF secara simultan dari sensor elektrokimia CaZr03 dengan dua buah elektroda pembanding yaitu Al/Al2O3 (sensor-1) dan Mg/MgO (sensor-2) versus waktu pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2 dan hubungannya dinyatakan dalam Gambar 3.

Dari Gambar 3, dapat dilihat bahwa setelah waktu pengukuran 2 menit, output dari sensor-1 menunjukkan EMF yang stabil pada kira-kira 70 mV. Hal ini dimungkinkan karena leburan aloi dan elektroda pembanding mengandung logam yang sama, sehingga mempunyai harga AG sama dengan nol dan menyebabkan EMF teoritis untuk sensor ini llarus nol mV mcngikulti persamaan:

E = Δ G / (6) (96.487)

Besarnya EMF hasil pengukuran yang lebih dari nol diperkirakan sebagai perbedaan kandungan hidrogen dalam leburan aloi dan dalam elektroda pembanding.

Pada pengamatan dari sensor-2 menunjukkan EMF yang semakin naik dengan naiknya waktu operasi dan harga EMF ini menjadi stabil pada – 140 mV setelah sensor dicelupkan pada leburan aluminium selama 4-5 menit.

Reaksi yang terjadi pada elektroda, yang dapat menunjukkan hubungan antara kesetimbangan logam/logam oksida dan tekanan bagian hidrogen belum diketahui, dengan demikian output sensor tidak dapat dihitung sebagai konsentrasi hidrogen yang terlarut dalam leburan. Meskipun demikian, dengan asumsi bahwa reaksi terjadi pada kedua elektroda, perbedaan di antara tegangan sel untuk kedua elektroda pembanding dapat dihitung.

Reaksi kesetimbangan yang berlangsung:

2 A13+ + 3 MgO === 3 MgZ+ + A1,03

Δ G = nFE

Dengan menggunakan rumus Δ G = nFE, di mana, nilai F = 96,487 C/mol e, dari reaksi di atas harga n adalah 6 , maka dengan menggunakan data Δ G untuk A12O3 dan MgO dari literatur 26 maka nilai EMF teoritis dapat dihitung dan kemudian diplot dengan temperatur seperti terlihat pada Gambar 4.

Dari Gambar 4 terlihat ada dua daerah temperatur yang merupakan suatu garis lurus yang dihubungkan dengan besamya perbedaan EMF teoritis pada temperatur 427, 527 dan 627°C dengan persamaan garis-I :Y = 0,0269 X – 222,66; dan temperatur 727, 827 dan 927°C dengan persamaan garis-II; Y = 0,0154 X – 215,18. Kedua persamaan tersebut berpotongan pada suatu titik yang menunjukkan kondisi temperatur 650°C dan perbedaan EMF teoritis – 205,16 mV. Berdasarkan literatur [27], diketahui bahwa titik lebur Al murni adalah 660°C dan Mg murni adalah 649°C, dengan demikian maka gars I bertepatan dengan daerah temperatur material padatan logam murni dan garis L pada daerah temperatur material leburan logam murni.


Perbedaan dari perhitungan beda potensial dalam percobaan menunjukkan adanya ketergantungan pada temperatur yang relatif kecil pada rentang temperatur operasi yaitu sekitar 190 mV, di mana tidak jauh berbeda dengan beda potensial setelah waktu operasi 4 – 5 menit. Hasil ini mengindikasikan bahwa sel sensor dengan material ini dapat memberikan respon yang baik untuk pengukuran EMF dari sensor hydrogen.

Gambar 3. output dari dua sensor yang ditest secara simultan


Gambar 4. Perbedaan EMF secara teoritis antara material murni Al2O3 dan MgO pada temperatur 450 sampai 950 oC

Kesimpulan

Studi awal penggunaan sel elektrokimia dengan CaZrO3-base sebagai sensor hidrogen pada temperatur peleburan aluminium (700°C) menerangkan bahwa besarnya signal sensor yang ditunjukan oleh beda tegangan output cnd;,kati hasil perhitungan teoritis perbedaan tegangan dari elektroda pembanding Mg dan Al, sehingga aplikasi dari sensor hidrogen in i dapat dil:embangkan lcbih ia:.jut. Masih diperlukan informasi penggunaan elektroda pembanding padat seperti Ca/CaHZ atau Mg/MgH2 agar

kandungan hidrogen sebenarnya dapat dikalkulasi serta dapat dievaluasi ketepatan dan kedapatulangan pengukuran dari sensor irti.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.Ir.D.N.Adnyana, APU yang telah memberikan wawasan awal teoritis dan industrial tentang peleburan aluminium, dan juga kepada Prof.Dr.J.W.Fergus dalam desain dan pembuatan sensor.

DAFTAR PUSTAKA

1. S. Shivkumar, L. Wang, and D. Apelian, JOM, 43 [1] (1991) 26-32.

2. M.M. Makhlouf L. Wang, and D. Apelian, American Foundrymen’s Society (1998)1-6.

3. X.G. Chen, F.J. Klinkenberg, S. Engler, L. Heusler, and W. Scluieider, JOM., 46 [8] (1994) 34-38.

4. S. Seetharaman and D. Sichen, Emerging Separation Technologies for Metals II. ed.: R.G. Bautista, The Minerals, Metals and Materials Society (1996) 3 17-340.

5. E.T. Turkdogan and R.J. Fr•.rehan, Can. Metall. Quart., 11 [2] (1972) 371-384.

6. M. Iwase and 1′. Waseda, High.Temp. Mater. Proc., 7 [2-3] (1986) 123 131.

7. D.J. Fray, Mater. Sci. Tech., 16 (2000) 237­242.

8. J.W. Fergus, AFS Transactions, 98-22 (1998) 125-130.

9. R.V. Kumar and D.J. Frzry, sensors and Actuators 15 [2] (1988) 185-191.

10. L.B. Kriksunov and D.D. Macdonald, Sensors and Actuators B 32 (19116) 157-160.

11. L.D. Angelis, A. Maimone, L. Modica, G. Alberti and R. Palombari, Sensors and Actuators B 1 (1990) 121-124.

12. S.F. Chehab, J.D. Canaday, A.K. Kuriakose, T.A. Wheat and A. Ahn)ad, Solid State Ionics, 45 [3-4] (1991) 299-3 10.

13. J. Gulens, T.H. Longhurst, A.K. Kuriakose and J.D. Canaday, Solid State Ionics 28-30 (1988) 622-626.

14. J.D. Canaday, A.K. Kuriakose, A. Ahmad and T.A. Wheat, J. Can. Cerurr. Soc. 55 (1986) 34-37.

15. M. Dekker, L’t Zand, J. Schrzm and J. Schoonman; Solid State Ionics, 35 [1-2] (1989) 157-164.

16. N. Ilara -and D.D. MacDonald, J. Electrochem. Soc. 144 [12] (1997) 4152­4157.

17. Y. Tan and 1′.C. Tan, J. Electrochem. Soc.

141 [2] (1994) 461-467.

18. S. Zhuiykov, Ceram. Eng. Sci. Proc., 17 [3]

(1996) 179-186.

19. T. Norby, Solid State Ionics, 40-41 (1990) 857-862.

20. H. Iwahara, H. Uchida, K. Ogaki, and H. Nagato, J. Electrccrem. Soc. 138 [1] (1991) 295-299.

21. T. Yajima, H. Iwahara, K. Koide, K. Yamamoto, Sensors and Actuators B 5 (1991) 145-147.

22. T. Yajima, K. Koide, H. Takai, N. Fukatsu, T. Ohashi and I. Iwahara, Solid State Ionics 79 (1995) 333-357.

23. T. Yajima, K. Koide, H. Takai, N. Fukatsu, T. Ohashi and I. Iwahara, Sensors and Actuators B 13-14 (1993) 697-699.

24. T. Yajima, H. Iwahara, N. Fukatsu, T. Ohashi and K. Koide, Keikinzoku 42 [5] (1992) 263-267.

25. A.H.Setiawan and J.W.Fergus, Ceramics Transactions 130 (2002) 47-56.

26. M.W. Chase, NIST-JANAF Thermochemical Tables, 4d‘ ed., J. Phys. Chem. Ref. Data, Monograph 9(1998).

27. R.T. De: eff, Them.cdynan:ics in Materials Science, (Mc.Graw-Hill Inter. Ed., New York, 1993) 496_

TANYA JAWAB

Patttan L.P.S.

Apakah selama perioda adaptasi waktu 40 menit suhu leburan tetap di maintain sekitar 700°C ?

Achmad Hanafi

– Ya, tetap 700°C karena elektronik furnace mempunyai thermostat.

Adopted from : UNISTEK. No. 1 Volume Januari 2007

MENGENAL ZAT WARNA TEKSTIL (ZAT WARNA REAKTIF PROCION)

By. : arifin

Industri tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu bidang yang sangat berkembang di Indonesia. Perkembangan industri ini dapat dilihat dari nilai ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) yang terus meningkat. Tercatat pada tahun 1989 nilai ekspor TPT mencapai US$ 2,02 miliar, kemudian meningkat menjadi US$ 8,40 miliar pada tahun 1997. Dengan semakin meningkatnya nilai ekspor TPT dari tahun ke tahun seperti ditunjukkan pada tabel 1, menjadikan industri ini sebagai sumber devisa negara yang penting.

Tabel. 1 Jumlah Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. [27]

Tahun

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1997

Nilai Ekspor (Milyar US $)

2.02

2.88

4.0

5.59

6.05

5.64

6.04

8.40

Sumber : Harian Kompas, 17 Desember 1997.

Semakin meningkatnya jumlah ekspor tekstil dan produk tekstil ini maka barang – barang pembantu juga akan mengalami sedemikian rupa. Kenaikan hal yang sama juga terjadi pada produksi zat warna. Kira – kira 800.000 ton pewarna diproduksi untuk kebutuhan dunia. Lebih dari separuhnya merupakan zat pewarna tekstil, dari jumlah ini 15 % untuk zat pewarna kulit dan kertas, 25 % dari jumlah produksi adalah pigmen organik, sedangkan zat optik kira – kira 6 %.[26]

Tabel. 2. Produksi Zat Warna Tekstil. [26]

Zat Warna

% Tahun 90-an

% Tahun 2004 (survey)

Asam

13 %

3,8 %

Kation

8 %

2,7 %

Direk

12 %

2,2 %

Dispersi

21 %

27, 2 %

Indigo

3 %

5,7 %

Nitro

1 %

Pre-metalized dan mordant

5 %

4,3 %

Reaktif

19 %

30,8 %

Belerang

12 %

12,8 %

Bejana Tanpa Indigo

6 %

2,3 %

Total ton

800.000

670.000

Pada tahun 1876 Witt menyatakan bahwa molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jenuh, kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat antara warna dengan serat.[22]

Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh dengan kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna dengan serat. [27]

Zat organik tak jenuh umumnya berasal dari senyawa aromatik dan derivatifnya (benzene, toluene, xilena, naftalena, antrasena, dsb.), Fenol dan derivatifnya (fenol, orto/meta/para kresol, dsb.), senyawa mengandung nitrogen (piridina, kinolina, korbazolum, dsb). [5]

Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul menjadi berwarna. Pada tabel 3. dapat dilihat beberapa nama gugus kromofor dan memberi daya ikat terhadap serat yang diwarnainya.

Tabel 3. Nama dan Struktur Kimia Kromofor.[27]

Nama Gugus

Struktur Kimia

Nitroso

Nitro

Grup Azo

Grup Etilen

Grup Karbonil

Grup Karbon – Nitrogen

Grup Karbon Sulfur

NO atau (-N-OH)

NO2 ata (NN-OOH)

-NN-

-C=C-

-C O-

-C=NH ; CH=N-

-C=S ; -C-S-SC-

Auksokrom merupakan gugus yang dapat meningkatkan daya kerja khromofor sehingga optimal dalam pengikatan. Auksokrom terdiri dari golongan kation yaitu –NH2, -NH Me, – N Me2 seperti –+NMe2Cl, golongan anion yaitu SO3H-, -OH, -COOH. Auksokrom juga merupakan radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan: -COOH atau –SO3H, dapat juga berupa kelompok pembentuk garam: – NH2 atau –OH. [6]

Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zat warna alam dan zat warna sintetik. Van Croft menggolongkan zat warna berdasarkan pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnai serat disebutnya sebagai zat warna substantif dan zat warna yang memerlukan zat-zat pembantu supaya dapat mewarnai serat disebut zat reaktif. Kemudian Henneck membagi zat warna menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkannya, yakni zat warna monogenetik apabila memberikan hanya satu warna dan zat warna poligenatik apabila dapat memberikan beberapa warna. Penggolongan zat warna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan konstitusi (struktur molekul) dan berdasarkan aplikasi (cara pewarnaannya) pada bahan, misalnya didalam pencelupan dan pencapan bahan tekstil, kulit, kertas dan bahan-bahan lain. [27]

Penggolongan zat warna menurut “Colours Index” volume 3, yang terutama menggolongkan atas dasar sistem kromofor yang berbeda misalnya zat warna Azo, Antrakuinon, Ftalosia, Nitroso, Indigo, Benzodifuran, Okazin, Polimetil, Di- dan Tri-Aril Karbonium, Poliksilik, Aromatik Karbonil, Quionftalen, Sulfer, Nitro, Nitrosol dan lain-lain. [15]

Griffiths dan Daehne membagi pewarna berdasarkan tipe elektron – terangsang (exited) yang terjadi pada saat penyerapan cahaya. Luettke membaginya menjadi pewarna penyerap (absorption colorant), pewarna berfluorosensi (fluorescence colorant), dan pewarna pemindah daya (energy transfer colorant). [26]

Dalam daftar “Color Index” golongan zat warna yang terbesar jumlahnya adalah zat warna azo, dan dari zat warna yang berkromofor azo ini yang paling banyak adalah zat warna reaktif zat warna reaktif ini banyak digunakan dalam proses pencelupan bahan tekstil. [27]

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–>

Cl

SO3Na

SO3Na

NN

NH

N

C

C

C

N

N

Cl

S

K

P

R

X

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> <![endif]–>

Keterangan :

S : Gugus Pelarut, misalnya asam sulfon, karboksilat

K : Kromofor, misalnya sistim yang mengandung gugus azo, antrakuinon, dan ftalosianin.

P : Gugus penghubung antara kromofor dan sistim reaktif, misalnya gugus amina, sulfo amina, dan amida.

R : Sistim Reaktif, misalnya triazin, pirimidin, vinil, dan kuinoksalin.

X : Gugus reaktif, yang mudah terlepas dari sistim reaktif, misalnya gugus khlor dan sulfat.

Gambar. 1. Struktur zat warna reaktif [8]

Disamping terjadinya reaksi antara zat warna dengan serat membentuk ikatan primer kovalen yang merupakan ikatan pseudo ester atau eter, molekul air pun dapat juga mengadakan reaksi hidrolisa dengan molekul zat warna, dengan memberikan komponen zat warna yang tidak reaktif lagi. Reaksi hidrolisa tersebut akan bertambah cepat dengan kenaikan temperatur. [27]

Selulosa mempunyai gugus alkohol primer dan sekunder yang keduanya mampu mengadakan reaksi dengan zat warna reaktif. Tetapi kecepatan reaktif alkohol primer jauh lebih tinggi daripada alkohol sekunder. Mekanisme reaksi pada umumnya dapat digambarkan sebagai penyerapan unsur positif pada zat warna reaktif terhadap gugus hidroksil pada selulosa yang terionisasi. Agar dapat bereaksi zat warna memerlukan penambahan alkali yang berguna untuk mengatur suasana yang cocok untuk bereaksi, mendorong pembentukan ion selulosa dan menetralkan asam-asam hasil reaksi. [27]

Dalam daftar “Color Index” golongan zat warna yang terbesar jumlahnya adalah zat warna azo, dan dari zat warna yang berkromofor azo ini yang paling banyak adalah zat warna reaktif. Zat warna reaktif ini banyak digunakan dalam proses pencelupan bahan tekstil. Zat warna reaktif adalah zat warna yang paling mudah dalam pencelupan untuk serat selulosa seperti kapas. Zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang sifatnya lebih kuat daripada ikatan – ikatan lainnya sehingga sukar dilunturkan. Adanya reaksi langsung antara serat dengan zat warna mengakibatkan asam khlorida akan menghalangi terjadinya reaksi antara selulosa dengan zat warna reaktif sehingga harus ditambahkan soda atau alkali untuk mempercepat reaksi dan menghilangkan asam khlorida yang terjadi.

  1. Zat warna reaktif Procion merupakan zat warna dari I.C.I yang mempunyai kereaktifan rendah dan termauk zat warna reaktif panas. Zat warna Procion merupakan suatu zat warna golongan diklorotriazina yang dapat mencelup serat selulosa. Zat warna Procion dibuat dari senyawa zat warna yang mengandung gugusan amina dalam suatu proses kondensasi dengan kloridasianurat. Reaksinya dengan air mengakibatkan gugus khlorida aktif dari kloridasianurat telah terhidrolisa sebelum dapat bereaksi dengan serat sehingga hasil celupan kurang sempurna.
  2. Kromofor zat warna reaktif biasanya merupakan sistem azo dan antrakuinon dengan berat molekul relatif kecil. Daya serap terhadap serat tidak besar. Sehingga zat warna yang tidak bereaksi dengan serat mudah dihilangkan. Gugus-gugus penghubung dapat mempengaruhi daya serap dan ketahanan zat warna terhadap asam atau basa. Gugus-gugus reaktif merupakan bagian-bagian dari zat warna yang mudah lepas. Dengan lepasnya gugus reaktif ini, zat warna menjadi mudah bereaksi dengan serat kain.
  3. Selulosa mempunyai gugus alkohol primer dan sekunder yang keduanya mampu mengadakan reaksi dengan zat warna reaktif. Tetapi kecepatan reaktif alkohol primer jauh lebih tinggi daripada alkohol sekunder. Mekanisme reaksi pada umumnya dapat digambarkan sebagai penyerapan unsur positif pada zat warna reaktif terhadap gugus hidroksil pada selulosa yang terionisasi. Agar dapat bereaksi zat warna memerlukan penambahan alkali yang berguna untuk mengatur suasana yang cocok untuk bereaksi, mendorong pembentukan ion selulosa dan menetralkan asam-asam hasil reaksi.
  4. Reaksi yang terjadi antara serat dengan zat warna yaitu :

Dye…Cl + Sell OH ―――> Dye – O Sell + HCl

Sisa HCl yang terbentuk ini akan menyebabkan kerusakan pada serat dimana selain kekuatan serat menurun akan menyebabkan zat warna tidak sempurna dalam mengadakan fiksasi sehingga daya cucinya akan menurun. Penambahan garam alkali yaitu Na2CO3 (Sodex) dan Na2SO4 (Glauber salt) akan mempercepat laju reaksi dan menetralisir kelebihan HCl sesuai reaksi berikut :

HCl + NaOH ―――> NaCl + H2O

  1. Disamping terjadinya reaksi antara zat warna dengan serat membentuk ikatan primer kovalen yang merupakan ikatan pseudo ester atau eter, molekul air pun dapat juga mengadakan reaksi hidrolisa dengan molekul zat warna, dengan memberikan komponen zat warna yang tidak reaktif lagi. Reaksi hidrolisa tersebut akan bertambah cepat dengan kenaikan temperatur.

Referensi :

1. Anonim. Color Measurement, in the Textile Industry. Jerman : Bayer.

2. Ahmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi offset

3. Al. Slamet Ryadi. 1981. Ecologi. Ilmu Lingkungan, dasar – dasar dan pengertiannya 1. Surabaya : Apeka Press.

4. Alaerts, G. Santika Sumestri, Sri. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional

5. Arifin. 2007. Tinjauan dan Evaluasi Proses Kimia (Koagulasi, Netralisasi, Desinfeksi) di Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol, Tangerang. Tangerang : PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri

6. Arifin. 2008. Metode Pengolahan Warna Air; Tinjauan Literatur. Tangerang : PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri.

7. Cooper, Randall L, 1986. Color Removal Using Alum and Cationic Polymers. USA : Pennsylvania state university park dept of civil engineering.

8. Darmojo S, Hardjito. 2003. Teknologi Pencelupan II Terapan, Metode Teori dan Praktisi. Tangerang : FT – Teknik Kimia Tekstil Unis Tangerang

9. Droste, Ronald L. 1997. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment,. New York : John Wiley & Sons, Inc.

10. Darmasetiawan, Martin. 2001. Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air. Bandung : Yayasan Suryono.

11. Eaton, Andrew. et al. 2005. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 21st Edition. Marryland USA : American Public Health Association.

12. Eckenfelder, W.W. 1986. Industrial Water Pollution. New York : Mc Graw Hill.

13. Fessenden, Ralp J; Fessenden, Joan, S.1994. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

14. Hach. 2002. Water Analysis Handbook. 4th Edition. USA : Hach Company.

15. Heaton, Alan. 1994. The Chemical Industry, Second edition. London : Blackie Academic and Profesional, Chapman & Hal.

16. Jr. Day Clyde. dkk. 1987. Kimia Anorganik Teori. Jogjakarta : Gadjah Mada University press.

17. Kawamura, Susumu. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. New York : John Wiley & Sons, Inc.

18. Maria Christina P. dkk. Studi Pendahuluan Mengenai Degradasi Zat Warna Azo (Metil Orange) dalam Pelarut Air Menggunakan Mesin Berkas Elektron 350 keV/10 mA. Dalam Jurnal. JFN, Vol.1 No.1, Mei 2007. Jogjakarta; STTN – BATAN.

19. Mulyatna, Lili. dkk. 2003. Pemilihan Persamaan Isoterm pada Penentuan Kapasitas Adsorpsi Kulit Kacang Tanah Terhadap Zat Warna Remazol Golden Yellow. Bandung : FT-TL Universitas Pasundan. Dalam Infomatek, volume 5 nomor 3 September 2003.

20. Mary Saral. Dkk. 2006. Biodegradation of Textile Waste Water by an Advanced Activated Sludge Process. Tamil Nadu, India : Vellore Institute of Technology.

21. Mikebahorsky. 1998. Emerging Technologies for Color Removal. Charlotte, North Carolina : Environmental Resources Management

22. Nn. Isminingsih. dkk. 1978/1979. Pengantar Kimia Zat Warna. Bandung : Institut Teknologi Tekstil

23. N. Rajamohan; C. Karthikeyan. 2006. Kinetic Studies of Dye Effluent Degradation by Pseudomonas Stutzeri. Tamil – Nadu, India : Annamalai University

24. Peavy. Howard S. 1985. Environmental Engineering. Singapura McGraw Hill-Book Company.

25. PERPAMSI, FORKAMI. 2002. Peraturan Teknis Instalasi Pengolahan Air Minum. Jakarta : Tirta Dharma

26. Pratikto, Eko. Kimia Zat Warna. Tangerang : FT – Teknik Kimia Tekstil Unis Tangerang.

27. Renita Manurung; Rosdanelli Hasibuan; Irvan. 2004. Perombakan Zat Warna Azo Reaktif Secara Anaerob – Aerob. Medan : Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara

28. Reynolds, Tom D. 1982. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering. California : Wadsworth, Inc.

29. Saepudin Suwarsa, 1998. Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi. Bandung : Institut Teknologi Bandung pada JMS Vol. 3 No. 1, hal. 32 – 40, April 1998 32

30. Sugiharto.1987. Dasar – dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI

31. Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta

32. Soedarsono; Benny Syahputra. Pengolahan Air Limbah Batik Dengan Proses Kombinasi Elektrokimia, Filtrasi, dan Adsorbsi. Semarang : FT-TL Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)

33. Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.

34. Wahyuni, Sri. dkk. 2003. Pengukuran Gas Pada Pengolahan Limbah Warna CIRB 5 Dengan Konsentrasi 60 mg/L Dalam Tahapan Reaksi Sequencing Batch Biofilm Reactor (SBBR). Bandung : FT-TLUniversitas Pasundan. Dalam Infomatek, volume 5 nomor 4 Desember 2003.

35. Wood, Kleinfelter. Keenan. dkk. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

36. Watanabe, S. Dkk. 1986. Teknologi Tekstil. Jakarta: Pradnya Paramita.

37. Yunasfi. 2002. Pemanfaatan Limbah Cair Industri untuk Sektor Kehutanan. Medan : F. Pertanian, Universitas Sumatera Utara

38. http://www.gewater.com/handbook/wastewater_gas_cleaning_systems/ch_37_treatment.jsp

39. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliah-lainnya/ipal-limbah-tekstil

40. http://shantybio.transdigit.com/?Biology_Dasar_Pengolahan_Limbah:Pengolahan_Air_Limbahdengan_Teknologi_Bersih

41. http://forlink.dml.or.id/pterapb/textile/123.htm

42. http://aquat1.ifas.ufl.edu/guide/color.html

Pengendalian Gas Buang Kendaraan Bermotor Dengan Uji Emisi.

<!– @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } –>

Emisi gas yang dihasilkan oleh pembakaran kendaraan bermotor pada umumnya berdampak negatif terhadap lingkungan. Sehingga perlu diambil beberapa langkah untuk dapat mengendalikan gas buang yang dihasilkan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut antara lain: Uji emisi, pemilihan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan penggunaan katalitik konverter.

Beberapa tahun lalu Swiss Contact bekerja sama dengan 200 bengkel di Jakarta melakukan uji emisi kendaraan. Hasilnya, dari 16 ribu mobil yang diuji, hanya 54 persen yang memenuhi baku mutu emisi. Padahal hanya dengan perawatan sederhana seperti tune up dan mengganti saringan bensin atau oli sudah dapat menurunkan kadar emisi 30-40 persen. Seharusnya uji emisi dapat diterapkan secara ketat.

Pemberian sertifikat uji emisi sebaiknya jangan diberikan secara sembarangan. Karena adanya keharusan memiliki sertifikat inilah yang akan mendorong pemilik kendaraan betul-betul merawat kendaraannya. Untuk lulus dalam uji emisi kendaraan sebetulnya tidak terlalu sulit. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah, memastikan perangkat emisi ada pada kendaraan, karena bagian pertama dari uji emisi adalah dengan memastikan peralatan emisi berada di tempatnya. Dan sebaiknya kendaraan yang dipergunakan mempunyai peralatan original. Beberapa hal yang sering hilang ataupun tidak berada di tempatnya adalah EGR (exhaust gas recirculation valve), pompa udara, atau pipa intake pemanas udara. Mesin yang kondisinya baik biasanya bersuara halus. Busi yang tidak berfungsi, kebocoran ruang vakum, atau bensin campur akan menyebabkan tinggi emisi gas buang. Di samping itu oli mesin yang sangat kotor akan mengganggu proses penguapan oli, kemudian terhambat masuk ke ruang mesin dan akhirnya keluar melalui knalpot.

Mesin sebaiknya dipastikan bekerja pada suhu yang tepat. Karena suhu yang tidak tepat, misalnya terlalu dingin akan mengakibatkan injeksi bahan bakar berlebihan. Hal ini juga bisa berakibat Anda gagal dalam uji emisi gas buang. Untuk mengetahui apakah kendaraan teresebut layak atau tidak mendapat sertifikat uji emisi, maka dapat dilakukan suatu cara yang sederhana yaitu dengan memacu kendaraan kendaraan tersebut pada kecepatan tinggi. Ini akan membantu untuk mengetahui apakah busi kendaraan tersebut berfungsi dengan baik atau tidak, gas buang bebas karbon atau tidak, dan apakah residu tertinggal pada catalytic converter atau tidak. Sebelum mengikuti uji emisi terlebih dahulu kendaraan harus dikondisikan. Pengkondisian bisa dilakukan dengan memanaskan mesin selama 15 menit sehingga memastikan mesin berada pada suhu yang cukup, sensor oksigen panas dan mengirimkan sinyal, serta catalytic converter berfungsi. Agar bisa berfungsi catalityc converter harus dalam kondisi panas. Jika converter berada di bagian bawah-belakang kendaraan dan mesin tidak dijalankan atau berjalan lambat dan sebentar, converter akan dingin dan berhenti berfungsi.

Selama uji emisi, teknisi akan mengukur kadar hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan nitrogen oksida (NOx). HC biasanya berasal dari pembakaran yang tidak sempurna. Silinder yang macet akan mengakibatkan kadar HC tinggi. Sedangkan CO dihasilkan oleh proses pembakaran normal akan tetapi kadar CO tinggi dapat dicegah melalui penggunaan bahan bakar secara hati-hati dan penggunaan catalytic converter. Selain itu bensin campur dalam jumlah banyak akan mengakibatkan tingginya kadar CO. Sementara itu NOx terjadi saat suhu pembakaran sangat tinggi, yang diakibatkan oleh desain mesin atau penggunaan Exhaust Gas Recirculation (EGR) pada suhu silinder tinggi. Waktu pembakaran yang tidak tepat dapat meningkatkan suhu silinder sehingga mendongkrak emisi NOx. Jadi sebaiknya jangan pernah menggunakan bensin campur.

Tidak lulusnya uji emisi kendaraan biasanya disebabkan oleh hal-hal yang sederhana seperti: busi atau kawat busi yang jelek, filter udara kotor, waktu pembakaran yang tidak tepat, atau pemakaian bensin campur dalam jumlah banyak. Perawatan rutin dan pemanasan mesin sebelum uji emisi akan membantu kelulusan uji emisi kendaraan Anda. Akibatnya memang sangat positif, industri otomotif berlomba membuat kendaraan dengan motor bakar yang tidak banyak menghasilkan emisi di bawah standar yang diizinkan.

Untuk memperoleh emisi yang rendah antara lain dengan pemasangan katub PVC sistem karburasi, sistem pemantikan yang lebih sempurna, sirkulasi uap BBM. Selain itu dikembangkan kendaraan berbahan bakar alternatif, seperti bahan bakar gas, mobil listrik, dan juga mobil fuel-cell yang paling ramah lingkungan. Sebelum mereka bisa memanfaatkan energi alternatif secara maksimal, mereka juga mengembangkan teknologi seperti HCCI (homogeneous-charge compressionignition) yang memberikan basis untuk kelas baru emisi rendah. Pemakaian gas alam cair, misalnya, bukan hanya lebih ramah lingkungan, tapi juga menguntungkan untuk kondisi Indonesia yang sangat kaya gas alam. Namun, itu perlu didukung kebijakan yang mempermudah pembangunan SPBU untuk gas alam.

Edited by : @_pararaja from Peserta Mata Kuliah Teknik Pembakaran Semester Genap 2001/2002. 2001. Portfolio Bahan Bakar Cair. Depok : Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Karakterisasi dan Fungsi Protein-Protein Spesifik dari Lateks Karet serta Peranannya dalam Produksi Karet

R Ukun MS Soedjanaatmadja, P Soedigdo, Toto Subroto, O Suprijana, Muljadji Agma, dan Dian Siti Kamara

Jurusan Kimia, Universitas Padjadjaran

Karet (Hevea brasiliensis) alam merupakan komoditas ekspor nonmigas yang cukup potensial dan dapat diandalkan sampai saat ini. Sebelum Perang Dunia II sampai tahun 1959-1960 Indonesia merupakan negara produsen karet nomor satu di dunia, tetapi kini Indonesia merupakan negara produsen karet setelah Malaysia. Malaysia berhasil dalam pembibitan klon-klon unggulan yang menghasilkan lateks lebih banyak karena dukungan sektor penelitian, Rubber Research Institute, yang sangat intensif.

Protein spesifik, seperti hevein, hevamin, dan pseudohevein yang terdapat di dalam lateks diduga memiliki peranan penting baik dalam proses aliran lateks maupun pertahanan pohon karet terhadap pengaruh luar, mikroorganisme, serangga, atau penyadapan. Penelitian ini bertujuan mengkaji aspek biokimia dan menginventarisasi sumber daya alam baik untuk meningkatkan produksi lateks maupun memanfaatkan proteinnya sebagai anticendawan.

Dari hasil penelitian ini diperoleh cara untuk proses isolasi dan pemurnian hevein, hevamin, dan pseudohevein dengan tingkat kemurnian yang baik. Jenis sampel B-serum hasil liofilisasi yang diproses melalui tahapan beku-cair merupakan materi yang paling baik untuk mengisolasi hevein.

Kandungan hevein pada lateks karet klon GT-I dan PR-261 lebih tinggi daripada klon LCB-1320. Nisbah hevein dan protein dasar pada klon GT-I dan PR-261 lebih besar dari satu, sedangkan pada klon LCB-1320 lebih kecil dari satu. Nisbah hevein dan hevamin pada klon GT-1, PR-261, dan LCB-1320, masing-masing ialah 12.9, 11.7, dan 3.05. Ada korelasi antara nisbah hevein dan hevamin (lebih tepatnya nisbah hevein dan protein dasar) dengan jumlah lateks yang dihasilkan oleh setiap klon karet. Makin besar nilai nisbah tersebut, maka akan semakin tinggi kuantitas lateks yang dihasilkan.

Hevein dan pseudohevein merupakan protein yang memiliki bobot molekul dan muatan yang hampir sama, namun dengan tehnik HPLC fase terbalik, keduanya dapat dipisahkan dan dimurnikan dengan baik. Hevein dan pseudohevein merupakan protein-protein yang memiliki afinitas pengikatan kitin, jadi keduanya merupakan protein pengikat kitin.

Hevein dan pseudohevein merupakan agens anticendawan yang cukup kuat untuk menghambat cendawan Aspergillus niger. Keduanya merupakan agens penstabil suspensi karet . Hevein dan pseudohevein juga merupakan protein yang pada bagian C-terminalnya tercabik-cabik. Pada struktur hevein, di samping ada komponen utama yang mengandung C-terminal asam aspartat (BM 4718), ada juga yang mengandung tambahan asam amino serina serta serina-glisina dengan nisbah 8:1:1. Pada struktur pseudohevein terdapat komponen yang mengandung bagian C-terminal 3-glisina, 1-glisina, dan tanpa glisina dengan nisbah 2:4:3:1.

Kemampuan psudohevein mengikat (GlcNAc)4 tidak begitu banyak berbeda dibandingkan dengan hevein, meskipun asam amino pada posisi nomor 21 untuk kedua protein tersebut memiliki perbedaan, yaitu tirosina pada pseudohevein dan triptofan pada hevein. Hevein dan pseudohevein dapat diisolasssi dari limbah cair pabrik karet dan massih dapat dimanfaatkan sebagai agens anticendawan karena keduanya masih utuh, tidak terdenaturasi. Hasil analisis simulasi molecular dynamic untuk hevein dan pseudohevein menunjukkan dua bentuk struktur protein yang hampir identik dengan adanya beberapa perbedaan asam amino pada posisi tertentu.

Adopted from : Hibah Bersaing

MEDIA PETAKONSEP DALAM PENGAJARAN LAJU REAKSI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FMIPA UNIMED

<!– @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } –>

Sortha S Silalahi 1

1Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl Pancing Pasar V Medan, Sumatera Utara

ABSTRACT

The affectivity of Concept map on the teaching of chemistry ‘Rate reaction’ on is explained in the paper.  The research was conducted onto the first year University students in Faculty of Mathematics and Natural Science (FMIPA) State University of Medan (UNIMED) Medan.  The research was carried out through teaching the students with a Concept map media and a conventional media as a control.  The affectivities of educational medias to improve student’s achievements on the chemistry subject were evaluated by comparing their ability to solve chemistry problems before and after the teaching and learning process.  The study concluded that teaching the student by using a Concept map media improved the student’s achievements on chemistry because the existing teaching method motivated the students to study systematically on solving chemistry problems.

Key word: Media pendidikan, petakonsep, Laju Reaksi, prestasi belajar, mahasiswa.

PENDAHULUAN

Pengalaman pendidikan yang sering dihadapi oleh Dosen Kimia Dasar di sekolah menengah adalah bahwa kebanyakan mahasiswa menganggap mata pelajaran kimia sebagai mata pelajaran yang sulit, sehingga tidak jarang seorang mahasiswa yang bukan dari Jurusan Kimia sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajari kimia (Sakkashiri, 1991).  Hal ini mungkin disebebkan oleh penyajian materi kimia pada Tahun Pertama Perkuliahan (TPB) Kimia Dasar yang kurang menarik dan membosankan, sehingga terkesan sulit dan menakutkan bagi mahasiswa, dan akhirnya banyak mahasiswa yang bukan Jurusan Kimia seperti dari Jurusan Fisika dan Biologi, kurang menguasai konsep dasar kimia. Keadaan ini akan merugikan terhadap keberhasilan mahasiswa bila tidak segera dibenahi. Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab kurangnya penguasaan materi kimia diantaranya (1) mahasiswa sering belajar dengan cara menghafal tanpa membentuk pengertian terhadap materi yang dipelajari, (2) materi yang diajarkan mengambang sehingga mahasiswa tidak dapat menemukan ‘kunci’ untuk mengeri materi yang dipelajari, dan (3) guru kurang berhasil menyampaikan ‘konsep’ untuk menguasai materi yang diajarkan (Lynch dan Waters, 1980).

Idealnya seorang dosen harus selalu waspada terhadap materi pelajaran yang sedang dan akan diajarkan kepada mahasiswa, sehingga selain menyampaikan materi pelajaran, kepadanya juga diberi beban untuk mengembangkan topik pelajaran agar memberikan hasil belajar yang optimum (Boyce, dkk. 1997).  Salah satu sasaran peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat mahasiswa kepada mata pelajaran kimia.  Hal ini bisa tercapai bila materi pelajaran kimia dapat dikemas menjadi pelajaran yang menarik dan mudah dimengerti, yaitu melalui penyampaian materi kimia dengan menggunakan media pengajaran. Media pendidikan dapat digunakan untuk membangun pemahaman dan penguasaan objek pendidikan.  Beberapa media pendidikan yang sering dipergunakan dalam proses belajar-mengajar diantaranya media cetak, elektronik, model, sketsa, peta dan diagram (Kreyenhbuhl, 1991).  Dalam pengajaran materi kimia Laju Reaksi, salah satu media yang dipergunakan adalah media petakonsep.  Media petakonsep bertujuan untuk membangun pengetahuan mahasiswa dalam belajar secara sistematis, yaitu sebagai teknik untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam penguasaan konsep belajar dan pemecahan masalah (Pandley, dkk. 1994).

A. Media Petakonsep Dalam Pendidikan

Media petakonsep merupakan media pendidikan yang dapat menunjukkan konsep ilmu yang sistematis, yaitu dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran (Pandley, dkk 1994). Langkah yang dilakukan dalam membuat media petakonsep adalah memikirkan apa yang menjadi ‘pusat’ topik yang akan diajarkan, yaitu sesuatu yang dianggap sebagai konsep ‘inti’ dimana konsep-konsep pendukung lain dapat diorganisasikan terhadap konsep inti, kemudian menuliskan kata, peristilahan dan rumus yang memiliki arti, yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep inti, sehingga akhirnya membentuk satu peta hubungan integral dan saling terkait antara konsep atas-bawah-samping (Nakhleh, 1994).  Penggunaan media petakonsep di dalam pendidikan sudah dilakukan sejak tahun 1977, yaitu dalam pengajaran Sistematika dalam pelajaran Biologi (Novak, 1977), dan sejak itu media petakonsep berkembang dan telah dipergunakan dalam berbagai bidang pendidikan seperti untuk pengajaran kimia (Pandley, dkk. 1994; Nakhleh, 1994), pendidikan kedokteran (Eitel, dkk. 2000; Weiss dan Levison, 2000; West, dkk. 2000), pendidikan keperawatan, (Irvine, 1995; Van Neste-Kenny, dkk. 1998; Daley, dkk. 1999) dan fisiologi (McGaghie, dkk. 2000).

Penggunaan media petakonsep dalam mata pelajaran Kimia telah dilakukan untuk pengajaran Kromatografi seperti yang dijelaskan oleh Pandley, dkk. (1994). Media petakonsep dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan konsep pemisahan analitik.  Media petakonsep dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap sistematika pemisahan dengan menggunakan teknik kromatografi.  Penggunaan media petakonsep dalam pengajaran Asam-Basa juga telah dilaporkan oleh Nakhleh (1994).  Media petakonsep diketahui sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa belajar mandiri di laboratorium.  Penelitian lain dalam melihat efektifitas media petakonsep dalam meningkatkan penguasaan materi kimia SMU juga telah dijelaskan (Purba, dkk 1997).

METODE PENELITIAN

Yang menjadi populasi penelitian adalah mahasiswa FMIPA Unimed yang mengikuti Kimia Dasar pada tahun Akademi 2005/2006.  Sampel dipilih dari Dua Jurusan (Matematika, Fisika dan Biologi) dengan dua kelas paralel.  Sampel adalah mahasiswa kelas 1 yang dipilih secara purposif, kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian.  Instrumen penelitian adalah media petakonsep dan media konvensional ceramah sebagai kontrol.  Alat pengumpul data adalah evaluasi belajar (soal kimia) terdiri atas evaluasi pendahuluan, evaluasi akhir-1 dan evaluasi akhir-2.  Evaluasi disusun oleh peneliti berdasarkan GBPP Kimia Dasar dengan sebaran tingkat kesulitan yang sudah terstandarisasi.

Prosedur penelitian meliputi penyusunan instrumen, pengajaran dan evaluasi.  Penyusunan instrumen dilakukan mengikuti kisi dalam GBPP mata Kuliah Kimia Dasar, dan selanjutnya dilakukan konsultasi dengan Tim Pengajar Kimia Dasar untuk diminta pendapat tentang media petakonsep yang didisain.  Sebelum perlakuan pengajaran, terhadap kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terlebih dahulu dilakukan evaluasi pendahuluan untuk mengukur kemampuan mahasiswa terhadap pokok bahasan yang akan diajarkan, kemudian dilanjutkan dengan pengajaran menggunakan media petakonsep dan metode ceramah (kontrol) dan dilanjutkan dengan evaluasi akhir-1, yaitu pada akhir pengajaran.  Setelah waktu satu bulan dari perlakuan pengajaran, dilakukan evaluasi akhir-2.  Data berupa prestasi belajar mahasiswa (skor mahasiswa yang benar dari 20 soal) diolah secara statistik menggunakan EXCEL soft ware untuk penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pengelompokan sampel

Sampel penelitian ada sebanyak 15 Kelas paralel untuk 3 Jurusan, meliputi Program Kependidikan dan Program Non Kependidikan. Pada masing-masing Jurusan dipilih sebanyak 2 kelas paralel sebagai objek penelitian.  Alasan pembatasan pemilihan kelas adalah karena keterbatasan tim peneliti.  Jumlah sampel di setiap sekolah hanya dipilih sebanyak 20 orang per-kelas.  Pemilihan sampel adalah berdasarkan nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) mahasiswa di SLTA, yaitu 10 orang yang memiliki UAN relatif tinggi dan 10 orang lagi yang memiliki UAN relatif rendah untuk masing-masing kelas.  Sampel yang terpilih dikelompokkan menjadi kelompok kemampuan tinggi (dengan UAN relatif tinggi), selanjutnya disebut kelompok tinggi (KT) dan kelompok kemampuan rendah (dengan UAN relatif rendah), selanjutnya disebut kelompok rendah (KR).  Pengelompokan KT dan KR dalam penelitian ini hanya sebagai asumsi dasar pengelompokan saja, karena UAN mahasiswa objek penelitian pada umumnya tidak terlalu jauh berbeda.  Walaupun sampel hanya dipilih sebanyak 20 orang, perlakuan pengajaran dan evaluasi dilakukan bersama-sama terhadap seluruh sampel di dalam kelas, akan tetapi mahasiswa lain tidak akan diikutkan sebagai sumber data penelitian.

C. Evaluasi pendahuluan

Untuk mengukur kemampuan pengetahuan mahasiswa terhadap materi yang akan diajarkan, terlebih dahulu dilakukan evaluasi pendahuluan untuk mengukur penguasaan mahasiswa terhadap materi Laju Reaksi.  Evaluasi pendahuluan dilakukan terhadap seluruh sampel (kelompok media petakonsep dan kelompok kontrol), dan penguasaan materi mahasiswa berdasarkan hasil evaluasi pendahuluan dirangkum pada Tabel 1. Dari hasil diketahui bahwa mahasiswa FMIPA pada umumnya belum mengetahui materi kimia Laju Reaksi, hal ini dapat diyakini berdasarkan angka pencapaian mahasiswa (skor) yang rendah, yaitu jumlah soal yang dapat dikerjakan oleh mahasiswa dengan benar adalah 2 – 5 soal dari 20 soal yang diujikan. Rata-rata pencapaian mahasiswa untuk pengajaran dengan menggunakan media petakonsep (M = 3,280,69) dan metode ceramah (M = 3,290,64) tergolong rendah.  Dapat dinyatakan bahwa mahasiswa belum mampu menyelesaikan soal kimia yang berhubungan dengan Laju Reaksi, sehingga mahasiswa sangat baik untuk sampel penelitian dan dianggap homogen.  Walaupun mahasiswa belum mengetahui materi kimia Laju Reaksi, akan tetapi dalam evaluasi pendahuluan mahasiswa kebanyakan masih dapat menjawab benar, diduga dari hasil ‘tebakan’ karena evaluasi dibuat dalam pilihan berganda.  Dari uji beda diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan antara pencapaian mahasiswa kelompok tinggi (tstat -0,186 < tcrit 2,063) dan kelompok rendah (tstat -0,039 < tcrit 2,063), maupun untuk dua kelopok perlakuan, petakonsep dan ceramah (tstat -0,164 < tcrit 2,009).

Tabel 1.    Penguasaan mahasiswa terhadap materi kimia berdasarkan hasil evaluasi belajar sebelum dan sesudah pengajaran.  Angka dalam tabel adalah rata-rata dan standar deviasi dari 3 Jurusan dengan 2 kelas paralel.

Sampel

Evaluasi pendahuluan

Evaluasi akhir-1

Evaluasi akhir-2

Jurusan

Kelompok

Petakonsep

Ceramah

Petakonsep

Ceramah

Petakonsep

Ceramah

A

KT

4,60(0,20)

4,50(0,25)

18,30(0,54))

14,50(0,38)

17,80(0,46)

12,20(0,31)

KR

3,20(0,23)

3,60(0,34)

17,80(0,65)

13,00(0,51)

16,20(0,27)

11,40(0,39)

B

KT

4,20(0,31)

3,86(0,43)

17,80(1,00)

14,80(0,48)

17,60(0,75)

10,00(0,76)

KR

3,20(0,25)

2,90(0,22)

16,30(0,60)

12,30(0,85)

15,80(0,20)

10,00(0,35)

C

KT

3,20(0,35)

3,32(0,52)

17,80(1,30)

14,70(0,43)

16,84(0,26)

12,40(0,73)

KR

3,40(0,32)

3,42(0,50)

16,10(0,66)

12,50(0,93)

15,00(0,39)

10,00(0,62)

Rata-rata

KT

3,48(0,87)

3,50(0,72)

17,58(1,11)

14,18(0,75)

16,81(1,04)

11,68(1,09)

(M)

KR

3,08(0,37)

3,08(0,48)

16,30(1,17)

12,08(0,93)

15,40(0,72)

10,28(0,78)

3,28(0,69)

3,29(0,64)

16,94(1,30)

13,13(1,35)

16,10(1,14)

10,98(1,18)

A = Jurusan Matematika B = Jurusan Fisika

C = Jurusan Biologi                                                      D = Sampel pada kabupaten D

KT = kelompok mhs UAN relatif tinggi                      KR = kelompok mhs NEM relatif rendah

D. Pengaruh media petakonsep

Untuk mengurangi bias yang disebabkan oleh Dosen Kimia Dasar, perlakuan pengajaran terhadap kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan oleh satu orang Dosen yang sudah mengetahui penggunaan media pengajaran.  Berdasarkan urutan GBPP mata Kuliah Kimia Dasar, perlakuan pengajaran dilakukan serentak sehingga akan lebih efektif bila dilakukan oleh Dosen Mata Kuliah Kimia Dasar.  Setelah perlakuan pengajaran dengan menggunakan media petakonsep dan tanpa media, diperoleh pencapaian mahasiswa berdasarkan jumlah jawaban mahasiswa yang benar untuk evaluasi akhir-1 seperti dirangkum pada Tabel 1.  Hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah pengajaran dengan menggunakan media petakonsep dan tanpa media pengajaran (ceramah) menunjukkan perbedaan nyata, yaitu pengajaran meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap materi Laju Reaksi.  Prestasi belajar mahasiswa pada pengajaran dengan menggunakan media petakonsep sebelum pengajaran (M = 3,280,47) lebih rendah dibanding dengan prestasi belajar mahasiswa sesudah pengajaran (M = 16,941,69), yaitu berbeda secara signifikan dimana (tstat –78,79 < tcrit 2,009). Hal yang sama terlihat untuk pengajaran tanpa menggunakan media, yaitu diperoleh rata-rata prestasi belajar mahasiswa sebelum perlakuan pengajaran (M = 3,290,64) lebih rendah dibanding sesudah perlakuan pengajaran (M = 13,131,35), dimana kedua kelompok ini  berbeda secara signifikan (tstat –58,47 < tcrit 2,009).  Pengaruh media petakonsep terhadap pencapaian hasil belajar mahasiswa dari evaluasi akhir-1 diperlihatkan pada Tabel 1.  Secara umum, prestasi belajar mahasiswa dengan menggunakan media petakonsep (M = 16,944,30) lebih tinggi dibanding dengan pencapaian mahasiswa dengan media ceramah (M = 13,131,35).

Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara media petakonsep dengan media ceramah (tstat 24,480 > tcrit 2,009).  Lebih lanjut dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar  mahasiswa kelompok tinggi dan mahasiswa kelompok rendah untuk masing-masing kelompok perlakuan.  Prestasi belajar mahasiswa yang diberi pengajaran dengan menggunakan media petakonsep mahasiswa kelompok tinggi (M = 17,581,22) lebih baik dibanding mahasiswa kelompok rendah (M = 14,180,55).  Analisis statistik diketahui perbedaan yang signifikan (tstat 16,784 > tcrit 2,063) antara dua kelompok mahasiswa.  Dengan cara yang sama penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah diperoleh prestasi belajar mahasiswa kelompok tinggi (M = 16,301,37) lebih baik dibanding prestasi belajar mahasiswa kelompok rendah (M = 12,080,86), dimana tstat 20,148 > tcrit 2,063.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar mahasiswa yang disebabkan oleh kesan pengajaran menggunakan media pengajaran dapat dilihat dari hasil evaluasi akhir-2 , yaitu setelah selang waktu satu bulan dari perlakuan pengajaran.  Prestasi belajar mahasiswa berdasarkan hasil evaluasi akhir-2 dirangkum pada Tabel 1.  Pengaruh media petakonsep dalam meningkatkan prestasi belajar terlihat sangat nyata, yaitu prestasi belajar mahasiswa dengan pengajaran menggunakan media petakonsep (M = 16,101,14) lebih tinggi dibanding prestasi belajar mahasiswa yang diajar dengan metode ceramah (M = 10,981,18).  Dua kelompok perlakuan ini berbeda secara signifikan dimana tstat 26,985 > tcrit 2,009.  Dari perbedaan mean diketahui bahwa tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi kimia Laju Reaksi yang diberi perlakuan dengan menggunakan media petakonsep lebih tinggi dibandingkan terhadap perlakuan pengajaran dengan menggunakan media konvensional ceramah. Pengajaran dengan menggunakan media petakonsep dapat meningkatkan cara belajar sistematis bagi mahasiswa karena media petakonsep yang disusun terdiri atas petunjuk praktis yang mudah dipelajari, yaitu berupa prosedur dan urutan yang sistematis yang dapat dipergunakan sebagai pedoman di dalam menyelesaikan soal kimia untuk pokok bahasan Laju Reaksi. Proses belajar ini dapat meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar mandiri, karena contoh soal yang disajikan di dalam media petakonsep sangat sistematis dan mudah dimengerti.

KESIMPULAN

Penyampaian materi pelajaran kimia Laju Reaksi dengan menggunakan media petakonsep dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa karena mempermudah pemahaman topik pelajaran.  Pengajaran kimia dengan menggunakan media petakonsep memberikan kesan pengajaran lebih lama dibandingkan terhadap pengajaran dengan metode ceramah karena media petakonsep mempunyai alur sistematis yang dapat menuntun cara belajar mahasiswa untuk menyelesaikan soal-soal Kimia Dasar. Dengan melihat keberhasilan pengajaran menggunakan media petakonsep dalam pengajaran Laju Reaksi, maka perlu dipikirkan untuk aplikasi media petakonsep ini dalam pengajaran materi kimia lain dalam lingkup Kimia Dasar atau Mata kuliah Lainnya. Perlu juga dipertimbangkan untuk menggunakan media petakonsep untuk pengajaran materi pelajaran bidang studi lain di luar mata kuliah Kimia Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Boyce, L.N.; VanTasselBaska, J.; Burruss, J.D.; Sher, B.T. dan Johnson, D.T., (1997), A problem-based curriculum: Parallel learning opportunities for students and teachers, Journal of the Education of the Gifted 20: 363-379.

Daley, B.J.; Shaw, C.R.; Balistrieri, T.; Glasenapp, K. dan Piacentine, L., (1999), Concept maps: a strategy to teach and evaluate critical thinking., Journal of Nursing Education 38: 42-47.

Depdikbud, (1995), Kurikulum Sekolah Menengah Umum, GBPP Mata Pelajaran Kimia, Keputusan Mendikbud Nomor 061/U/1995, tgl 25 Februari 1995, Depdikbud Jakarta.

Eitel, F.; Kanz, K.G.; Hortig, E. Dan Tesche, A., (2000), Do we face a fourth paradigm shift in medicine–algorithms in education?., Journal of Evaluation in Clinical Practice 6: 321-333.

Irvine, L.M,.(1995), Can concept mapping be used to promote meaningful learning in nurse education?. Journal of Advanced Nursing 21: 1175-1179.

Kreyenbuhl, J.A. dan Atwood, C.H., (1991), Are we teaching the right things in general chemistry?, Journal of Chemical Education 68: 914-918.

Lynch, P.P. dan Waters, M., (1980), Expectation of new chemistry students concerning chemistry courses, Chemistry in Australia 47: 238-242.

McGaghie, W.C.; McCrimmon, D.R.; Mitchell, G.; Thompson, J.A. dan Ravitch, M.M., (2000), Quantitative concept mapping in pulmonary physiology: comparison of student and faculty knowledge structures., Advances in Physiology Education.23: 72-81.

Nakhleh, M.B., (1994), Chemical education research in the laboratory environment.  How can research discover what student are learning, Journal of Chemical Education 71: 201-205.

Novak, J.D., (1977), New trends in Biology teaching, Science Education 61: 453-477.

Pandley, B.D.; Bretz, R.L. dan Novak, J.D., (1994), Concept maps as a tools to assess learning in chemistry, Journal of Chemical Education 71: 9-15.

Purba, J.; Situmorang, M.; dan Tambunan, M.M., (1997), Efektifitas media petakonsep dan Diagram-V untuk meningkatkan penguasaan materi kimia sekolah menengah Umum di Sumatera Utara, Laporan Penelitian FPMIPA IKIP Medan.

Shakkashiri, B.Z., (1991), Chemical Demonstration. A hand book for teacher of chemistry, The University of Winconsin Press

Van Neste-Kenny, J.; Cragg, C.E. dan Foulds, B., (1998), Using concept maps and visual representations for collaborative curriculum development, Nurse Educator 23: 21-25

Weiss, L.B. dan Levison, S.P., (2000), Tools for integrating women’s health into medical education: clinical cases and concept mapping., Academic Medicine 75: 1081-1086.

West, D.C.; Pomeroy, J.R.; Park, J.K.; Gerstenberger, E.A. dan Sandoval, J., (2000), Critical thinking in graduate medical education: A role for concept mapping assessment?, JAMA 284: 1105-1110.

BAHAN BAKAR DIESEL

<!– @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } –>

A. Pendahuluan

Bahan bakar mesin diesel sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon dan senyawa nonhidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang dapat ditemukan dalam bahan bakar diesel antara lain parafinik, naftenik, olefin dan aromatik. Sedangkan untuk senyawa nonhidrokarbon terdiri dari senyawa yang mengandung unsur non logam, yaitu S, N, O dan unsur loga m seperti vanadium, nikel dan besi. ASTM mengklasifikasikan bahan bakar diesel menjadi tiga tingkatan, yaitu :

  1. Tingkat 1-D

Merupakan bahan bakar yang volatile untuk mesin dengan perubahan kecepatan dan loading yang berfrekuensi, misalnya untuk kendaraan bermotor.

  1. Tingkat 2-D

Merupakan bahan bakar dengan volatilitas lebih rendah untuk mesin industri, mesin kapal laut dan lokomotif.

  1. Tingkat 4-D

Bahan bakar dengan volatilitas lebih rendah untuk mesin berkecepatan rendah dan sedang.

Pada Tabel 7 diberikan karakteristik bahan bakar untuk masing-masing tingkatan yang ditetapkan oleh ASTM. Untuk tingkat 1-D dan 2-D dicantumkan pula karakteristik bahan bakar untuk kandungan sulfur rendah. Standar bahan bakar pada Tabel 7 merupakan batas minimum yang dibutuhkan untuk menjamin kinerja yang memuaskan dari mesin diesel. Dapat dilihat pula bahwa semakin tinggi tingkatannya, temperatur distilasi akan semakin tinggi artinya volatilitas semakin rendah.

Penggolongan bahan bakar mesin diesel berdasarkan jenis putaran mesinnya, dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:

  1. Automotive Diesel Oil ( ADO ), yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin dengan kecepatan putaran mesin di atas 1000 rpm (rotation per minute). Bahan bakar jenis ini yang biasa disebut sebagai bahan bakar diesel. Biasanya digunakan untuk kendaraan bermotor.

  2. Industrial Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin-mesin yang mempunyai putaran mesin kurang atau sama dengan 1000 rpm, biasanya digunakan untuk mesin-mesin industri. Bahan bakar jenis ini disebut minyak diesel.

Tabel 7. Standar ASTM untuk minyak diesel

Mesin-mesin dengan putaran mesin yang cepat (>1000 rpm) membutuhkan bahan dengan karakteristik tertentu yang berbeda dengan minyak diesel. Karakteristik yang diperlukan berhubungan dengan auto ignition (kemampuan menyala sendiri), kemudaham mengalir dalam saluran bahan bakar, kemampuan untuk teratomisasi, kemampuan lubrikasi, nilai kalor dan karakteristik lain.

B. Karateristik Umum Minyak Diesel

Karakteristik yang umum perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan bakar diesel antara lain viskositas, angka setana, berat jenis, titik tuang, nilai kalor pembakaran, volatilitas, kadar residu karbon, kadar air dan sedimen, indeks diesel, titik embun, kadar sulfur, dan titik nyala.

B.1. Viskositas

Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor pada mesin diesel. Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada viskositas, tekanan injeksi serta ukuran lubang injektor. Viskositas yang lebih tingi akan membuat bahan bakar teratomisasi menjadi tetesan yang lebih besar dengan momentum tinggi dan memiliki kecenderungan untuk bertumbukan dengan dinding silinder yang relatif lebih dingin. Hal ini menyebabkan pemadaman flame dan peningkatan deposit dan emisi mesin.

Bahan bakar dengan viskositas lebih rendah memproduksi spray yang terlalu halus dan tidak dapat masuk lebih jauh ke dalam silinder pembakaran, sehingga terbentuk daerah fuel rich zone yang menyebabkan pembentukan jelaga. Viskositas juga menunjukkan sifat pelumasan atau lubrikasi dari bahan bakar. Viskositas yang relatif tinggi mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik. Pada umumnya, bahan bakar harus mempunyai viskositas yang relatif rendah agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi Hal ini dikarenakan putaran mesin yang cepat membutuhkan injeksi bahan bakar yang cepat pula. Namun tetap ada batas minimal karena diperlukan sifat pelumasan yang cukup baik untuk mencegah terjadinya keausan akibat gerakan piston yang cepat.

B.2. Angka Setana

Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (auto ignition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan referensi berupa campuran antara normal setana (C16H34) dengan alpha methyl naphtalene (C10H7CH3) atau dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal setana memiliki angka setana 100, alpha methyl naphtalene memiliki angka setana 0, dan heptamethylnonane memiliki angka setana 15. Angka setana suatu bahan bakar biasanya didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana dengan

campurannya tersebut.

Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah, dan sebaliknya angka setana rendah menunjukkan bahan bakar baru dapat menyala pada temperatur yang relatif tinggi. Penggunaan bahan bakar mesin diesel yang mempunyai angka setana yang tinggi dapat mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar diinjeksikan ke dalam silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak terakumulasi.

B.3. Berat Jenis

Berat jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume, karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar diesel diukur dengan menggunakan metode ASTM D287 atau ASTM D1298 dan mempunyai satuan kilogram per meter kubik (kg/m3).

B.4. Titik Tuang

Titik tuang adalah titik temperatur terendah dimana mulai terbentuk kristalkristal parafin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Titik tuang ini dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan (angka iodium),semakin tinggi ketidakjenuhan maka titik tuang semakin rendah. Titik tuang juga dipengaruhi oleh panjang rantai karbon, semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi titik tuang. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metoda ASTM D97.

B.5. Nilai Kalor Pembakaran

Nilai kalor pembakaran menunjukkan energi kalor yang dikandung dalam tiap satuan massa bahan bakar. Nilai kalor dapat diukur dengan bomb kalorimeter kemudian dimasukkan dalam rumus :

Nilai Kalor (kcal/kg) = {8100 C + 3400 ( H – O/8)} : 100

Nilai kalor H, C, dan O dinyatakan dalam persentase berat setiap unsur yang terkandung dalam satu kilogram bahan bakar.

B.6. Volatilitas

Volatilitas adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk berubah fasa menjadi fasa uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang rendah menandakan tingginya volatilitas.

B.7. Kadar Residu Karbon

Kadar residu karbon menunjukkan kadar fraksi hidrokarbon yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari range bahan bakar. Adanya fraksi hidrokarbon ini menyebabkan menumpuknya residu karbon dalam ruang pembakaran yang dapat mengurangi kinerja mesin. Pada temperatur tinggi deposit karbon ini dapat membara, sehingga menaikkan temperatur silinder pembakaran.

B.8. Kadar Air dan Sedimen

Pada negara yang mepunyai musim dingin kandungan air yang terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat aliran bahan bakar. Selain itu, keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan pertumbuhan mikro organisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar. Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan juga dan kerusakan mesin.

B.9. Indeks Diesel

Indeks diesel adalah suatu parameter mutu penyalaan pada bahan bakar mesin diesel selain angka setana. Mutu penyalaan dari bahan bakar diesel dapat diartikan sebagai waktu yang diperlukan untuk bahan bakar agar dapat menyala di ruang pembakaran dan diukur setelah penyalaan terjadi. cara menentukkan indeks diesel dari suatu bahan bakar mesin diesel dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :

Indeks Diesel = {Titik Anilin (oF) x API Gravity} : 100

Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks diesel dipengaruhi oleh titik anilin dan berat jenisnya.

B.10. Titik Embun

Titik embun adalah suhu dimana mulai terlihatnya cahaya yang berwarna suram relatif terhadap cahaya sekitarnya pada permukaan minyak diesel dalam proses pendinginan. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metoda ASTM D97.

B.11. Kadar Sulfur

Kadar sulfur dalam bahan bakar diesel dari hasil penyulingan pertama (straight-run) sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Pada umumnya, kadar sulfur dalam bahan bakar diesel adalah 50-60% dari kandungankandungan dalam minyak mentahnya. Kandungan sulfur yang berlebihan dalam bahan bakar diesel dapat menyebabkan terjadinya keausan pada bagian-bagian mesin. Hal ini terjadi karena adanya partikel-partikel padat yang terbentuk ketika terjadi pembakaran dan dapat juga disebabkan karena keberadaan oksida belerang seperti SO2 dan SO3. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metode ASTM D1551.

B.12. Titik nyala ( flash point)

Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar dapat menyala. Hal ini berkaitan dengan keamanan dalam penyimpanan dan penanganan bahan bakar.

Edited by : @_pararaja from Peserta Mata Kuliah Teknik Pembakaran Semester Genap 2001/2002. 2001. Portfolio Bahan Bakar Cair. Depok : Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Bahan Bakar Alternatif Kendaraan Bermotor

  1. Biodiesel Sawit.

Ketersediaan bahan bakar minyak bumi semakin hari semakin terbatas. Sebagaimana gambaran, diperkirakan cadangan minyak bumi di Laut Utara akan habis pada th. 2010. Indonesia yang saat ini dikenal sebagai salah satu negara pengekspor minyak bumi juga diperkirakan akan mengimpor bahan bakar minyak pada 10 tahun mendatang. Karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi permintaan pasar yang meningkat dengan cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri.

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menghadapi krisis energi ini, diantaranya adalah dengan memanfaatkan sumber energi dari Matahari, batubara, dan nuklir, serta mengembangkan bahan bakar dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable). Brasil telah menggunakan campuran bensin dengan alkohol yang disintesis dari tebu untuk bahan bakar kendaraan bermotor.

Beberapa jenis minyak tumbuhan seperti minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak sawit juga telah diteliti untuk digunakan langsung sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, seperti halnya nenek moyang kita dahulu menggunakan minyak tumbuhan lokal sebagai bahan bakar alat penerangan. Beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat telah mengembangkan dan menggunakan bahan bakar dari minyak tumbuhan yang telah dikonversi menjadi bentuk metil ester asam lemak, yang disebut dengan biodiesel.

Negara-negara Eropa umumnya menggunakan biodiesel yang terbuat dari minyak rapeseed, sedangkan Amerika Serikat menggunakan biodiesel yang berbahan baku minyak kedelai. Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar dunia, Malaysia dan Indonesia juga telah mengembangkan produk biodiesel dari minya sawit (palm biodiesel) meskipun belum dilakukan secara komersial.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah berhasil mengembangkan palm biodiesel dari minyak sawit mentah (CPO), refined bleached deodorised palm oil (RBDPO) dan fraksi- fraksi seperti stearin dan olein serta minyak inti sawit. Palm fatty acid destillate (PFAD) yang merupakan hasil samping dari pabrik minyak goreng maupun minyak goreng bekas dari industri rumahan (home industry) juga telah dikembangkan oleh PPKS sebagai bahan baku pembuatan palm biodiesel.

Pengembangan produk biodiesel ternyata lebih mengembirakan dibandingkan dengan penggunaan minyak tumbuhan langsung sebagai bahan bakar Proses termal (panas) di dalam mesin akan menyebabkan minyak terurai menjadi gliserin dan asam lemak. Asam lemak dapat teroksidasi atau terbakar secara relatif sempurna, tetapi dari gliserin akan terbentuk senyawa akrolein dan terpolimerisasi menjadi senyawa plastis yang agak padat. Senyawa ini menyebabkan kerusakan pada mesin, karena membentuk deposit pada pompa injektor. Karena itu perlu dilakukan modifikasi pada mesin-mesin kendaraan bermotor komersial apabila menggunakan minyak tumbuhan langsung sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi.

Selain karena alasan ketersediaan minyak bumi yang terbatas, pengembangan produk biodiesel dari minyak tumbuhan seperti minyak sawit, juga diarahkan pada sifat bahan bakunya yang dapat diperbaharui. Disamping itu, produksi gas hasil pembakarannya, yakni karbon dioksida CO2 di atmosfer yang berlebihan bersifat merusak lingkungan dengan efek rumah kaca yang ditimbulkannya. Dengan memanfaatkan minyak tumbuhan sebagai bahan bakar, maka pembentukan CO2 baru di atmosfer diperkirakan hampir tidak ada. Hal ini disebabkan CO2 hasil pembakaran dari biodiesel akan dikomsumsikan kembali oleh tanaman baru untuk kebutuhan proses fotosintesisnya (siklus karbon).

Selain mereduksi efek rumah kaca, penggunaan biodiesel juga akan meningkatkan kualitas udara lokal dengan mereduksi emisi gas berbahaya, seperti karbon monooksida (CO), ozon (O3), nitrogen oksida (Nox), sulfur dioksida (SO2), dan hidrokarbon reaktif lainnya, serta asap dan partikel yang dapat terhirup. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar emisi gas buang seperti CO, CO2, NOx, SO2, dan hidrokarbon dari bahan bakar camp uran palm biodiesel dan solar lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar solar murni. Penggunaan biodiesel juga dapat mereduksi polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum. Hal ini berhubungan dengan penggunaan mesin-mesin diesel di sektor perairan.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh biodiesel ini ditunjang oleh sifatnya yang dapat teroksigenasi relatif sempurna atau terbakar habis, non-toksik, dan dapat terurai secara alami (biodegradable). Hasil pengujian biologis menunj ukkan bahwa tingkat toksisitas akut biodiesel pada tikus percobaan relatif rendah, yakni dengan nilai LD50 (nilai dosis yang menyebabkan kematian hewan percobaan sebanyak 50 persen dari populasi percobaan) sebesar 17,4 gram per kilogram berat badan (BB).

  1. Etanol.

Ethanol merupakan alkohol cair dengan bilangan oktana yang tinggi dan mampu menggantikan bensin.Ethanol diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable recources) seperti jagung di Amerika serikat dan tebu di Brazil. Menurut studi yang ada, ethanol lebih menguntungkan terhadap lingkungan yang bersih dibandingkan dengan bensin premium.

Bahan bakar ethanol menurut laporan mengurangi carbon monoksida (CO), hidrokarbon serta emisi beracun lainnya. Tapi bisa terjadi kemungkinan ethanol ini menghasilkan emisi acetaldehyde sebagai polutan beracun. Pada umumnya harga ethanol lebih mahal jika dibandingkan dengan harga bensin. Ethanol sementara ini belum dikembangkan di Indonesia. Brasil merupakan negara yang paling maju dibidang kendaraan bermotor dengan bahan bakar ethanol.

  1. BBG.

Gas bumi akan menjawab salah satu solusi pencemaran udara Ibukota. Populasi kendaraan bermotor untuk umum berjumlah sekitar 2600 kendaraan. Sedangkan jumlah kendaraan di Jakarta sekitar 2,6 juta. Kendaraan ini terdiri atas armada taxi, bus umum, mikrolet dan mikro mini. Bebepa mikron gram setiap harinya emisi pegas buang dikeluarkan oleh kendaraan ini jika tidak teratasi. Maka Jakarta akan menjadi limbah polusi udara. Salah satu cara mengurangi pencemaran adalah pemakaian gas bumi.

Cadangan gas kita cukup tersedia dalam jumlah relatip yang cukup besar. Oleh karena itu, hal ini merupakan suatu tantangan dan juga merupakan suatu kesempatan. Sebetulnya BBG merupakan energi alternatif pengganti BBM yang paling prospektif untuk dikembangkan segera, karena:

  • BBG memiliki beberapa keunggulan terhadap BBM, antara lain karena cadangan gas bumi relatif masih cukup besar dan biaya pengadaannya lebih murah dari BBM.

  • Kendaraan yang menggunakan BBG akan memperpanjang usia pemakaian minyak pelumas, mesin dan busi, ramah lingkungan dan aman bagi pemakai.

  • Konsumsi BBM untuk sektor transportasi adalah yang paling dominan (mencapai 52%) dibandingkan untuk industri (19%), listrik (7%) dan rumah tangga (22%).

Jadi substitusi BBM dengan BBG akan mengurangi konsumsi BBM secara signifikan. Untuk itulah pemerintah melalui pertamina mengadakan uji coba pemakaian bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor. Pada tahun 1987 introduksi pemakaian gas sebagai bahan bakar alternatif telah disampaikan kepada masyarakat umum. Dikala itu 500 taxi Blue Bird proyek percontohan dan relatif berhasil. Gas disperser waktu itu baru lima buah yang tersebar dilima wilayah ibukota. Oleh karena jumlah stasiun pengisian bahan bakar (SPBG) sangat terbatas, maka minat masyarakat terhadap BBG kurang mendukung suksesnya pemakaian BBG. Apalagi disamping jumlahnya terbatas, penyebaran juga kurang merata. Inilah alasan yang cukup kuat mengapa BBG kurang populer dimata masyarakat umum. Namun kini jumlah gas dispenser terus bertambah menjadi 13 buah. Sementara itu 9 SPBG sedang dalam persiapan pembangunan.

Dengan beroperasinya SPBG – SPBG ini maka diharapkan konstribusi sumber daya gas bumi akan semakin berperan. Oleh karena itu pengembangan BBG diharapkan akan memacu masyarakat untuk berperan untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Caranya adalah mengkonversikan kendaraan dengan bahan bakar gas. Negara – negara yang cukup maju dibidang pembangunan BBG selain New Zealand adalah Italia dan Argentina. Amerika kini juga tidak mau ketinggalan dalam hal ini. Sudah sekitar 11 tahun Bahan Bakar Gas (BBG) dipasarkan secara komersial sebagai bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia, namun perkembangan penjualannya berjalan sangat lambat. Konsumsi BBG hanya 0,33% dari total konsumsi bahan bakar kendaraan di wilyah Pantai Utara (Pantura) Jawa.

  1. Elpiji.

Selain BBG, kini telah dikembangkan pula Elpiji untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Ini menunjukan bahwa trend bahan bakar transportasi dimasa mendatang mengarah semakin jelas , yakni bahan bakar yang tidak mencemari lingkungan. Di beberapa negara maju seperti Belanda, Italia,Australia dan bahkan Singapura telah lama memanfaatkan Elpiji untuk kendaraan bermotor. Kini Elpiji untuk kendaraan bermotor juga semakin marak, jika kita naik taxi Citra maka kita akan naik tasi dengan bahan bakar Elpiji.Selain taksi, kendaraan angkot di kota – kota tertentu juga telah dan akan menggunakan Elpiji sebagai bahan bakarnya.

Negara yang paling mencolok dibidang pengembangan Elpiji untuk kendaraan bermotor di dunia selain negeri Kincir Angin adalah Selandia Baru, Italia, Jepang, Belgia, Kanada, Australia dan Spanyol. Negara negara ini telah cukup lama berkecimpung dibidang pengembangan Elpiji untuk kendaraan bermotor. Jika ketiga bahan bakar substitusi ini telah banyak digunakan,maka sangat diyakini bahwa pencemaran udara ibu kota semakin kecil, namun demikian pemerintah sebagai katalitas pembangunan sangat menentukan keberhasilan pen gembangan sumber-sumber energi alternatif untuk kendaraan bermotor. Kanada dan New Zealand adalah contoh negara yang memberikan kemudahan atau bahkan pinjaman dalam bentuk grant untuk industri bahan bakar alternatif.

Sekali lagi bahwa komitmen pemerintah sangat menentukan untuk keberhasilannya. Hal ini dikarenakan pengalihan mental (mental swtch) masyarakat terhadap bahan bakar alternatif membutuhkan perubahan sikap, keuangan, teknologi serta peraturan. Selain keterlibatan pemerintah yang tak kalah pentingya adalah partisipasi industri otomotif. Keterlibatan disini maksudnya, mereka memproduksi kendaraan yang dapat menggunakan bahan bakar alternatif dan juga membantu didalam mengatasi beragam kesulitan untuk kendaraan bermotor dengan bahan bakar alternatif. Yang paling penting adalah bahwa masyarakat pemilik kendaraan bermotor mau menerima bahan bakar alternatif. Mereka harus yakin bahwa bahan bakar alternatif ini selain harganya lebih murah, juga efisien serta memperbaiki kualitas lingkungan. Jika trend bahan bakar ini benar, maka dalam beberapa tahun yang akan datang era bahan bakar alternatif seperti Ethanol, BBG dan Elpiji akan semakin marak.

  1. Biogas

Kotoran ternak dapat dipergunakan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Lewat proses fermentasi, limbah yang baunya amat merangsang itu dapat diubah menjadi biogas. Energi biogas punya kelebihan dibanding energi nuklir atau batu bara, yakni tak berisiko tinggi bagi lingkungan. Selain itu, biogas tak memiliki polusi yang tinggi sehingga sanitasi lingkungan pun makin terjaga. Sejak terjadi krisis energi pada tahun 1973, masalah energi menjadi topik utama dunia.

Negara-negara maju mulai berlomba mencari terobosan baru dalam menghasilkan energi alternatif yang jauh lebih murah ketimbang minyak dan gas. Mereka pun menerapkan kebijakan diversifikasi energi. Tentunya ketergantungan pada energi tak terbarukan tadi makin berkurang. Ini wajar, sebab setiap krisis yang terjadi selalu memberikan efek pada kenaikan harga BBM serta ketersediaan yang kurang memadai.

Salah satu contoh energi alternatif tadi adalah biogas. Energi ini memiliki masa depan yang cerah karena bahan baku tersebut sangat banyak. Namun sayangnya pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas ini masih kalah populer jika dibandingkan pupuk tanaman dari kotoran tersebut. Padahal dengan teknologi biogas, kandungan zat- zat alami yang terdapat pada kotoran ternak dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi yang kian meningkat. Jadi ribut-ribut soal pasokan energi yang kurang tidak akan ada lagi. Hal ini dikarenakan biogas bisa dipakai untuk apa saja. Mulai dari memasak, lampu penerangan, transportasi hingga keperluan lain yang perlu energi. Apabila biogas telah diaplikasikan secara luasmasalah mengenai kekurangan pasokan energi bisa dihindari. Dan urusan sanitasi lingkungan pun bisa teratasi.

Menurut catatan ALGAS (1997), sektor peternakan merupakan kontributor kedua dalam angka emisi gas metan. Nomor satunya dipegang sektor pertanian. Bersama CO, N2O, NOx, gas metan adalah gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas di bidang pertanian dan peternakan. Fermentasi dari pencernaan ternak (enteric fermentation) menyumbang sebagian besar emisi gas metan yang dihasilkan peternakan.

Namun kekhawatiran ini dapat ditanggulangi, emisi gas metan yang muncul bisa dikurangi. Caranya adalah dengan memperbaiki kualitas makanan ternak. Bila tidak, manfaatkanlah kotoran ternak tadi sebagai biogas. Di beberapa daerah, seperti Solo, implementasi sisa produksi menjadi biogas telah dilakukan dengan memanfaatkan kotoran ternak menjadi sumber energi panas untuk kebutuhan dapur. Bahkan daerah tersebut telah berhasil merancang kompor khusus seperti layaknya kompor gas elpiji. Hal ini merupakan bukti bahwa biogas bisa diterapkan sebagai bahan bakar alternatif. Hanya saja bahan bakar ini membutuhkan sosialisasi dan transfer teknologi dari berbagai pihak.

  1. Gas Rawa

Biogas biasanya dikenal sebagai gas rawa atau lumpur. Gas campuran ini didapat dari proses perombakan kotoran ternak menjadi bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen. Proses ini dikenal dengan nama anaerob. Selama proses fermentasi, biogas pun terbentuk. Dari fermentasi ini, akan dihasilkan campuran biogas yang terdiri atas metana (CH4), karbon dioksida, hidrogen, nitrogen dan gas lain seperti H2S. Metana yang dikandung biogas berjumlah 54 – 70 persen, sedang karbon dioksida antara 27 – 43 persen.

Gas-gas yang lain hanya memiliki persentase yang lebih sedikit. Selama proses tersebut, mikroba yang bekerja butuh makanan. Makanan tersebut mengandung karbohidrat, lemak, protein, fosfor dan unsur-unsur mikro. Lewat siklus biokimia, nutrisi tadi akan diuraikan. Dengan begitu, akan dihasilkan energi untuk tumbuh. Dari proses pencernaan anaerobik ini akan dihasilkan gas metan. Bila unsur-unsur dalam makanan tadi tidak berada dalam takaran yang seimbang alias kurang, bisa dipastikan produksi enzim untuk menguraikan molekul karbon komplek oleh mikroba akan terhambat. Untuk menjamin semuanya berjalan dengan lancar, unsur-unsur nutrisi yang dibutuhkan mikroba harus tersedia secara seimbang.

Dalam pertumbuhan mikroba yang optimum biasanya dibutuhkan perbandingan unsur C : N : P sebesar 100 : 2,5 : 0,5. Selain masalah nutrisi, terdapat faktor lain yang perlu dicermati karena dapat berpotensi mengganggu jalannya proses fermentasi. Hal ini dikarenakan ada beberapa senyawa yang bisa menghambat proses penguraian dalam suatu unit biogas. Untuk itu, saat menyiapkan bahan baku untuk produksi biogas, bahan-bahan pengganggu seperti antibiotik, desinfektan dan logam berat harus diperhatikan saksama. Gas metan hasil fermentasi ini akan menyumbang nilai kalor yang dikandung biogas, besarnya antara 590 – 700 K.cal per kubik.

Sumber utama nilai kalor biogas berasal dari gas metan itu, plus sedikit dari H2 serta CO. Sedang karbon dioksida dan gas nitrogen tidak memiliki konstribusi dalam soal nilai panas tadi. Sementara dalam hal tingkat nilai kalor yang dimiliki, biogas punya keunggulan yang signifikan ketimbang sumber energi lainnya, seperti coalgas (586 K.cal/m3) ataupun watergas (302 K.cal/m3). Nilai kalor biogas itu kalah oleh gas alam (967 K.cal/m3). Bahkan, setiap kubik biogas setara dengan setengah kilogram gas alam cair (liquid petroleum gases), setengah liter bensin dan setengah liter minyak diesel. Biogas pun sanggup membangkitkan tenaga listrik sebesar 1,25 – 1,50 kilo watt hour (kwh). Dari nilai kalor yang dikandung, biogas mampu dijadikan sumber energi dalam beberapa kegiatan sehari-hari. Mulai dari memasak, pengeringan, penerangan hingga pekerjaan yang membutuhkan pemanasan (pengelasan).

Selain itu, biogas juga bisa dipakai sebagai bahan bakar untuk menggerakkan motor. Namun untuk keperluan ini, biogas sebelumnya harus dibersihkan dari kemungkinan adanya gas H2S karena gas tersebut bisa menyebabkan korosi. Agar tidak menimbulkan gas ya ng berbau tersebut, maka biogas tersebut harus dilewatkan pada ferri oksida. Ferri oksida inilah yang akan mengikat (gas) H2S sehingga korosi dapat dicegah. Apabila biogas digunakan sebagai bahan bakar motor maka diperlukan sedikit modifikasi pada sistem karburator. Hasil kerja motor dengan bahan bakar biogas ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pembangkit tenaga listrik, pompa air dan lainnya. Selain itu, biogas juga bisa dipadukan dengan sistem produksi lain.

Edited by : @_pararaja from Peserta Mata Kuliah Teknik Pembakaran Semester Genap 2001/2002. 2001. Portfolio Bahan Bakar Cair. Depok : Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Perbandingan Analisis menggunakan Spektrofotometer dan Atomic Absorbtion Spectrofotometer (AAS). (2)

    • Menggunakan Spektrofotometer

Spektrofotometer bekerja berdasarkan penyerapan sinar yang dihasilkan oleh sampel yang bewarna pada panjang gelombang tertentu. Spektrofotometer dapat mengidentifikasi logam yang ada dalam sampel bila sampel itu bewarna, namum sulit diidentifikasi pada sampel yang tidak menghasilkan perubahan warna atau kadar logam dalam sampel sangat kecil sekali.

    • Menggunakan AAS

Cara kerja AAS adalah suatu teknik analisis unsur yang didasarkan pada absorbsi sinar oleh atom bebas. Atom menyerap sinar pada panjang gelombang tertentu yang mempunyai energi untuk mengubah tingkat elektron suatu atom. Dengan absorbsi berarti atom memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Walaupun sampel yang mengandung logam yang akan dianalisis tidak menghasilkan warna atau kadarnya sangat kecil sekalipun, masih dapat terbaca oleh AAS. Jadi tingkat ketelitian AAS lebih tinggi dibandingkan spektrofotometer.

Tabel : Perbandingan Antara Spektrofotometer Dengan AAS

No.

Parameter

AAS

Spektrofotometer

1.

Pereaksi / Reagent yang digunakan

Lebih sedikit, pereaksi digunakan hanya pada preparasi awal saja, yaitu K2Cr2O7 dan asam kuat konsentrasi rendah

Lebih banyak, karena masing-masing parameter menggunakan peraksi yang berbeda

2.

Mekanisme Analisis

Lebih cepat dan mudah dalam pengerjaan

Jauh lebih lama dan rumit dalam pengerjaan

3.

Harga / cost Analisis

Lebih murah karena sedikitnya pereaksi yang digunakan walaupun banyak parameter yang akan dianalisis

Lebih mahal karena banyaknya pereaksi yang digunakan untuk semua paramater

4.

Preparasi awal

Lebih mudah dan hanya melakukan sekali preparasi untuk semua parameter analisis

Lebih rumit dan preparasi untuk masing-masing parameter berbeda

5.

Mekanisme alat / panjang gelombang

Tidak mengatur panjang gelombang, hanya mengganti lampu katoda sesuai dengan parameter analisa

Masing-masing parameter harus dilakukan pengesetan panjang gelombang terlebih dahulu

6.

Volume sampel

Lebih sedikit karena sekali preparasi hanya berjumlah + 50 mL

Lebih banyak karena masing-masing parameter volume sampelnya berbeda

Adopted by @_pararaja

Pengendalian Emisi Gas Buang Dengan Katalitik Konverter

Secara umum emisi gas buang terdiri dari partikulat, hidrokarbon, sulfur oksida dan nitrogen oksida. Partikulat merupakan hasil pembakaran kendaraan bermotor yang tidak sempurna yang berupa fasa padat terdisperi di udara. Partikulat ini dapat mengakibatkan berkurangnya jarak pandang dan dapat menganggu ksesehatan mahluk hidup. Hidrokarbon juga meripakan hasil pembakaran tak sempurna pada kendaraan yang menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon, termasuk di dalamnya senyawa alifatik dan aromatik yang terdapat dalam bahan bakar.

Senyawa aromatik dapat mengakibatkan pencemaran udara karena sifatnya yang aktif secara biologis dan dapat menyebabkan kanker (carcinogenic). Karbon monoksida berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar yang merupakan gas yang tak berwarna, tak berasa dan tak berbau.gas ini dapat menganggu pernafasan pada konsentrasi yang tinggi. Sulfur dioksida juga berdampak negatif terhadap lingkungan, material maupun manusia.

Pada manusia, asam sulfat (H2SO4), sulfur dioksida (SO2) dan garam sulfat dapat menimbulkan iritasi pada membran lendir saluran pernapasan dan memperparah penyakit pernapasan. Karena dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh emisi gas buang ini maka perlu diambil suatu tindakan pengendaliannya. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti: Uji emisi sehingga membatasi kendaraan yang berpotensi untuk menghasilkan emisi gas buang yang berbahaya, pemilihan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, dan penggunaan katalitik konverter untuk mengkonversikan gas buang yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dengan adanya tuntutan lingkungan akan mengakibatkan adanya perubahan pada industri automotive. Kendaraan bermotor (mobil) yang diproduksi dituntut agar gas buangannya lebih dapat dilendalikan, yaitu dengan perubahan pada mesin – mesin mobil serta pemasangan Catalytic Converter pada sistem gas buang sehingga kadar gas buang yang tidak dikehendaki seperti gas CO, NOx, SOx, dan Volatile Hidrocarbon dapat ditekan / dikurangi. Catalytic Converter tersebut membutuhkan bahan bakar yang tidak mengandung timah hitam / lead ( unleaded gosaline), karena timah hitam akan merusak /meracuni katalis pada catalytic converter tersebut.

Pada masa mendatang kendaraan bermotor (mobil) yang dilengkapi dengan Catalytic Converter akan menggeser mobil-mobil tua yang tidak dilengkapi dengan Catalytic Converter. Kendaraan ini dengan sendirinya akan merubah distribusi konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor (gasoline) yaitu dari leaded gasoline menjadi Unleaded gasoline. Khusus di Indonesia, penerapan program rephasing TEL/Lead secara bertahap telah dilaksanakan dan akan terus dilanjutkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada.

Pada tahun 1990 Pertamina telah melakukan usaha mengurangi kandungan TEL/Lead dalam gasoline dari 2.5 cc/USG menjadi 1.5 cc/USG atau 0.45 gr /Liter. Usaha tersebut akan terus dilanjutkan dengan rencana program Lead Free secara bertahap sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan kemampuan yang ada, dan sejalan dengan program Lead Free maka akan diarahkan kepada program Reformulated Gasoline dimasa mendatang.

Edited by : @_pararaja from Peserta Mata Kuliah Teknik Pembakaran Semester Genap 2001/2002. 2001. Portfolio Bahan Bakar Cair. Depok : Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

By: concueror

Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah : Proses pemerolehan informasi baru, Personalia informasi ini pada individu.SELANJUTNYA

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

Maslow


Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang

(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

Carl Rogers

Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu: Kognitif (kebermaknaan)
experiential (pengalaman atau signifikansi) Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.

i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.

Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

  1. Merespon perasaan siswa

  2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang

  3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa

  4. Menghargai siswa

  5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

  6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)

  7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Implikasi Teori Belajar Humanistik

Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes(petunjuk):

        1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas

        2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

        3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

        4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

        5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

        6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok

        7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

        8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

        9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

        10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

  1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas

  2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif.

  3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri

  4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri

  5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.

  6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

  7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
    Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Referensi :

Psikologi Belajar: Dr. Mulyati, M.Pd

Psikologi Belajar: Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono

Psikologi Pendidikan: Sugihartono,dkk

Psikologi Pendidikan: Rochman Natawidjaya dan Moein Moesa

Landasan Kependidikan: Prof. Dr. Made Pidarta

TOYOTA ECO YAUTH KE-4

1503200931441PT Toyota Astra Motor dan PT Toyota Motor Manufacturing kembali menjalankan Program Toyota Eco Youth untuk keempat kalinya sejak tahun 2005. TEY 4 memperlombakan dua tema yaitu Kontes Pengolahan Limbah dan Kontes Berkelanjutan serta perlombaan draw kids “aku dan lingkungan”. Kontes Pengolahan Limbah akan diikuti oleh 30 SMA dan SMK dari 13 kota besar di Indonesia. Sementara itu

, Kontes Berkelanjutan akan diikuti oleh 12 sekolah pemenang Program Toyota Eco Youth pertma hingga ketiga. Secara total, program Toyota Eco Youht 4 akan diikuti oleh 42 sekolah dari 14 kota besar di Indonesia.

Di tingkat global, kepedulian Toyota akan lingkungan hidup dikejawantahkan dalam pengembangan teknologi kendaraan bermotor yang ramah lingkungan seperti hybrid dan fuell cell hybrid system.

Dan SMK Kimia Madiun, sebagai salah satu wakit kontes sustainbility juga ikut menghadiri. diwakilkan oleh Bpk. S Tavip dan Bpk Hartoyo sibuk bolak balik Madiun Jakarta, dengan segenap semangat dan rasa capek yang tertutup oleh senyum kebanggaan.

1503200931732150320093177150320093179

TEY 4 yang berlangsung selama 13 sampai 16 Maret 2009, kemarin 15 Maret 09 mengadakan pameran dan pengumuman pemenang di Mall Kelapa Gading. Dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup, Bapak Rahmat Witoelar; Presiden Direktur PT. Toyota Astra Motor, Bapak Johnny Darmawan; dan Presiden Direktur PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Mr. Hidematsu Ibaragi.

Dan para pemenang

Berikut daftar pemenang kontes pengolahan limbah :
1.    SMU Neg. 9 dari Bandar Lampung
2.    SMU Semesta dari Semarang
3.    SMU Neg. 21 dari Makassar
4.    SMK Neg. 1 dari Banjarmasin
5.    SMU Neg. 10 Malang

Pemenang kontes sustainability :

1.    SMU Semen Gresik dari Gresik
2.    SMU Neg. 6 dari Yogyakarta
3.    SMK Neg. 2 dari Palembang

selamat bagi para pemenang…

sebuah gebrakan untuk menyelamatkan bumi dan Indonesia khususnya dari global warming. Untuk menanamkan jiwa kepedulian lingkungan bagi masyarakat dan generasi muda…

Go Green, Go recyle….

Kurangi sampah, selamatkan sampah, dan jangan nyampah…..

150320093127

1503200931282

150320093151

Produksi Cairan Kulit Biji Jambu Mete sebagai Bahan Baku Industri Cat dan Komponen Pelunak Gesekan Sepatu Rem Kendaraan

A Zainal Abidin, Tatang Hernas, Sri Yuliani, dan Illah Sailah
Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung


Produk utama dari tanaman jambu mete ialah biji gelondong kacang mete dengan hasil samping berupa kulit biji mete yang mengandung CNSL (cashew nut shell liquid). CNSL merupakan sumber fenolat alami yang sangat berpotensi sebagai pengganti sumber fenol berbasis fosil. Pemanfaatan CNSL di Indonesia belum dilakukan secara maksimum karena kurangnya penerapan teknologi, baik pada teknik pengolahan kulit biji menjadi CNSL maupun pada teknik pengolahan CNSL menjadi bahan baku seperti untuk cat, vernis, dan sepatu rem. Sementara itu, kebutuhan cat dan impor rem di Indonesia semakin meningkat. Tujuan penelitian ini ialah menghasilkan CNSL untuk bahan baku industri cat dan sepatu rem kendaraan.


Tahap pertama penelitian diarahkan pada pemilihan teknik ekstraksi CNSL, meliputi metode penggorengan, pengempaan, dan ekstraksi dengan pelarut. CNSL dari ketiga metode ini dianalisis rendemen, sifat fisiko-kimia, dan mutunya. Hasil ekstraksi terbaik didapat dengan metode pengempaan yang dilakukan pada suhu 125°C dan tekanan 200 kg/cm2 selama 15 menit. Metode ini menghasilkan rendemen 19.6% dengan viskositas 540 cP, bobot jenis 1.0099, kadar bahan atsiri 0.311%, bilangan asam 84.24, bilangan penyabunan 121.38, dan bilangan iodin 109.30.


Selanjutnya, CNSL dibuat vernis dengan menambahkan formaldehida dan bahan pengering. Hal ini dimungkinkan karena CNSL mengalami polimerisasi ketika kontak dengan oksigen bebas membentuk lapisan yang tipis, keras, dan kering. Produk terbaik diperoleh dari perlakuan pemberian bahan pengering MnO2 5% dan nisbah formaldehida terhadap CNSL 0.6:1 yang ditunjukkan dengan waktu kering selama 3 jam dan bobot jenis 0.8300 g/mL.


Tahap ketiga penelitian ialah pembuatan komponen pelunak gesekan sepatu rem dengan cara mempolimerisasi CNSL dengan formaldehida pada kondisi asam dan basa. Polimer yang dihasilkan memenuhi standar ASTM D 494-46 untuk komponen pelunak gesekan sepatu rem dan dihasilkan dari reaksi antara formaldehida dan CNSL pada kondisi basa dengan nisbah mol 0.9:1 pada berbagai komposisi penambahan heksametilena tetraamina (7.5, 10.0, 12.5, dan 15%).

Adopted by @_pararaja from Hibah Bersaing VIII

Lebih Baik Memberi Dari Pada Menerima

Ini kisah tentang Yu Timah. Siapakah dia? Yu Timah adalah tetangga kami. Dia salah seorang penerima program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang kini sudah berakhir. Empat kali menerima SLT selama satu tahun jumlah uang yang diterima Yu Timah dari pemerintah sebesar Rp 1,2 juta. Yu Timah adalah penerima SLT yang sebenarnya. Maka rumahnya berlantai tanah, berdinding anyaman bambu, tak punya sumur sendiri. Bahkan status tanah yang di tempati gubuk Yu Timah adalah bukan milik sendiri. Usia Yu Timah sekitar lima puluhan, berbadan kurus dan tidak menikah.


Barangkali karena kondisi tubuhnya yang kurus, sangat miskin, ditambah yatim sejak kecil, maka Yu Timah tidak menarik lelaki manapun. Jadilah Yu Timah perawan tua hingga kini. Dia sebatang kara. Dulu setelah remaja Yu Timah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta. Namun, seiring usianya yang terus meningkat, tenaga Yu Timah tidak laku di pasaran pembantu rumah tangga. Dia kembali ke kampung kami. Para tetangga bergotong royong membuatkan gubuk buat Yu Timah bersama emaknya yang sudah sangat renta. Gubuk itu didirikan di atas tanah tetangga yang bersedia menampung anak dan emak yang sangat miskin itu.


Meski hidupnya sangat miskin, Yu Timah ingin mandiri. Maka ia berjualan nasi bungkus. Pembeli tetapnya adalah para santri yang sedang mondok di pesantren kampung kami. Tentu hasilnya tak seberapa. Tapi Yu Timah bertahan. Dan nyatanya dia bisa hidup bertahun-tahun bersama emaknya.


Setelah emaknya meninggal Yu Timah mengasuh seorang kemenakan. Dia biayai anak itu hingga tamat SD. Tapi ini zaman apa. Anak itu harus cari makan. Maka dia tersedot arus perdagangan pembantu rumah tangga dan lagi-lagi terdampar di Jakarta. Sudah empat tahun terakhir ini Yu Timah kembali hidup sebatang kara dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berjualan nasi bungkus. Untung di kampung kami ada pesantren kecil. Para santrinya adalah anak-anak petani yang biasa makan nasi seperti yang dijual Yu Timah.


Kemarin Yu Timah datang ke rumah saya. Saya sudah mengira pasti dia mau bicara soal tabungan. Inilah hebatnya. Semiskin itu Yu Timah masih bisa menabung di bank perkreditan rakyat syariah di mana saya ikut jadi pengurus. Tapi Yu Timah tidak pernah mau datang ke kantor. Katanya, malu sebab dia orang miskin dan buta huruf. Dia menabung Rp 5.000 atau Rp 10 ribu setiap bulan. Namun setelah menjadi penerima SLT Yu Timah bisa setor tabungan hingga Rp 250 ribu. Dan sejak itu saya melihat Yu Timah memakai cincin emas. Yah, emas. Untuk orang seperti Yu Timah, setitik emas di jari adalah persoalan mengangkat harga diri. Saldo terakhir Yu Timah adalah Rp 650 ribu.


Yu Timah biasa duduk menjauh bila berhadapan dengan saya. Malah maunya bersimpuh di lantai, namun selalu saya cegah.
”Pak, saya mau mengambil tabungan,” kata Yu Timah dengan suaranya yang kecil.
”O, tentu bisa. Tapi ini hari Sabtu dan sudah sore. Bank kita sudah tutup. Bagaimana bila Senin?”
”Senin juga tidak apa-apa. Saya tidak tergesa.”
”Mau ambil berapa?” tanya saya.
”Enam ratus ribu, Pak.”
”Kok banyak sekali. Untuk apa, Yu?”
Yu Timah tidak segera menjawab. Menunduk, sambil tersenyum malu-malu.
”Saya mau beli kambing kurban, Pak. Kalau enam ratus ribu saya tambahi dengan uang saya yang di tangan, cukup untuk beli satu kambing.”
Saya tahu Yu Timah amat menunggu tanggapan saya. Bahkan dia mengulangi kata-katanya karena saya masih diam. Karena lama tidak memberikan tanggapan, mungkin Yu Timah mengira saya tidak akan memberikan uang tabungannya. Padahal saya lama terdiam karena sangat terkesan oleh keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.


”Iya, Yu. Senin besok uang Yu Timah akan diberikan sebesar enam ratus ribu. Tapi Yu, sebenarnya kamu tidak wajib berkurban. Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang lebih berada. Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat hendak membeli kambing kurban?”


”Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya benar-benar ingin berkurban. Selama Ini memang saya hanya jadi penerima. Namun sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban.”
”Baik, Yu. Besok uang kamu akan saya ambilkan di bank kita.”
Wajah Yu Timah benderang. Senyumnya ceria. Matanya berbinar. Lalu minta diri, dan dengan langkah-langkah panjang Yu Timah pulang.


Setelah Yu Timah pergi, saya termangu sendiri. Kapankah Yu Timah mendengar, mengerti, menghayati, lalu menginternalisasi ajaran kurban yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim? Mengapa orang yang sangat awam itu bisa punya keikhlasan demikian tinggi sehingga rela mengurbankan hampir seluruh hartanya? Pertanyaan ini muncul karena umumnya ibadah haji yang biayanya mahal itu tidak mengubah watak orangnya.


Mungkin saya juga begitu. Ah, Yu Timah, saya jadi malu. Kamu yang belum naik haji, atau tidak akan pernah naik haji, namun kamu sudah jadi orang yang suka berkurban. Kamu sangat miskin, tapi uangmu tidak kaubelikan makanan, televisi, atau pakaian yang bagus. Uangmu malah kamu belikan kambing kurban. Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang dokter makan daging kambing, tapi kali ini akan saya langgar. Saya ingin menikmati daging kambingmu yang sepertinya sudah berbau surga. Mudah-mudahan kamu mabrur sebelum kamu naik haji.


Adopted from : Ahmad Tohari. 2006. “Kisah Yu Timah” . Republika – Resonansi.

GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

Jenis Gas Buang
Transportasi telah menjadi sumber utama dari pencemaran udara khususnya di daerah perkotaan. Terlebih lagi dengan penambahan unit kendaraan bermotor yang melaju di jalan raya dan buruknya sistem angkutan umum yang jelas memperparah pencemaran udara yang terjadi. Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
• Sumber
Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuangkan ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.
• Komposisi kimia
Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor; contohnya hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain- lain. Polutan inorganik seperti karbonmonoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.
• Bahan penyusun
Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan seperti debu, asap, abu, kabut dan spray; partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.

1. Partikulat
Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar minyak yang berkomposisikan senyawa organik hidrokarbon. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan. Partikel asap mempunyai diameter berkisar 0.5 – 1 m. Asap dapat mengurangi jarak pandang karena partikel padatan di dalamnya memencarkan atau menyerap sinar. Intensitas pengurangan jarak pandang ini tergantung kepada ukuran dan bentuk dari partikulat. Menurunnya jarak pandang berdampak negatif terhadap sistem transportasi khususnya pesawat terbang dengan memperlambat operasi bandara udara karena kebutuhan untuk menambah jarak antar pesawat guna menghindari kecelakaan. Asap juga menyebabkan kotornya pakaian dan bahan tekstil, korosi pada bahan bangunan dari logam (khususnya pada kelembaban 75%) serta merusak cat bangunan.
Partikulat memencarkan dan memantulkan sinar matahari sehingga mengurangi intensitas sinar yang jatuh ke permukaan bumi. Hal ini dapat memperlama periode hujan dan salju. Selain itu asap juga dapat merusak kesehatan mahluk hidup. Partikulat yang menempel pada permukaan daun dapat merusak jaringan daun jika terserap ke dalamnya. Selain itu partikulat akan menutup stomata sehingga mengurangi kemampuan tumbuhan untuk berfotosintesis dan mengganggu pertumbuhannya. Hewan yang memakan tumbuhan yang terlapisi oleh partikukat dapat mengalami gangguan pencernaan bahkan kematian karena keracunan zat-zat berbahaya yang terdapat pada partikulat tersebut.
Efek partikulat pada kesehatan manusia menjadi berbahaya dikarenakan ukuran partikulat yang sangat kecil dapat menembus system pernapasan sampai ke bagian paru-paru bagian dalam. Terlebih lagi partikulat dapat mengikat polutan lain yang terdapat di dalam udara (SOx, NOx, dll) sehingga tertinggal dalam tubuh untuk waktu yang lebih lama. Penelitian intensif telah dilakukan terhadap efek timbal pada manusia karena kerusakan jaringan tubuh yang ditimbulkan lebih hebat, terutama pada sis tem pembentukan darah, sistem saraf dan sistem ekskresi. Termasuk juga sistem reproduksi, fungsi hati, jantung serta enzim dalam tubuh.


2. Hidrokarbon (HC)
Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon, termasuk di dalamnya senyawa alifatik dan aromatik yang terdapat dalam bahan bakar. Senyawa alifatik terdapat dalam beberapa macam gugus yaitu alkana, alkena, alkuna. Alkana merupakan senyawa inert dan tidak reaktif pada atmosfer terhadap reaksi fotokimia. Alkena atau olefin merupakan senyawa tak jenuh dan sangat aktif di atmosfer terhadap reaksi fotokimia. Oleh karena itu penelitian terhadap polutan alkena menjadi sangat penting, terlebih lagi dengan munculnya polutan sekunder yang berasal dari reaksi fotokimia alkena, seperti peroksiasetil nitrat (PAN) dan ozon (O3).
Salah satu senyawa alkena yang cukup banyak terdapat pada gas buang kendaraan adalah etilen. Penelitian menunjukkan bahwa etilen dapat mengganggu pertumbuhan tomat dan lada, juga merusak struktur dari anggrek. Alkuna, meskipun lebih reaktif dari alkena namun jarang ditemukan di udara bebas dan tidak menjadi masalah utama dalam pencemaran udara akibat gas buang kendaraan. Senyawa aromatik juga menjadi pusat perhatian dalam studi pencemaran udara karena sifatnya yang aktif secara biologis dan dapat menyebabkan kanker (carcinogenic).


3. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida yang juga berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar merupakan gas yang tak berwarna, tak berasa dan tak berbau. Karbon monoksida di atmosfer bersifat inert pada kondisi normal dan mempunyai waktu tinggal sekitar 2 ½ bulan. Pada konsentrasi normal, karbon monoksida di udara bebas tidak berpengaruh besar terhadap property maupun mahluk hidup. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, karbon monoksida dapat secara serius mempengaruhi metabolisme pernapasan manusia.
Karbon monoksida mempunyai afinitas terhadap hemoglobin dalam darah (COHb) yang lebih tinggi daripada oksigen; dengan demikian mengurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen. Kekurangan oksigen dalam aliran darah dan jaringan tubuh akan menurunkan kinerja tubuh dan pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan pada organ-organ tubuh. Gejala yang umumnya timbul akibat pemaparan terhadap karbon monoksida dalam konsentrasi tinggi untuk waktu yang lama adalah gangguan sistem saraf, lambatnya refleks dan penurunan kemampuan penglihatan.


4. Sulfur Oksida (SOx)
Sulfur oksida mungkin merupakan polutan yang paling banyak dipelajari karena senyawa turunannya yang bervariasi. Pada umumnya 2 senyawa sulfur oksida yang dipelajari adalah sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Sulfur dioksida merupakan gas yang tak berwarna, tak mudah terbakar dan tak mudah meledak tetapi mempunyai bau yang menyengat. Sulfur dioksida mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dengan waktu tinggal sebagai gas dalam atmosfer selama 2 – 4 hari serta daya transportasi yang tinggi. Oleh karena itu masalah polusi SO2 dapat menjadi masalah internasional. SO2 relatif stabil di atmosfer dan dapat bertindak sebagai reduktor maupun oksidator. Namun SO2 dapat bereaksi secara fotokimia atau katalisis dengan komponen lain dan membentuk SO3, tetesan H2SO4 dan garam asam sulfat. Reaksireaksi yang mungkin terjadi:
SO2 + H2O —- H2SO3 (asam sulfit)
SO3 + H2O —- H2SO4 (asam sulfat)
Seperti halnya polutan yang lain, sulfur dioksida juga berdampak negative terhadap lingkungan, material maupun manusia. Pada manusia, asam sulfat (H2SO4), sulfur dioksida (SO2) dan garam sulfat dapat menimbulkan iritasi pada membrane lendir saluran pernapasan dan memperparah penyakit pernapasan seperti bronkitis dan pneumonia. Kondisi ini makin parah di daerah yang berdebu dimana terdapat partikulat dalam konsentrasi tinggi. Sulfur dioksida dan molekul asam sulfat cenderung menghentikan kemampuan bulu getar sepanjang saluran pernapasan yang bertugas menyaring partikel pengotor. Dengan demikian partikulat dapat dengan mudah masuk ke dalam saluran pernapasan dalam (paru-paru) tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu. Sebagian sulfur dioksida juga terikat dengan partikulat dan menyebabkan iritasi pada paru-paru. Dalam jangka waktu yang lama, partikulat dan sulfur dioksida dapat merusak paru-paru dan menyebabkan kematian karena kerusakan sistem pernapasan. Tumbuhan sangat sensitif terhadap sulfur dioksida.
Ada 2 macam kerusakan akibat sulfur dioksida. Pertama, tumbuhan yang terpapar oleh sulfur dioksida pada konsentrasi tinggi untuk waktu singkat mengalami kerusakan jaringan daun karena terjadi klorolisis, ya itu hilangnya klorofil dan plasmolisis, yaitu runtuhnya struktur daun. Kedua, kerusakan akibat terpapar oleh sulfur dioksida pada konsentrasi rendah untuk waktu yang lama yaitu warna daun menjadi merah kecoklatan atau muncul bercak putih. Kondisi kerusakan semakin parah pada daerah yang panas dan lembab. Sulfur oksida juga mempunyai daya rusak yang tinggi terhadap bahan bangunan terutama yang mengandung karbonat dengan reaksi:
CaCO3 + H2SO4 —- CaSO4 + CO2 + H2O
Kalsium sulfat atau gipsum yang terbentuk dengan mudah terbawa oleh air dan menimbulkan lubang-lubang pada permukaan bahan, misalnya pada monumen, ukiran dan gedung. Kabut asam sulfat juga merusak bahan tekstil seperti katun, linen, rayon dan nilon bahkan kulit. Kertas pun menjadi kekuningan dan menjadi getas. Sulfur oksida juga mempercepat laju korosi pada logam.


5. Nitrogen Oksida (NOx)
Senyawa nitrogen oksida yang sering menjadi pokok pembahasan dalam masalah polusi udara adalah NO dan NO2. Kedua senyawa ini terbuang langsung ke udara bebas dari hasil pembakaran bahan bakar. NO2 yang mudah larut dalam air dapat membentuk asam nitrit atau asam nitrat menurut reaksi:
2 NO2 + H2O —- HNO3 + HNO2 (asam nitrat dan asam nitrit)
3 NO3 + HO —- 2 HNO3 + NO (asam nitrat dan nitrogen oksida)
Asam nitrat dan asam nitrit akan jatuh bersama dengan hujan dan bergabung dengan ammonia (NH3) di atmosfer dan membentuk ammonium nitrat (NH4NO3) yang merupakan sari makanan bagi tumbuhan. Dengan kemampuan yang tinggi untuk menyerap sinar ultraviolet, NO2 memainkan peranan penting dalam pembentukan kontaminan ozon (O3). Tidak seperti gas polutan lainnya yang mempunyai daya destruktif tinggi terhadap kesehatan manusia, NO merupakan gas inert dan ‘hanya’ bersifat racun. Sama halnya dengan CO, NO mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen dibandingkan dengan hemoglobin dalam darah. Dengan demikian pemaparan terhadap NO dapat mengurangi kemampuan darah membawa oksigen sehingga tubuh kekurangan oksigen dan mengganggu fungsi metabolisme. Namun NO2 dapat menimbulkan iritasi terhadap paru-paru.
Pada tumbuhan, NO tidak bersifat merusak namun NO2 menimbulkan sedikit kerusakan pada tumbuhan. Polutan sekunder dari NOx seperti PAN dan O3 justru mempunyai daya perusak yang lebih tinggi pada tumbuhan. Konsentrasi NO2 yang tinggi pada udara bebas dapat memudarkan warna tekstil, memberi warna kuning pada tekstil berwarna putih, dan mengoksidasi logam.

Edited by : @_pararaja from Peserta Mata Kuliah Teknik Pembakaran Semester Genap 2001/2002. 2001. Portfolio Bahan Bakar Cair. Depok : Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

BAHAN BAKAR GAS (BBG)

A. Pendahuluan
Bahan Bakar Gas (BBG) adalah gas bumi yang telah dimurnikan dan aman, bersih andal, murah, dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana ( CH4) dan etana (C2H6) lebih kurang 90% dan selebihnya adalah gas propana (C3H8), butana (C4H10), pentana (C5H10), nitrogen dan karbon dioksida. BBG lebih ringan daripada udara dengan berat jenis sekitar 0,6036 dan mempunyai nilai oktan 120. Agar setiap kendaraan BBG dapat membawa gas sebanyak mungkin, BBG dimasukkan ke dalam tangki dengan dimampatkan sekitar 200 bar dan masih berbentuk gas.
Sudah sekitar 11 tahun Bahan Bakar Gas (BBG) dipasarkan secara komersial sebagai bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia, namun perkembangan penjualannya berjalan sangat lambat. Konsumsi BBG hanya 0,33 % dari total konsumsi bahan bakar kendaraan di wilyah Pantai Utara (Pantura) Jawa. Beberapa penyebab kelambanan pengembangan dan pemasyarakatan BBG antara lain:
• Dari sisi produsen. Harga jual BBG lebih rendah dari biaya pengadaannya sehingga produsen enggan mengembangkan usaha ini. Apabila harga jual BBG dinaikan akan makin sulit bersaing dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harganya disubsidi.
• Dari sisi konsumen. Conversion kit dari BBM ke BBG dirasakan terlalu mahal, SPBG sulit diperoleh dan masyarakat sudah terbiasa menggunakan bahan bakar cair.
Disisi lain, upaya penghematan konsumsi BBM melalui program diversifikasi energi sudah merupakan agenda nasional yang mendesak mengingat:
• Indonesia akan menjadi net oil importer dalam waktu yang tidak lama lagi. Ketika stasus net importer tiba, kita tidak bisa menghindar dari keharusan mengkonsumsi BBM dengan harga sesuai pasar yakni sekitar 3 kali lipat dari harga BBM saat ini.
• Anggaran subsidi BBM terus meningkat. Pada APBN 1998/2000, jumlahnya mencapai Rp 39,89 trilyun dan tahun 2000 diperkirakan lebih dari Rp. 45 trilyun.
• Anggaran subsidi tersebut sebagian digunakan untuk mengimpor BBM yang pada tahun 2000 (s/d bulan September) nilainya sudah mencapai US$ 2,34 milyar.

B. Pemakaian BBG
Teknologi BBG untuk kendaraan bermotor telah lama diterapkan di Italia sejak tahun 1934 dan menyusul negara negara lainnya seperti : Amerika, Selandia Baru, Kanada, Argentina, Malaysia, Brazilia, Muangthai dan Rusia. Di Indonesia, BBG telah diuji coba oleh suatu tim Evaluasi Teknis Proyek Percontohan Bahan Bakar Gas dengan hasil baik dan layak untuk dipakai pada kendaraan bermotor. Segala macam tipe/merk kendaraan dapat menggunakan BBG, untuk itu perlu dipasang peralatan tambahan yang disebut “Conversion Kit “. Bila diperlukan, kendaraan BBG dapat kembali menggunakan Bahan Bakar Minyak hanya dengan memutar tombol penyeleksi bahan bakar (2 sistem).

C. Kebijakan Harga BBG
Harga jual BBG lebih murah bila dibandingkan dengan harga jual minyak premium dan minyak solar. Kunci utama untuk mengurangi konsumsi BBM dan meningkatkan pemanfaatan BBG terletak pada kebijakan harga. Sebab, seandainya harga BBM disesuaikan sampai ke tingkat yang wajar (sesuai harga keekonomian), maka anggaran subsidi dapat diminimalisir, efisiensi konsumsi BBM oleh masyarakat akan meningkat dan sumber-sumber energi lain yang biaya pengadaannya (harga keekonomiannya) lebih murah dari BBM dapat berkembang menyesuaikan harga pasar. Daya beli masyarakat yang rendah, kebiasaan mengkonsumsi BBM dengan harga murah dan kelangkaan energi alternatif telah menimbulkan resistensi yang luar biasa terhadap upaya pengurangan/pencabutan subsidi BBM.
Dari hasil kajian, biaya pengadaan BBG jauh lebih murah dari BBM khususnya solar dan premium, apabila harga jual BBG dan BBM ditentukan oleh mekanisme pasar, maka BBG yang harganyan sekitar Rp. 850/lsp, akan mampu bersaing dengan BBM yang harganya sekitar Rp. 2000/liter. Namun pencabutan subsidi BBM (menaikkan harga BBM 3 kali lipat) sangat tidak realistis. Karena itu perlu “solusi jalan tengah” dengan melakukan pengalihan subsidi BBM kepada BBG sampai harga kedua jenis energi tersebut dapat ditentukan oleh mekanisme pasar. Usulan subsidi BBG tersebut, sama sekali tidak akan membebani Pemerintah. Sebaliknya Pemerintah justru diuntungkan karena yang terjadi bukanlah penambahan anggaran subsidi melainkan hanya mengalihkan alokasi subsidi dari BBM ke BBG dengan jumlah lebih kecil untuk setiap volume BBM yang di substitusi BBG.

D. Konsep Pengembangan BBG
Beberapa konsep dasar dalam rangka pengembangan BBG adalah:
1. Mengkondisikan agar BBG dan BBM dapat bersaing secara fair yakni membiarkan harga kedua jenis energi tersebut ditentukan oleh mekanisme pasar atau untuk sementara waktu kedua-duanya disubsidi.
2. Pemberian insentif bagi pemilik kendaraan yang berminat memakai BBG.
3. Pengembangan BBG sebaiknya berdasarkan “per wilayah” bukan “per kota” dan berskala luas (investasi besar-besaran).
4. Pemasaran BBG sebaiknya menggunakan pendekatan product driven (resources base approach) bukan market driven.
5. Pengembangan dan pemasaran BBG sebaiknya dilakukan secara terencana, terpadu dan komprehensif (tidak parsial).
Tanpa konsep-konsep dasar tersebut, BBG akan sulit dikembangkan di Indonesia secara meluas sebagai energi substitusi BBM untuk kendaraan bermotor.
E. Keuntungan BBG
Bahan Bakar Gas menawarkan beberapa keuntungan :
1. Lebih ekonomis
2. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin
3. Aman didalam penggunaanya
4. Memberikan pembakaran yang bersih
5. Mengurangi polusi udara
6. Sudah dapat diproduksi di dalam negeri
7. BBG memiliki beberapa keunggulan terhadap BBM, antara lain karena cadangan gas bumi relatif masih cukup besar dan biaya pengadaannya lebih murah dari BBM.
8. Kendaraan yang menggunakan BBG akan memperpanjang usia pemakaian minyak pelumas, mesin dan busi, ramah lingkungan dan aman bagi pemakai.
9. Konsumsi BBM untuk sektor transportasi adalah yang paling dominan (mencapai 52%) dibandingkan untuk industri (19%), listrik (7%) dan rumah tangga (22%). Jadi substitusi BBM dengan BBG akan mengurangi konsumsi BBM secara signifikan.
Tabel. Spesifikasi Bahan Bakar Gas

Edited by : @_pararaja from Peserta Mata Kuliah Teknik Pembakaran Semester Genap 2001/2002. 2001. Portfolio Bahan Bakar Cair. Depok : Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA KOTA TANJUNG BALAI

Jenny Carolyn Barus1 dan Pasar Maulim Silitonga 1
1Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl Pancing Pasar V Medan, Sumatera Utara

ABSTRACT
This research is intended to know whether the implementation of curriculum based competence for chemistry subject in Senior High School in Tanjung Balai city has been appropriate with the ideal condition of the real implementation of curriculum based competence. It is also to know the percentage of successful achievement of senior high school students in Tanjung Balai city in the implementation of curriculum based competence. The analysis of the implementation of curriculum based competence for the chemistry subject in senior high school in Tanjung Balai can be seen from 4 (four) elements of curriculum based competence. They are (1)Curriculum component and Learning Achievement. (2)Learning Activity Component, (3)Assessment Component Based Class, (4)Curriculum Management Component Based School.Through the interview to the headmaster and students, the observation to the document of learning plan, Annual Program, Semester Program, the questions made by the teachers of chemistry subject. The result of research shows that the rate of successful implementation of curriculum based competence in Tanjung Balai city seen from curriculum component and learning achievement result, it is ideally (96,7%), component of learning result of chemistry subject is ideally (38,1%) and assesment component based on class is ideally (49,2%), Component Based on School is ideally (57,8%).

Key word: Analisis, pelaksanaan KBK, pelajaran kimia, SMA, Tanjung Balai

Pendahuluan
Pendidikan mempunyai per- anan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkem-bangan kepribadian manusia. Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan sebagainya berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan berkaitan langsung dengan pembentukan manusia. Pendidikan “menentukan” model manusia yang akan dihasilkannya. (Syaodih, 2002).
Perwujudan masyarakat ber- kualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam me- persiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan professional pada bidangnya masing-masing. Hal tersebut diperlukan, terutama untuk mengantisipasi era globalisasi, khususnya globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti AFTA, dan AFLA, maupun di kawasan negara- negara Asia Pasifik (APEC). (Mulyasa, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PERC, Political and Economical Risk Consultancy 2001 (www.warta unair.ac.id) : Sistem Pen didikan di Indonesia menduduki urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Banjar (Analisa, 25 November, 2005) juga melaporkan bahwa : Du- nia Pendidikan Indonesia kini berada di peringkat 111 dari 175 negara yang diteliti Human Development Indonesia (HDI) pada Tahun 2004, jauh di bawah negara anggota ASEAN, seperti Singapura (25), Brunei Darussalam (33), Malaysia (58), Thailand (70), Vietnam (109).
Salah satu upaya peningkatan mutu Pendidikan adalah Pe- nyempurnaan Kurikulum (Sianturi dan Simatupang, 2004). Menurut Zu- baedi (www.suara merdeka.com, 2005) mengharapkan bahwa: Dengan menyempurnakan kurikulum, secara tidak langsung akan meningkatkan mutu Pendidikan Nasional, meskipun diakui Kurikulum bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi mutu Pendidikan. Abdullah juga mengemukakan bahwa : Muatan Kurikulum Pendidikan di Indonesia perlu dibuat standar berbasis pada kebutuhan masa depan sehingga tercipta manusia Indonesia yang cerdas, unggul, dan siap bersaing di era globalisasi, kurikulum juga harus dibuat menarik, interaktif, dan menyenangkan bagi siswa sehingga mereka tidak jenuh ketika di dalam kelas. (Sib, 1 November 2004).
Pembaharuan pendekatan dalam pengembangan kurikulum di Indonesia mengacu pada Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004, yang diberlakukan mulai awal Tahun pelajaran 2004/2005. Me- ngingat Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi), dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 telah mengatur pem- bagian kewenangan Pusat dan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, Khususnya tentang bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa ke- wenangan Pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara na- sional serta pedoman pelaksanaanya dan penetapan standar materi pelajaran pokok, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian, serta penetapan kalender pendidikan dan jumlah belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar, menengah, dan luar sekolah. Pemerintah Daerah memiliki ke- wenangan mengembangkan silabus dan sistem penilaian sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah, oleh karena itu Pemerintah Daerah diberikan kewenangan penambahan kompetensi dasar dan indikator pencapaian. (Depdiknas, 2003).
Pelaksanaan Kurikulum Ber- basis Kompetensi membutuhkan berbagai persyaratan ideal yang mencakup Dokumen kurikulum dan hasil belajar, kemampuan Guru dalam melaksanakan pembelajaran Kimia, Penilaian Berbasis Kelas, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah yang meliputi pengembang- an silabus yang dilakukan oleh pihak sekolah dan tersedianya fasilitas dan sumber belajar yang ada di sekolah tersebut. (Nurhadi 2004).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti, sejak Tahun ajaran 2004/ 2005 di SMA Kota Tanjung Balai telah dilaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi di daerah Tanjung Balai sudah dua tahun berlangsung.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksana- an kurikulum berbasis kompetensi untuk mata pelajaran Kimia SMA Di Kota Tanjung Balai telah sesuai dengan kondisi ideal kurikulum ber- basis kompetensi yang sesungguhnya dan untuk mengetahui berapa persen tingkat keberhasilan SMA Di Kota Tanjung Balai dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi. Sehingga Penelitian ini bermanfaat Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah, Departemen Pendidikan Nasional untuk membuat kebijakan penambahan fasilitas dan sumber be- lajar demi mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yang ideal, serta Sebagai kontribusi ilmiah terhadap persoalan kurikulum berbasis kompetensi yang berguna bagi pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi merupakan per- paduan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksi- kan dalam kebiasaan berfikir dan ber tindak. Achsan juga mengemukakan bahwa kompetensi : “… is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or he being to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors. “ Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pe- ngetahuan, ketrampilan dan ke- mampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat me- lakukan perilaku-perilaku kognitif, affektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. (Mulyasa, 2002).
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pe- ngaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian kegiatan belajar m ngajar, dan pemberdayaan sumber da ya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Nugraha, 2004).
Tujuan utama kurikulum ber- basis kompetensi adalah me- mandirikan atau memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan (Mulyasa, 2004).
Kurikulum berbasis kom- petensi memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal (2) Beriorentasi pada hasil belajar dan keberagaman (3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi (4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif (5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi (Depdiknas, 2002).

Karakteristik KBK Untuk Kimia
Karakteristik KBK untuk mata pelajaran Kimia merupakan kondisi ideal pelaksanaan KBK di SMA, yang diperoleh dari empat komponen-komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi. Empat komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi yaitu : (1) Kurikulum dan hasil belajar (2) Kegiatan belajar mengajar kimia (3) Penilaian Berbasis Kelas (4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS) (Nurhadi, 2004). Di dalam komponen kurikulum dan hasil belajar ada 12 hal yang menjadi aspek pendukung yaitu : (1) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran ( dua semester ) adalah 34 Minggu (2) Jam sekolah efektif permingu minimal 30 jam (1800) menit (3) Alokasi waktu yang disediakan adalah 36 pelajaran per minggu (4) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit (5) Alokasi waktu untuk mata pelajaran kimia untuk kelas X semester I dan 2 adalah 3 jam pelajaran, Kelas XI semester 1 adalah 4 jam pelajaran dan semester 2 adalah 5 jam pelajaran, Kelas XII semester 1 adalah 4 jam pelajaran dan semester 2 adalah 5 jam pelajaran. (6) Ada waktu yang disediakan untuk me- laksanakan kegiatan sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olah raga, bakti sosial, dan sejenisnya. (7) Kelas X merupakan program ber- sama yang diikuti semua peserta didik (8) Terdapat program studi ilmu alam yang lebih difokuskan pada mata pelajaran matematika, fisika, kimia, dan biologi (9) Ada mata pelajaran teknologi Informasi dan komunikasi/ ketrampilan, dimana alokasi waktu- nya diatur oleh sekolah (10) Ada penambahan mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan daerah maksimal sebanyak 4 jam pelajaran (11) Ada target pencapaian prestasi siswa untuk menentukan jurusan di SMU dan MA (12) Ada target pencapaian prestasi siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Kemudian komponen kegiatan belajar mengajar kimia ada 19 hal yang menjadi aspek pendukung yaitu : (1) Ada identifikasi dan pengelompokan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa (2) Ada pengembangan materi standar kimia yang dilakukan oleh guru (3) Ada pemilihan metode yang tepat sesuai dengan materi kimia (4) Ada perencanaan penilaian yang berbasis kelas (5) Ada pembinaan keakraban antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa (6) Ada pe- laksanaan pretest (7) Ada penjelasan guru tentang kompetensi mata pelajaran kimia yang harus dicapai siswa (8) Penjelasan materi standar kimia secara logis dan sistematis (9) Ada upaya guru untuk melibatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar kimia (10) Ada pengembangan dan mo- difikasi kegiatan pembelajaran kimia (11) Ada pemilihan media pem- belajaran yang sesuai dengan materi standar kimia (12) Ada pembagian lembar kegiatan siswa untuk setiap siswa (13) Ada pemantauan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh guru kepada siswa dalam me- ngerjakan lembar kegiatan siswa (14) Ada upaya guru dalam memotivasi siswa untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi kimia yang dipelajarinya di dalam kehidupan sehari-hari (15) Ada pem- berian tugas / posttest (16) Guru mengenal siswa secara perorangan (17) Guru memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar siswa (18) Guru me- ngembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah kimia (19) Guru mengembangkan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar kimia yang menarik. Dilanjutkan dengan Komponen penilaian berbasis kelas ada 17 hal yang menjadi aspek pendukung yaitu : (1) Ada upaya guru memberikan peng- hargaan pencapaian belajar kimia siswa (2) Ada upaya guru untuk memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran kimia (3) Penilaian yang dilakukan harus valid (4) Penilaian yang dilakukan harus mendidik (5) Penilaian yang dilakukan harus berorientasi pada kompetensi (6) Penilaian yang d lakukan harus adil dan objektif (7) Penilaian yang dilakukan harus terbuka (8) Penilaian yang dilakukan harus berkesinambungan (9) Penilaian yang dilakukan harus menyeluruh (10) Penilaian yang di- lakukan harus bermakna (11) Guru harus membuat kisi-kisi penilaian / rancangan penilaian secara me- nyeluruh untuk satu semester (12) Adanya penagihan semua indikator (13) Adanya penggunaan berbagai teknik penilaian dan ujian yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran kimia (14) Guru harus menganalisis hasil penilaian untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi (15) Guru harus memberikan proses pem- belajaran jika peserta didik belum menguasai suatu kompetensi dasar (16) Guru harus memberikan tugas jika siswa telah menguasai suatu kompetensi dasar (17) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya jika siswa telah me- nguasai semua atau sebagaian kompetensi dasar.
Dan terakhir komponen Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS) ada 18 hal yang menjadi aspek pendukung yaitu : (1) Pihak sekolah membentuk tim pengembang silabus KBK tingkat sekolah bagi yang mampu melakukannya (2) Pihak sekolah diberikan kebebasan untuk mengembangkan silabus sendiri bagi yang mampu dan memenuhi kriteria untuk melakukannya (3) Adanya identifikasi kompetensi sesuai dengan perkembangan siswa dan kebutuhan daerah dalam penyusunan silabus yang dilakukan oleh pihak sekolah (4) Adanya permohonan pihak sekolah kepada dinas kabupaten dan kota dalam proses penyusunan silabus (5) Pihak sekolah harus mengimplementasikan silabus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah (6) Adanya uji kelayakan silabus KBK yang di- implementasikan disekolah tersebut yang dilakukan pihak sekolah (7) Pihak sekolah memberikan masukan kepada dinas pendidikan kabupaten dan kota, dinas pendidikan provinsi, dan pusat kurikulum departemen pen didikan nasional tentang efektifitas dan efisiensi silabus KBK, ber- dasarkan kondisi aktual di lapangan (8) Materi harus memiliki tingkat kesesuaian, teruji, dan dapat di- pertanggung jawabkan secara ilmiah (9) Materi memiliki tingkat ke- pentingan, kebermaknaan dan sumbangan terhadap pencapaian suatu kompetensi (10) Materi yang dikembangkan bermanfaat bagi siswa (11) Materi yang di- kembangkan layak untuk dipelajari siswa (12) Materi yang dikembangkan menarik bagi siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut (13) Pihak sekolah mengadakan sosialisasi perubahan kurikulum (14) Pihak sekolah mengembangkan fasilitas dan sumber belajar (15) Adanya usaha dari pihak sekolah untuk mendisiplinkan siswa (16) Adanya pengembangan kemandirian kepala sekolah (17) Pihak sekolah mem- berdayakan tenaga kependidikan (18) Pengawas memantau pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan dan Pengawas memberikan gagasan baru untuk melaksanakan pembelajaran yang bermutu

METODE PENELITIAN.

Populasi Dan Sampel.
Penelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kota Tanjung Balai, pada bulan April- Mei 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMA di Kota Tanjung Balai Tahun ajaran 2005/ 2006. Jumlah SMA yang ada di Kota Tanjung Balai ada 9, yaitu SMA Negeri ada 5 dan 4 SMA Swasta. Sampel diambil secara purposif sebanyak 5 (lima sekolah), yaitu 3 (tiga) SMA Negeri dan 2 (dua) SMA Swasta yang telah melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu : (1) SMA Negeri 1 Tanjung Balai (2) SMA Negeri 2 Tanjung Balai (3) SMA Negeri 3 Tanjung Balai (4) SMA Swasta Sisingamangaraja (5) SMA Swasta Sisingamangaraja. Sampel individu dalam penelitian ini adalah siswa, guru bidang studi kimia dan kepala sekolah. Sampel siswa diambil secara acak dengan menggunakan tabel Krejcie pada taraf Signifikansi 5% (Silitonga 2005). Sampel guru bidang studi kimia dan kepala sekolah diambil dengan tehnik sampling total.

Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel penelitian ini adalah pelaksanaan kurikulum berbasis konpetensi. Untuk memperoleh data digunakan alat pengumpul data yaitu (1) Angket yang bersifat tertutup (2) Wawancara yang bersifat terpimpin (3) Observasi yang bersifat sistematik.

Pengumpulan dan pengolahan data
Langkah- langkah yang harus dilakukan dalam pengumpulan data adalah Tahap Persiapan, tahap pelaksanaan, dan Pengolahan Data. Tahap persiapan digunakan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan surat ijin penelitian, menguji validitas angket yang telah disusun pada sampel per- cobaan, untuk mendapatkan angket yang valid. Tahap pelaksanaan di lakukan dengan mengedarkan angket kepada setiap responden, melaksana- kan wawancara kepada kepala sekolah dan siswa, serta melakukan observasi terhadap dokumen Rencana Pengajaran (RP), Program tahunan (Prota) dan soal-soal yang dibuat oleh guru kimia dan observasi terhadap kelengkapan Laboratorium kimia. Data penelitian yang di kumpulkan, ditabulasi, dan dianalisis dengan mencari Tingkat Keberhasil an KBK dengan menggunakan Rumus P = F/N x 100%. Dan kemudian dilakukan Penarikan Kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sampel
Adapun Jumlah Responden yang menjawab Angket yang ditujukan kepada siswa kelas X dan XI IA di SMA Kota Tanjung Balai berjumlah 751 orang, dengan perincian SMA Negeri 1 sebanyak 175 siswa, SMA Negeri 2 sebanyak 175 siswa, SMA Negeri 3 sebanyak 113 siswa, SMA Swasta Tritunggal sebanyak 92 siswa, dan SMA Swasta Sisingamangaraja sebanyak 196 siswa. Begitu juga dengan Jumlah Responden yang menjawab Angket yang ditujukan kepada Guru kimia di SMA Kota Tanjung Balai berjumlah 9 orang, dengan perincian SMA Negeri 1 sebanyak 3 guru, SMA Negeri 2 sebanyak 2 guru, SMA Negeri 3 sebanyak 1 guru, SMA Swasta Tritunggal sebanyak 1 guru, dan SMA Swasta Sisingamangaraja sebanyak 2 guru.

Pelaksanaan KBK Untuk Mata Pelajaran Kimia Di SMA Kota Tanjung Balai Dilihat Dari 22 Indikator

Pelaksanaan KBK Untuk Mata Pelajaran Kimia Di SMA Kota Tanjung Balai Dilihat Dari 22 Indikator secara jelas terdapat pada Tabel 1.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pelaksanaan struktur kuri- kulum program studi ilmu alam SMA di Kota Tanjung Balai idealnya sebesar (93,4%), persentase program pencapaian hasil belajar idealnya sebesar (100%), tingkat keberhasilan guru kimia dalam keterampilan me- laksanakan proses belajar mengajar kimia idaalnya sebesar (38%), tingkat keberhasilan guru kimia dalam keterampilan melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar kimia idealnya sebesar (37,6%), Keterampilan menggunakan media sumber idealnya sebesar (17,6%), Keterampilan mengelola kelas ideal nya sebesar (35,2%), Keterampilan mengelola interaksi belajar mengajar kimia idealnya sebesar (40,8%), Keterampilan mempersiapkan bahan ajar idealnya sebesar (60%), Ke- terampilan melaksanakan penilaian dari segi prinsip dan tujuan idealnya sebesar (59,9%), Keterampilan me laksanakan penilaian berkelanjutan idealnya sebesar (35%), Keterampil- an melaksanakan penilaian kognitif idealnya sebesar (100%), Keterampil an melaksanakan penilaian afektif idealnya sebesar (0%), Keterampilan melaksanakan penilaian psiko motorik idealnya sebesar (51,4%), Kemandirian kepala sekolah dalam melaksanakan KBK idealnya sebesar (42,7%), Tingkat keberhasilan pihak sekolah dalam pengadaan sosialisasi kurikulum idealnya sebesar (26,7%), Usaha mendisiplinkan siswa idealnya sebesar (20%), Pengembangan si- labus kimia idealnya sebesar (80%), Tingkat keberhasilan pengawas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjung Balai dalam pe- ngembangan sistem pemantauan idealnya sebesar (100%), Kelengkap an fasilitas laboratorium kimia ideal nya sebesar (26,7%), Kelengkapan fasilitas perpustakaan idealnya sebesar (35%), Pemberian Honorium idealnya sebesar (100%), Pe ngembangan Materi kimia yang dilakukan oleh guru idealnya sebesar (89,3%).

Pelaksanaan KBK Untuk Mata Pelajaran Kimia Di SMA Kota Tanjung Balai Dilihat Dari 4 Komponen KBK
Berdasarkan Komponen Kurikulum dan Hasil Belajar, Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Tingkat Ke sesuaian Pelaksanaan Komponen Kurikulum dan Hasil Belajar di SMA Kota Tanjung Balai Pada Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya sebesar (96,7%) (Gambar 1). Hal ini diduga karena sebagian besar Struktur Kurikulum Program Studi Ilmu Alam dan Program Pencapaian Hasil Belajar di SMA Kota Tanjung Balai sangat sesuai dengan kondisi ideal KBK.

Gambar 1 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Kurikulum Dan Hasil Belajar di SMA Kota Tanjung Balai (%).

Jika dilihat dari Komponen Kegiatan Belajar Mengajar Kimia, Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian pelaksanaan komponen kegiatan belajar mengajar Kimia SMA di Kota Tanjung Balai Pada Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya sebesar (38,1%) (Gambar 4.2). Fenomena ini diduga karena kurangnya Sosialisasi KBK tentang pelaksanaan kegiatan belajar me ngajar kepada guru kimia, sehingga mengakibatkan guru kimia kurang memahami pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kimia yang sesuai dengan kondisi ideal KBK. Hal ini dapat dilihat melalui Angket yang di jawab oleh Responden yang me ngatakan bahwa kurangnya ke terampilan guru kimia dalam me laksanakan evaluasi proses belajar mengajar kimia, keterampilan dalam menggunakan media sumber, keterampilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar kimia, keterampilan mengelola kelas serta keterampilan mengelola interaksi belajar mengajar kimia.

Gambar 2 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Kegiatan Belajar Mengajar Kimia di SMA Kota Tanjung Balai (%)

Tingkat Kesesuaian Pe- laksanaan Komponen Penilaian Berbasis Kelas di SMA Kota Tanjung Balai Pada Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya sebesar (49,2%) (Gambar 4.3). Fenomena ini diduga karena Rencana Pengajaran (RP) guru kimia SMA di Kota Tanjung Balai masih belum sesuai dengan kondisi ideal KBK. Khususnya pada bagian Penilaian. Guru kimia tidak membuat perencanaan penilaian berbasis kelas. Penilaian yang dilakukan tidak merinci bagaimana guru memperoleh data kemajuan siswa dalam belajar, melainkan penilaian yang dilakukan oleh guru kimia hanya berupa soal-soal kimia yang umumnya mengukur ke mampuan kognitif siswa. Sedangkan soal-soal yang mengukur ke mampuan afektif siswa hanya dilihat dari sikap dan tingkah laku siswa yang tertib, menghargai guru, disiplin dalam kelas. Akan tetapi soal afektif tersebut tidak dikaitkan dengan materi standar kimia. Hal ini diakibatkan karena Sosialisasi KBK tentang penilaian berbasis kelas kepada guru kimia masih kurang. Begitu juga dengan penilaian ber kelanjutan yang dilakukan oleh guru kimia masih belum sesuai dengan kondisi ideal KBK, yang dibuktikan melalui remedial yang dilakukan oleh guru kimia kepada siswa hanya sebatas satu kali saja, padahal tuntutan ideal KBK, siswa perlu diberikan remedial sampai siswa tersebut tuntas belajar dalam satu kompetensi dasar. Hal ini di akibatkan karena waktu yang tidak cukup, sementara materi kimia masih banyak.
Jika dilihat dari Pelaksanaan Komponen Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS), Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Tingkat kesesuaian Pelaksanaan Komponen Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah di SMA Kota Tanjung Balai Pada Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya sebesar (57,8%) (Gambar 4.4). Hal ini diduga karena pengadaan sosialisasi KBK yang masih kurang dilihat dari segi pe laksanaan kegiatan belajar mengajar kimia maupun penilaian berbasis kelas, Pihak sekolah (Guru-guru SMA di kota Tanjung Balai) belum sejalan dalam usaha mendisiplinkan siswa, Pengembangan silabus yang dilakukan oleh pihak sekolah belum sesuai dengan visi dan misi sekolah, Pengawasan silabus dari Dinas Pendidikan Kota Tanjung Balai meskipun sudah melaksanakan pemantauan 100%, akan tetapi pelaksanaannya masih kurang teliti, kemudian keadaan fasilitas laboratorium kimia yang kurang memadai demi mendukung pe- laksanaan KBK dimana alat dan bahan kimia yang ada di 3 SMA jarang digunakan, sedangkan di 2 SMA kota Tanjung Balai alat dan bahan kimia masih kurang memadai, begitu juga dengan honorium yang diberikan kepada guru kimia yang melakukan praktikum umumnya berjumlah sedikit, sehingga hal ini mengakibatkan praktikum kimia sangat jarang dilakukan. Dan hal inilah yang mengakibatkan keadaan PKBS belum sesuai dengan kondisi ideal KBK.

Gambar 3 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Penilaian Berbasis Kelas di SMA Kota Tanjung Balai (%)

Gambar 4 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS) di SMA Kota Tanjung Balai (%)

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk mata pelajaran kimia SMA di kota Tanjung Balai dilihat dari segi komponen kurikulum dan hasil belajar idealnya sebesar ( 96,7%), Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk mata pelajaran kimia SMA di kota Tanjung Balai dilihat dari segi komponen Kegiatan Belajar Mengajar kimia idealnya sebesar ( 38,1%), Pelaksanaan Ku rikulum Berbasis Kompetensi untuk mata pelajaran kimia SMA di kota Tanjung Balai dilihat dari segi komponen Penilaian Berbasis Kelas idealnya sebesar (49,2%), Pe- laksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk mata pelajaran kimia SMA di kota Tanjung Balai di lihat dari segi komponen pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS) idealnya sebesar ( 57,8%), Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Ku rikulum Berbasis Kompetensi di SMA Kota Tanjung Balai idealnya hanya sebesar (37,1%- 57,8%)

SARAN
Perlu dilaksanakan Sosiali sasi KBK secara menyeluruh, guna membenahi Guru kimia dalam meningkatkan kreativitas untuk me laksanakan kegiatan belajar mengajar kimia dan Penilaian Berbasis Kelas yang sesuai dengan tuntutan KBK yang ideal, Perlu dipersiapkan Fasilitas yang memadai seperti Laboratorium dan Perpustakaan oleh pihak Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan kelengkap an-kelengkapan belajar yang me madai di sekolah oleh sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dan guru sebagai pelaksana pendidikan agar tuntutan dari KBK dapat terpenuhi secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ant, (2004), Sekolah Berstandar Internasional Perlu Di perbanyak, Harian SIB, Senin, 1 November 2004.
Arikunto, S, 2001, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
, 2003, Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Banjar, H, (2005), Semangat Berprestasi Yang Perlu Terus Menerus Di tumbuhkembangkan, Harian Analisa, Jumat, 25 November 2005.
Departemen Pendidikan Nasional, (2003), Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia, Jakarta.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum Dirjen Dikdasmen Depdiknas, (2003), Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia, Jakarta.
Ibrahim, dan, Sudjana, N, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Mardapi, Dj, dan Ghofur, A, (2003), Pedoman Umum Pe ngembangan Penilaian, Proyek Pelita, Depdiknas, Jakarta
Mulyasa, E, (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.
, (2004), Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Menyukseskan MBS dan KBK, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung
, (2004), Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pem belajaran KBK, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nadapdap, A, P, (2005), Beberapa Kendala Mengimplementas ikan KBK, Harian SIB, Selasa 29 Maret 2005.
Nugraha, A, W, (2005), Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMA, Pembekalan Mahasiswa PPL Jurusan Kimia Unimed, Medan.
Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Penerbit Grasindo, Jakarta.
Simatupang, Z, dan Sianturi, P,(2004), Telaah Kurikulum Berbasis Kompetensi, Buku Pegangan Kuliah Mahasis wa, FMIPA, Unimed, Medan.
Silitonga, P, M, (2005), Metodologi Penelitian, FMIPA, Unimed, Medan.
Sukmadinata, S, N, (2002), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.
Unair, (2005), Tahun Ajaran Baru, Kurikulum Baru, http:// http://www.suara merdeka.com/harian, Senin, 19 Juli 2004
Zubaedi, (2005), Membenahi Pendidikan Nasional, http:// http://www.warta unair.ac.id/artikel/index/php, November 2004

Anak Vs Game

Bermain di luar rumah saat ini sangat tidak aman. Sebab jarang sekali ditemukan tanah lapang yang luas akhir-akhir ini. Jika memaksa bermain dalam suasana kota semacam itu, bisa-bisa angka kecelakaan akan meningkat dengan korban sebagian besar anak-anak. Boleh jadi pernyataan itu benar adanya. Lihat saja ketika musim layangan tiba, anak-anak kita justru bermain layang di pinggir jalan raya. Tanpa peduli resiko yang bakal terjadi jika jalan sedang ramai.
Akhirnya pilihan orang tua jatuh pada arena bermain baru, video game, computer game, board game dan playstation untuk memenuhi kebutuhan anak akan permainan. Bahkan, orangtua menganggap permainan tersebut sebagai penguji ketangkasan yang dapat melatih potensi rohani anak untuk menyelesaikan masalah yang rumit. “Daripada main layangan atau kejar-kejaran di jalan,” demikian mungkin pernyataan mereka terhadap kegemaran anak-anak akan video game, computer game dan playstation yang kini sedang marak.
Padahal di balik permainan di atas, ada sisi negatif yang sedang mengancam tumbuh kembang anak-anak. Menurut Remy Silado, beberapa piringan video yang biasa dimainkan anak-anak di playstation malah memicu imitasi dan khayal anak untuk menjadi semacam jagoan dengan kekuatan ajaib dan super yang dapat menghancurkan lawan-lawan dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas yang disebut misi kemanusiaan. Jika kita memperhatikan dengan seksama, sebagian besar isi permainan itu semata-mata kekerasan belaka.
Jika kita melihat ke  toko-toko yang menjual game, tentu bermacam-macam jenis game yang dapat kita temukan. Namun tidak semua game yang ada dapat menunjang apa yang diberikan di sekolah formal mereka.

Game yang berbau pendidikanlah yang sebaiknya kita berikan kepada anak-anak pada usia sekolah tersebut, karena disamping mereka bermain, meraka juga dapat belajar komputer dan belajar pelajaran yang mereka dapat disekolah.

Nah, siapa yang bertanggung jawab terhadap dampak tersebut?

Revolusi Kimia dalam Peradaban Islam

Ilmu kimia merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para kimiawan Muslim di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan para kimiawan Muslim. Tak heran, bila dunia menabalkan kimiawan Muslim bernama Jabir Ibnu Hayyan sebagai ‘Bapak Kimia Modern’.”Para kimiawan Muslim adalah pendiri ilmu kimia,” cetus Ilmuwan berkebangsaan Jerman di abad ke-18 M. Tanpa tedeng aling-aling, Will Durant dalam he Story of Civilization IV: The Age of Faith, juga mengakui bahwa para kimiawan Muslim di zaman kekhalifahanlah yang meletakkan fondasi ilmu kimia modern. Baca lebih lanjut

download e-book

jika ada yg suka baca.. kumpul-kumpulin e-book

dijaman sekarang, sesuatu yg simpel, sachet dan nyaman…apalagi tiap kamar sudah ada komputer.. klo dahulu siswa bawa, jinjing buku2 tebel. sekarang setebel apa buku juga tidak susah bawan harus punya…

tinggal dowload disini, klik aja…

http://www.pdf-search-engine.com/termokimia-pdf.html

http://www.pdf-search-engine.com/mekatronika-pdf.html

http://www.njouba.com/mekatronika-ebook.html

moga bisa manfaat

Plastic Injection Prosess

Benda plastik hampir kita temukan di semua tempat, mulai dari bungkus makanan, peralatan elektronik, mobil, motor, peralatan rumah tangga dan sebagainya. Untuk membentuk plastik tersebut setiap jenis bentuk dan material plastik mempengaruhi proses dan teknologi pembuatannya. Misal untuk membentuk sol sepatu digunakan press rubber, untuk membentuk part- part elektronik seperti casing handphone, gear pada printer, tombol, gelas plastik, dan benda sejenisnya di gunakan mesin injection, sedangkan untuk membuat botol digunakan blow mold type injection, dalam artikel ini akan membahas pembuatan benda plastik dengan teknology injection.

lebih jelas kunjungi   http://www.oke.or.id/tutorial/plastik.pdf

Oleh :
Ahmad Hasnan

Mengenal Istilah Standardisasi

Seiring dengan perkembangan globalisasi yang menimbulkan persaingan global yang kian ketat dan keras. Maka yang terjadi selanjutnya adalah persaingan dalam memberikan produk yang terbaik. Namun semua produk yang dianggap terbaik tentunya mempunyai parameter tersendiri sesuai dengan aturan yang telah ada. Aturan inilah yang kemudian disebut sebagai standarnya atau standardisasi. Berikut ini sekelumit kamus tentang istilah Standardisasi:
1. Mutu
Gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat.
2. Kebijakan Mutu
Keseluruhan maksud dan tujuan organisasi yang berkaitan dengan mutu yang dinyatakan secara formal oleh pimpinan puncak.
3. Jaminan Mutu
Seluruh perencanaan dan kegiatan sistematik yang diperlukan untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa suatu barang atau jasa akan memenuhi persyaratan mutu.
4. Manajemen Mutu
Aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu.
5. Sistem Mutu
Merupakan struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumberdaya untuk menerapkan manajemen mutu.
6. Pengendalian Mutu
Teknik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.
7. Audit Mutu
Pengujian yang sistematik dan mandiri untuk menetapkan apakah kegiatan mutu dan hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan dan apakah pengaturan-pengaturan yang disebut ini diterapkan secara efektif dan sesuai untuk pencapaian tujuan.
8. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
Suatu sistem mutu, manajemen mutu dan pengendalian mutu melalui pendekatan sistematik mengenai identifikasi bahaya (hazard), pengamatan dan pengawasan untuk menjamin keamanan makanan.
9. Titik Kontrol (Control Poit)
Setiap tahapan dalam proses yang diawasi secara fisika, kimia maupun biologis (microbiologis).
10. Tindakan Perbaikan (Corrective Action)
Prosedur yang dilakukan apabila kesalahan atau penyimpangan terjadi atau batas kritis tidak tercapai atau terlewati.
11. Titik-titik kritis (Critical Control Point = CCP)
Tiap tahapan dalam proses yang apabila tidak diawasi dengan baik dapat mengganggu keamanan (safety), mutu (quality), keselamatan (wholesomeness) atau menimbulkan penipuan/penyimpangan secara ekonomi (economic fraud).
12. Penyimpangan/Kekurangan (Critical Defisiensi)
Penyimpangan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan untuk mempertahankan keamanan (safety), kesehatan dan kebersihan (Wholesomeness) serta untuk mencegah terjadinya kerugian ekonomi.
13. Batas Kritis (Critical Limit)
Tetapan ambang/batas yang tidak boleh dilewati yang mana harus diawasi setiap ccp.
14. Rancangan HACCP (HACCP Plan)
Dokumen yang menjelaskan sistem pengawasan mutu berdasarkan HACCP dari suatu perusahaan.
15. Bahaya/potensi bahaya
Resiko atau peluang adanya sifat-sifat pada makanan yang tidak dapat diterima secara biologis (microbiologis), fisika dan kimia yang mana dapat menyebabkan terganggunya kesehatan konsumen ataupun menyebabkan terjadinya penyimpangan produk dari kriteria yang telah ditentukan.
16. Analisa Bahaya (Hazard)
Proses untuk mengidentifikasi peluang atau resiko terjadinya bahaya (hazard) baik yang bersifat biologis, fisika, kimia maupun ekonomi (economic fraud).
17. HACCP-Based System
Cara pendekatan non tradisional dalam pemeriksaan produk untuk mengontrol bahaya (hazard) dalam makanan. Sistem ini adalah hasil dari penerapan rencana HACCP.
18. Produk Beresiko Kecil (Low Risk Product)
Produk (seafood) yang beresiko kecil bagi kesehatan konsumen apabila disiapkan diolah/disiapkan dengan cara tradisional/konvensional.
19. Kekurangan Secara Mayor (Major Deffisiensi)
Penyimpangan besar dari rencana yang telah ditetapkan yang dapat menghambat tujuan mempertahankan keamanan produk, kesehatan dan kebersihan, serta mencegah terjadi penipuan ekonomi (economic fraud).
20. Kekurangan Minor (Minor Deffisiensi)
Kegagalan suatu bagian sistem HACCP yang tidak memberi pengaruh-pengaruh besar terhadap kemampuan fasilitas yang ada untuk memenuhi persyaratan sanitasi yang dapat dipertanggung jawabkan.
21. Prosedur Monitoring (Monitoring Prosedure)
Jadwal pengujian/pengamatan yang dicatat oleh petugas perusahaan untuk laporan dari temuan ditiap ccp.
22. Tindakan Pencegahan (Preventive Measures)
Tiap tindakan yang akan menghambat/mencegah timbulnya bahaya (hazard) pada produk.
23. Proses
Suatu kegiatan atau operasi untuk memanen, memproduksi, menyimpan, menangani, mendistribusikan atau menjual produk.
24. Kekurangan/Kesalahan Serius (Serius Diffesiensi)
Penyimpangan yang serius dari rencana yang telah dibuat untuk mempertahankan terpeliharanya keamanan, kesehatan dan kebersihan, serta mencegah terjadinya economic fraud. Dan apabila penyimpangan itu terus berlanjut akan menyebabkan produk tidak aman, tidak sehat dan higiene serta tidak sesuai dengan spesifikasi produk (misbranded).
25. Produk Beresiko Tinggi (Substantial Risk Product)
Produk (seafood) yang dapat mengakibatkan bahaya terhadap kesehatan konsumen apabila disiapkan/diolah dengan cara tradisional/konvensional. Sebagai contoh adalah produk-produk siap dimakan dan siap dihidangkan, yang mana apabila mengandung bakteri pathogen biotoxin atau terkontaminasi zat kimi ata fisika dapat membahayakan kesehatan konsumen.
26. Pemeriksaan Terhadap Sistem (System Audit)
Pemeriksaan mendadak (tanpa pemberitahuan) terhadap keefektifan perusahaan melaksanakan rancangan HACCP yang telah disetujui (sesuai dengan validasi).
27. Validasi (Validation)
Evaluasi terhadap kesempurnaan, keberfungsian dan keefektifan dari perusahaan dalam melaksanakan rancangan/program HACCP.
28. Verifikasi (Verification)
Peninjauan secara periodik oleh perusahaan untuk menentukan keefektifan secara keseluruhan dalam rancangan HACCP.
29. Verifikasi Audit (Audit Verification)
Peninjauan mendadak oleh petugas pemerintah (Competent Authority) sesuai prosedur yang telah ada.
30. Verifikasi
Suatu proses persetujuan dan pengesahan penerapan sistem HACCP dan/atau SNI Seri 9000 melalui proses audit dan review.
31. Review
Pemantauan kembali pelaksanaan sistem HACCP dan/atau SNI Seri 19-9000 melalui auditing.
32. Inspeksi
Kegiatan-kegiatan seperti : pengukuran pemeriksaan, pengujian, pengukuran dengan perbandingan satu atau lebih karakteristik barang atau jasa, dan dibandingkan dengan persyaratan tertentu untuk menetapkan kesesuaian.
33. Lembaga Sertifikasi
Lembaga yang mempunyai tugas melakukan kegiatan penilaian kesesuaian terhadap persyaratan tertentu, dimana hasil penilaian dinyatakan dengan sertifikat (sistem manajemen mutu, sistem manajemen lingkungan, produk, personel, sistem keamanan pangan (Hazard Analysis and Critical Control Point – HACCP)
34. Inspeksi Teknis
Kegiatan pemeriksaan dan/atau pengujian terhadap suatu pekerjaan, produk dan atau jasa, proses, sarana dan prasarana yang spesifik, yang mengacu kepada spesifikasi teknis dengan memperhatikan segi keamanan, keselamatan dan lingkungan yang ditentukan.
35. Sertifikasi
Proses yang berkaitan dengan pemberian sertifikat oleh suatu lembaga sertifikasi.
36. Sertifikasi Sistem Mutu
Kegiatan pemberian sertifikat sistem mutu kepada perusahaan yang telah mampu menerapkan sistem mutu menurut SNI seri 19-9000 dan/atau HACCP yang diacu dan akui di dalam kegiatan organisasinya untuk menghasilkan produk dan/atau jasa tertentu.
37. Sertifikasi Produk
Kegiatan pemberian sertifikat produk dan/atau jasa kepada perusahaan yang telah mampu menghasilkan suatu produk dan/atau jasa sesuai dengan SNI dan telah mendapat sertifikat mutu.
38. Sertifikasi Hasil Uji
Kegiatan pemberian sertifikat yang menyatakan bahwa pengujian atas contoh produk yang telah diuji sesuai dengan standar/spesifikasi teknis tertentu.
39. Sertifikasi Inspeksi Teknis
Kegiatan pemberian sertifikat yang menyatakan hasil inspeksi teknis terhadap kelaikan kerja suatu produk/sistem/instalasi yang telah sesuai dengan spesifikasi/standar tertentu.
40. Sertifikasi Personil
Kegiatan pemberian sertifikat yang menyatakan bahwa personil yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan teknis tertentu yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan standardisasi.
41. Sertifikat
Adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Lembaga/laboratorium yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem atau personel telah memenuhi standar yang dipersyaratkan.
42. Tanda Sertifikasi Sistem Mutu
Tanda sertifikasi yang dipergunakan oleh perusahaan yang telah memperoleh sertifikat sistem mutu.
43. Pemeriksaan (Audit)
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi terhadap perusahaan yang telah mendapat sertifikat.
44. Asesmen Mutu
Pengujian sistematik dan mandiri untuk mengetahui apakah kegiatan yang berkaitan dengan mutu telah dilakukan sesuai dengan rencana, konsisten dan efektif mencapai tujuan.
45. Sistem
Prosedur yang orientasinya meliputi pencegahan dan perbaikan terhadap hal-hal yang menyimpang dari standar spesifikasi pada setiap proses produksi sedini mungkin.
45. Asesor (Pengawas Mutu)
Petugas yang telah disertifikasi dan dikualifikasi untuk melaksanakan asesmen dalam rangka akreditasi.
47. Penilik Mutu (Inspektor)
Petugas yang telah disertifikasi dan dikualifikasi untuk melaksanakan pengawasan mutu di lingkungan Departemen Pertanian.
48. Spesifikasi
Dokumen yang menguraikan persyaratan barang atau jasa yang harus dipenuhi.
49. Laboratorium
Laboratorium yang melakukan kegiatan pengujian dan atau kalibrasi, dimana hasil pengujian dan atau kalibrasi dinyatakan dengan sertifikar/laporan hasil uji atau sertifikat kalibrasi.
50. Badan Akreditasi
Institusi yang melaksanakan dan mengelola suatu kegiatan akreditasi dan memberikan akreditasi.
51. Penerapan Standar
Kegiatan menggunakan standar oleh pelaku usaha
52. Lembaga Inspeksi
Lembaga yang melakukan pemeriksaan kesesuaian barang dan atau jasa terhadap persyaratan tertentu, dimana hasil pemeriksaan dinyatakan dengan sertifikat hasil inspeksi.
53. Mutual Recognation Arrangement – MRA
Kesepakatan diantara dua pihak atau lebih untuk saling mengakui atau menerima beberapa atau keseluruhan aspek satu dengan yang lain dalam hal hasil-hasil penilaian kesesuaian (misal laporan pengujian)


Adopted by @_pararaja from : InfoLAB.

Lebih Baik Memberi Dari Pada Menerima

Ini kisah tentang Yu Timah. Siapakah dia? Yu Timah adalah tetangga kami. Dia salah seorang penerima program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang kini sudah berakhir. Empat kali menerima SLT selama satu tahun jumlah uang yang diterima Yu Timah dari pemerintah sebesar Rp 1,2 juta. Yu Timah adalah penerima SLT yang sebenarnya. Maka rumahnya berlantai tanah, berdinding anyaman bambu, tak punya sumur sendiri. Bahkan status tanah yang di tempati gubuk Yu Timah adalah bukan milik sendiri. Usia Yu Timah sekitar lima puluhan, berbadan kurus dan tidak menikah.


Barangkali karena kondisi tubuhnya yang kurus, sangat miskin, ditambah yatim sejak kecil, maka Yu Timah tidak menarik lelaki manapun. Jadilah Yu Timah perawan tua hingga kini. Dia sebatang kara. Dulu setelah remaja Yu Timah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta. Namun, seiring usianya yang terus meningkat, tenaga Yu Timah tidak laku di pasaran pembantu rumah tangga. Dia kembali ke kampung kami. Para tetangga bergotong royong membuatkan gubuk buat Yu Timah bersama emaknya yang sudah sangat renta. Gubuk itu didirikan di atas tanah tetangga yang bersedia menampung anak dan emak yang sangat miskin itu.


Meski hidupnya sangat miskin, Yu Timah ingin mandiri. Maka ia berjualan nasi bungkus. Pembeli tetapnya adalah para santri yang sedang mondok di pesantren kampung kami. Tentu hasilnya tak seberapa. Tapi Yu Timah bertahan. Dan nyatanya dia bisa hidup bertahun-tahun bersama emaknya.


Setelah emaknya meninggal Yu Timah mengasuh seorang kemenakan. Dia biayai anak itu hingga tamat SD. Tapi ini zaman apa. Anak itu harus cari makan. Maka dia tersedot arus perdagangan pembantu rumah tangga dan lagi-lagi terdampar di Jakarta. Sudah empat tahun terakhir ini Yu Timah kembali hidup sebatang kara dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berjualan nasi bungkus. Untung di kampung kami ada pesantren kecil. Para santrinya adalah anak-anak petani yang biasa makan nasi seperti yang dijual Yu Timah.


Kemarin Yu Timah datang ke rumah saya. Saya sudah mengira pasti dia mau bicara soal tabungan. Inilah hebatnya. Semiskin itu Yu Timah masih bisa menabung di bank perkreditan rakyat syariah di mana saya ikut jadi pengurus. Tapi Yu Timah tidak pernah mau datang ke kantor. Katanya, malu sebab dia orang miskin dan buta huruf. Dia menabung Rp 5.000 atau Rp 10 ribu setiap bulan. Namun setelah menjadi penerima SLT Yu Timah bisa setor tabungan hingga Rp 250 ribu. Dan sejak itu saya melihat Yu Timah memakai cincin emas. Yah, emas. Untuk orang seperti Yu Timah, setitik emas di jari adalah persoalan mengangkat harga diri. Saldo terakhir Yu Timah adalah Rp 650 ribu.


Yu Timah biasa duduk menjauh bila berhadapan dengan saya. Malah maunya bersimpuh di lantai, namun selalu saya cegah.
”Pak, saya mau mengambil tabungan,” kata Yu Timah dengan suaranya yang kecil.
”O, tentu bisa. Tapi ini hari Sabtu dan sudah sore. Bank kita sudah tutup. Bagaimana bila Senin?”
”Senin juga tidak apa-apa. Saya tidak tergesa.”
”Mau ambil berapa?” tanya saya.
”Enam ratus ribu, Pak.”
”Kok banyak sekali. Untuk apa, Yu?”
Yu Timah tidak segera menjawab. Menunduk, sambil tersenyum malu-malu.
”Saya mau beli kambing kurban, Pak. Kalau enam ratus ribu saya tambahi dengan uang saya yang di tangan, cukup untuk beli satu kambing.”


Saya tahu Yu Timah amat menunggu tanggapan saya. Bahkan dia mengulangi kata-katanya karena saya masih diam. Karena lama tidak memberikan tanggapan, mungkin Yu Timah mengira saya tidak akan memberikan uang tabungannya. Padahal saya lama terdiam karena sangat terkesan oleh keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.


”Iya, Yu. Senin besok uang Yu Timah akan diberikan sebesar enam ratus ribu. Tapi Yu, sebenarnya kamu tidak wajib berkurban. Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang lebih berada. Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat hendak membeli kambing kurban?”


”Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya benar-benar ingin berkurban. Selama Ini memang saya hanya jadi penerima. Namun sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban.”
”Baik, Yu. Besok uang kamu akan saya ambilkan di bank kita.”
Wajah Yu Timah benderang. Senyumnya ceria. Matanya berbinar. Lalu minta diri, dan dengan langkah-langkah panjang Yu Timah pulang.
Setelah Yu Timah pergi, saya termangu sendiri. Kapankah Yu Timah mendengar, mengerti, menghayati, lalu menginternalisasi ajaran kurban yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim? Mengapa orang yang sangat awam itu bisa punya keikhlasan demikian tinggi sehingga rela mengurbankan hampir seluruh hartanya? Pertanyaan ini muncul karena umumnya ibadah haji yang biayanya mahal itu tidak mengubah watak orangnya.


Mungkin saya juga begitu. Ah, Yu Timah, saya jadi malu. Kamu yang belum naik haji, atau tidak akan pernah naik haji, namun kamu sudah jadi orang yang suka berkurban. Kamu sangat miskin, tapi uangmu tidak kaubelikan makanan, televisi, atau pakaian yang bagus. Uangmu malah kamu belikan kambing kurban. Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang dokter makan daging kambing, tapi kali ini akan saya langgar. Saya ingin menikmati daging kambingmu yang sepertinya sudah berbau surga. Mudah-mudahan kamu mabrur sebelum kamu naik haji.

Adopted from : Ahmad Tohari. 2006. “Kisah Yu Timah” . Republika – Resonansi.

Osmosis-Puffing sebagai Alternatif Proses Pengeringan Sayuran dan Buah-Buahan

Daniel Saputra, Basuni Hamzah, dan Rindit Pambayun
Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Sriwijaya

Pengeringan hasil pertanian yang umum dilakukan tidak memberikan mutu prima bagi produk yang dihasilkan. Produk pengeringan prima hanya dapat dihasilkan oleh teknologi pengeringan beku yang padat energi dan mahal. Teknologi alternatif yang dapat ditawarkan ialah puffing dengan gas CO2 yang menghasilkan mutu kompetitif terhadap pengeringan beku, tetapi teknologi ini masih menggunakan energi panas pada awal dan akhir pengeringan. Untuk mengatasi kelemahan ini diusulkan untuk mengombinasikan metode dehidrasi osmosis dengan puffing menggunakan gas CO2.

Penelitian ini bertujuan meminimumkan penggunaan panas dalam pengeringan dengan mengombinasikan teknologi osmosis dan puffing dengan gas CO2. Pada proses pengeringan osmosis, buah-buahan atau sayuran dimasukkan ke dalam suatu media osmotik yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar daripada tekanan osmosis bahan yang akan dikeringkan sehingga air keluar dari bahan ke arah media untuk menyeimbangkan tekanan osmosis. Akibat pemindah-an massa (air) tanpa perubahan fase ialah mutu produk, dalam hal ini warna dan nilai gizi, tetap tinggi. Perlakuan dilanjutkan dengan mempuffing produk dengan gas CO2 dan diteruskan dengan pengeringan menggunakan fluidized dryer yang berakibat volume dan bentuk produk kering akan menyerupai volume dan bentuk buah segar.

Penelitian dilaksanakan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama ialah menentukan peubah yang mempengaruhi osmosis dan tahap kedua ialah melihat pengaruh peubah ini pada mutu puffing bahan. Peubah yang mempengaruhi osmosis yang diteliti ialah jenis bahan, media osmosis, konsentrasi, suhu, lama perendaman, dan penggunaan campuran sari buah.
Pada tahap pertama telah dipilih buah nenas kultivar Queen yang relatif banyak tersedia di Palembang dan sekitarnya, mempunyai potensi pasar, dan tersedia sepanjang tahun. Jenis media osmotik yang digunakan dipertimbangkan berdasarkan bahan tambahan pada makanan. Pada penelitian ini digunakan gula pasir dan glukosa. Jenis, konsentrasi media osmotik, dan lama perendaman dalam larutan berpengaruh nyata pada pengurangan air dan peningkatan padatan. Konsentrasi gula terbaik ialah 50% dan media yang terbaik ialah sukrosa komersial (gula pasir). Suhu media dan laju aliran osmotik juga menunjukkan pengaruh nyata pada pengurangan air dan peningkatan padatan. Suhu terbaik 50oC dan laju aliran 4 l/menit. Penggoyangan tidak mempengaruhi pengurangan air dan peningkatan padatan. Nisbah sampel:larutan nyata mempengaruh peningkatan padatan tetapi hanya berpengaruh pada nisbah antara 1:5 dan 1:15, tetapi tidak berpengaruh nyata pada nisbah antara 1:5 dan 1:10. Nisbah sampel terhadap larutan yang akan digunakan ialah 1:5.

Penggunaan sirup sari buah dapat membantu mengeluarkan air dari bahan, mempertahankan warna buah dan aroma, serta meningkatkan rasa buah kering. Penggunaan bahan elektrolit seperti KCl dan NaCl dapat meningkatkan laju pengeluaran air secara nyata. Pengaruh negatif KCl dan NaCl dapat ditutupi dengan rasa buah yang digunakan atau mengombinasikan dengan larutan gula. Penggunaan KCl dan NaCl memberikan pengaruh negatif terhadap volume spesifik hasil puffing dengan menurunkan volume spesifik lebih rendah daripada tanpa KCl dan NaCl.

Adopted by @_pararaja from : Hibah Bersaing VI

Manajemen Perusahaan : Chapter. 17 : Six Sigma

Six Sigma adalah usaha yang terus menerus untuk mengurangi waste, menurunkan variance dan mencegah defect. Six sigma merupakan sebuah konsep bisnis yang berusaha untuk menjawab permintaan customer terhadap kualitas yang terbaik dan proses bisnis yang tanpa cacat. Kepuasan pelanggan dan peningkatannya menjadi prioritas tertinggi, dan Six sigma berusaha menghilangkan ketidakpastian pencapaian tujuan bisnis.


Untuk lebih mudahnya, Six sigma bisa dipahami sebagai sebuah alat untuk meningkatkan kualitas, benchmarking dan metode peningkatan keuntungan yang terpadu. Six sigma mendasarkan dirinya pada pemahaman bahwa mencapai zero-defect dalam pembuatan sebuah produk atau proses bukanlah tidak mungkin. Dengan Six sigma, angka defect 3,4 kejadian per 1.000.000 kesempatan bisa dicapai jika produk dan proses didisain dengan baik.


Sejarah
Adalah Carl Frederick Gauss (1777-1885) yang pertama kali memperkenalkan konsep kurva normal dalam bidang statistik. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Walter Shewhart di tahun 1920 yang menjelaskan bahwa 3 sigma dari nilai rata-rata (mean) mengindikasikan perlunya perbaikan dalam sebuah proses.


Pada akhir tahun 1970, Dr. Mikel Harry, seorang insinyur senior pada Motorola’s Government Electronics Group (GEG) memulai percobaan untuk melakukan problem solving dengan menggunakan analisa statistik. Dengan menggunakan cara tsb, GEG mulai menunjukkan peningkatan yang dramatis: produk didisain dan diproduksi lebih cepat dgn biaya yg lebih murah. Metoda tsb kemudian ia tuliskan dalam sebuah makalah berjudul ”The Strategic Vision for Accelerating Six Sigma Within Motorola”. Dr. Mikel Harry kemudian dibantu oleh Richard Schroeder, seorang mantan executive Motorola, menyusun suatu konsep change management yang didasarkan pada data. Hasil dari kerja sama tersebut adalah sebuah alat pengukuran kualitas yg sederhana yg kemudian menjadi filosofi kemajuan bisnis, yg dikenal dengan nama Six Sigma.


Perbedaan Six Sigma dan Total Quality Management (TQM)
Thomas Pyzdek, seorang konsultan implementasi Six Sigma dan penyusun buku “The Six Sigma Handbook”, pada bulan Februari 2001, menjelaskan adanya perbedaan penting antara Six Sigma dan TQM yaitu, TQM hanya memberikan petunjuk secara umum (sesuai dengan istilah manajemen yg digunakan dalam TQM). Petunjuk untuk TQM begitu umumnya sehingga hanya seorang pemimpin bisnis yg berbakat yg mampu menterjemahkan TQM dalam operasional sehari-hari. Secara singkat, TQM hanya memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan kualitas, tetapi sukar untuk membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan kualitas.


Kemudian konsep Total Quality Control, di tahun 1950, menunjukkan bahwa kualitas produk bisa ditingkatkan dengan cara memperpanjang jangkauan standar kualitas ke arah hulu, yaitu di area engineering dan purchasing. Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang muncul pada pelaksanaan Total Quality Control yaitu:
1. Terlalu fokus pada kualitas dan tidak memperhatikan isu bisnis yg kritikal lainnya
2. Implementasi Total Quality Control menciptakan pemahaman bahwa masalah kualitas adalah masalahnya departemen Quality Control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari ketidakmampuan departemen lain dalam perusahaan yg sama
3. Penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk


Six Sigma dalam pelaksanaannya menunjukkan hal-hal menjadi solusi permasalahan di atas:
1. Menggunakan isu biaya, cycle time dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yg harus diperbaiki
2. Six sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yg terukur
3. Six sigma memadukan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan. Kualitas hanyalah salah satu tujuan, dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis lainnya
4. Six sigma menciptakan change agent yg bukan bekerja di Quality Department. Green Belt adalah para operator yg bekerja pada proyek Six Sigma sambil mengerjakan tugasnya


Faktor Penting dalam Implementasi Six Sigma
1. Dukungan dari Top level. Six sigma menawarkan pencapaian yg terukur yg tidak akan mampu ditolak oleh pemimpin perusahaan, yang dikerjakan oleh seorang super star yg sangat tahu apa yg harus dilakukan di bidangnya (Black Belt, Project Champion, Executive Champion).
2. Tim yang hebat. Para Executive Champion, Deployment Champions, Project Champions, Master Black Belts, Black Belts, dan Green Belts adalah orang-orang yg terlatih dengan baik untuk mengerjakan proyek Six Sigma.
3. Training yg berbeda dgn yg pernah ada. Anggota proyek Six Sigma adalah mereka yg pernah ditraining secara khusus dengan biaya antara $15,000-$25,000 per Black Belt, yg akan dibayar melalui saving yg didapat dari setiap proyek Six Sigma
4. Alat ukur yg baru, dengan menggunakan DPMO (Defects Per Million Opportunities) yang berhubungan erat dgn Critical to Quality (CTC) yg diukur berdasarkan persepsi customer, yg bisa dibandingkan antar departemen atau divisi dalam satu perusahaan
5. Tradisi perusahaan yg baru, yaitu mempromosikan usaha untuk melakukan peningkatan kualitas secara terus menerus.

Mengukir nama SMK 3 Madiun

Kalau tahun 2008 SMK 3 Madiun menang di Sekolah lingkungan hidup dan TOYOTA sampai tingkat Internasional,

sekarang sekolah di percaya kembali, bersaing dengan 12 sekolah di Madiun masih tahap provinsi,

memang pantes untuk diacungi jempol SMK 3 sekarang…

melangkah lebih maju, lebih pesat pastinya

semua dukungan, doa dan usaha semua warga SKIMA kami harapkan..

semoga sukses mengukir nama baik SMK 3 Madiun

semangat….semangat…

 

Toyota Eco Youth ke-4 (TEY)  yang nantinya akan terdiri dari 2 kontes yaitu : Kontes Pengolahan Limbah dan Kontes Berkelanjutan/Sustainability.

Tidak jauh berbeda dengan TEY 3, pada Kontes Pengolahan Limbah, peserta TEY 4 masih berjumlah 30 sekolah (SMA dan SMK) dari 13 kota besar di Indonesia. Namun kali ini, para peserta akan mengikuti Kontes Pengolahan Limbah nantinya akan dipilih 1 dari tiap kota untuk mengikuti penjurian di Jakarta. Dari sini, akan terpilih 5 pemenang yang berhak atas hadiah dan berhak mengikuti Kontes Berkelanjutan – TEY 5 tahun depan.

Sementara untuk Kontes Berkelanjutan pada TEY 4, dimaksudkan untuk merintis pembentukan Sekolah Lingkungan Binaan Toyota, seperti yang telah disinggung diatas. Kontes ini dikuti oleh 12 sekolah pemenang Program TEY 1 hingga TEY 3.

 

Memecahkan Rekor

oleh Andrias Harefa.

Setiap orang yang berhasrat besar untuk menjadi manusia yang lebih baik perlu merenungkan kata-kata Stuart B. Johnson berikut ini: “Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini.”


Dalam era hiper kompetisi dewasa ini, bagaimana kita memahami kalimat yang demikian itu? Bukankah kita harus bersaing dengan orang lain, dengan siapa saja yang berusaha mengalahkan kita? Jika demikian cara berpikir kita, maka cerita yang dikirim seorang kawan berikut ini mungkin menarik untuk menjadi bahan renungan.


LOMPATAN SI BELALANG…. .


Di suatu hutan, hiduplah seekor belalang muda yang cerdik. Belalang muda ini adalah belalang yang lompatannya paling tinggi di antara sesama belalang yang lainnya. Belalang muda ini sangat membanggakan kemampuan lompatannya ini. Sehari-harinya belalang tersebut melompat dari atas tanah ke dahan-dahan pohon yang tinggi, dan kemudian makan daun-daunan yang ada di atas pohon tersebut. Dari atas pohon tersebut belalang dapat melihat satu desa di kejauhan yang kelihatannya indah dan sejuk. Timbul satu keinginan di dalam hatinya untuk suatu saat dapat pergi ke sana.


Suatu hari, saat yang dinantikan itu tibalah. Teman setianya, seekor burung merpati, mengajaknya untuk terbang dan pergi ke desa tersebut. Dengan semangat yang meluap-luap, kedua binatang itu pergi bersama ke desa tersebut. Setelah mendarat mereka mulai berjalan-jalan melihat keindahan desa itu. Akhirnya mereka sampai di suatu taman yang indah berpagar tinggi, yang dijaga oleh seekor anjing besar. Belalang itu bertanya kepada anjing, “Siapakah kamu, dan apa yang kamu lakukan di sini?”


“Aku adalah anjing penjaga taman ini. Aku dipilih oleh majikanku karena aku adalah anjing terbaik di desa ini,” jawab anjing dengan sombongnya.


Mendengar perkataan si anjing, panaslah hati belalang muda. Dia lalu berkata lagi, “Hmm, tidak semua binatang bisa kau kalahkan. Aku menantangmu untuk membuktikan bahwa aku bisa mengalahkanmu. Aku menantangmu untuk bertanding melompat, siapakah yang paling tinggi diantara kita.”
“Baik,” jawab si anjing. “Di depan sana ada pagar yang tinggi. Mari kita bertanding, siapakah yang bisa melompati pagar tersebut.”


Keduanya lalu berbarengan menuju ke pagar tersebut. Kesempatan pertama adalah si anjing. Setelah mengambil ancang-ancang, anjing itu lalu berlari dengan kencang, melompat, dan berhasil melompati pagar yang setinggi orang dewasa tersebut tersebut. Kesempatan berikutnya adalah si belalang muda. Dengan sekuat tenaga belalang tersebut melompat. Namun, ternyata kekuatan lompatannya hanya mencapai tiga perempat tinggi pagar tersebut, dan kemudian belalang itu jatuh kembali ke tempatnya semula. Dia lalu mencoba melompat lagi dan melompat lagi, namun ternyata gagal pula.


Si anjing lalu menghampiri belalang dan sambil tertawa berkata, “Nah, belalang, apa lagi yang mau kamu katakan sekarang? Kamu sudah kalah.”
“Belum,” jawab si belalang. “Tantangan pertama tadi kamu yang menentukan. Beranikah kamu sekarang jika saya yang menentukan tantangan kedua?” “Apa pun tantangan itu, aku siap,” tukas si anjing.


Belalang lalu berkata lagi, “Tantangan kedua ini sederhana saja. Kita berlomba melompat di tempat. Pemenangnya akan diukur bukan dari seberapa tinggi dia melompat, tapi diukur dari lompatan yang dilakukan tersebut berapa kali tinggi tubuhnya.”


Anjing kembali yang mencoba pertama kali. Dari hasil lompatannya, ternyata anjing berhasil melompat setinggi empat kali tinggi tubuhnya. Berikutnya adalah giliran si belalang. Lompatan belalang hanya setinggi setengah dari lompatan anjing, namun ketinggian lompatan tersebut ternyata setara dengan empat puluh kali tinggi tubuhnya. Dan belalang pun menjadi pemenang untuk lomba yang kedua ini. Kali ini anjing menghampiri belalang dengan rasa kagum.
“Hebat. Kamu menjadi pemenang untuk perlombaan kedua ini. Tapi pemenangnya belum ada. Kita masih harus mengadakan lomba ketiga,” kata si anjing.


“Tidak perlu,” jawab si belalang. “Karena, pada dasarnya pemenang dari setiap perlombaan yang kita adakan adalah mereka yang menentukan standar perlombaannya. Pada saat lomba pertama kamu yang menentukan standar perlombaannya dan kamu yang menang. Demikian pula lomba kedua saya yang menentukan, saya pula yang menang.” “Intinya adalah, kamu dan saya mempunyai potensi dan standar yang berbeda tentang kemenangan. Adalah tidak bijaksana membandingkan potensi kita dengan yang lain. Kemenangan sejati adalah ketika dengan potensi yang kamu miliki, kamu bisa melampaui standar dirimu sendiri. Iya nggak sih?”


Cerita sederhana di atas pernah membuat saya malu pada diri sendiri. Ketika masih berumur awal 30-an tahun, betapa sering saya membanding-bandingkan diri saya dengan orang lain. Membandingkan antara profesi saya dengan profesi si Anu, antara pendapatan saya dan pendapatan si Banu, antara mobil saya dengan mobil si Canu, antara kesuksesan saya dengan kesuksesan si Danu, dan seterusnya. Hasilnya? Ada kalanya muncul perasaan-perasaan negatif, seperti iri hati atau kecewa pada diri sendiri, yang menganiaya rasa syukur atas kehidupan. Namun kala yang lain muncul juga semacam motivasi untuk bisa lebih maju dan berusaha lebih tekun agar bisa melampaui orang lain (pesaing?).


Belakangan, saya menemukan cara bersaing yang lebih cocok untuk diri sendiri. Saya mulai mengukur kemajuan saya tahun ini berdasarkan prestasi saya tahun kemarin. Saya tetapkan bahwa tahun ini saya harus lebih sehat dari tahun kemarin; pendapatan dan sumbangan tahun ini diupayakan lebih tinggi dari tahun lalu; pengetahuan yang disebarkan tahun ini ditingkatkan dari tahun silam; relasi dan tali silahturahmi juga direntangkan lebih lebar; kualitas ibadah diperdalam; perbuatan baik dipersering; dan seterusnya. Dengan cara ini, saya ternyata lebih mampu mengatasi penyakit-penyakit seperti iri hati, dengki, dan rasa kecewa pada diri. Berlomba untuk memecahkan rekor pribadi yang baru, melampaui rekor yang tercapai di masa lalu, ternyata menimbulkan keasyikan dan rasa syukur yang membahagiakan.


Mungkin benar kata orang bijak dulu: kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain, melainkan kemenangan atas hawa nafsu diri sendiri.

Setujukah?

4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup

Oleh : Anthony Dio Martin

“Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh” (John Gray)


Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.


Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.


Tipe pertama, tipe kayu rapuh.

Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi.


Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.


Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping mereka.


Tipe kedua, tipe lempeng besi.

Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.


Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.


Tipe ketiga, tipe kapas.

Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi. Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.


Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong.

Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.


Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali.


Bangun network
Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.


Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin, ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh kotoran seinci tebalnya, dan kerja paksa tiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya.


Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia menjadi sastrawan dunia. Hal ini juga dialami Ho Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho ini harus meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper Blanket menjadi buah karya kondangnya.


Nah, pembaca, itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini. Tetapi, yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya, bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong. Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi suatu yang mencemaskan untuk Anda.

Sekuat itukah mental Anda?

Metode Pengolahan Seng (Zn); Suatu Tinjauan Pada Instalasi Pengolahan Air.

(……………detail *)
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Logam Berat
II.2 Logam Seng (Zn).

II.2.1 Keberadaan Logam Seng (Zn).
Keberadaan logam Seng (Zn) dapat berasal dari proses alamiah maupun adisi dari limbah industri dan pertanian. Pada lahan pertanian, seng sangat diperlukan untuk kesuburan tanah. Seng (Zn) adalah unsur hara mikro esensial bagi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Kandungan Zn total rataan pada litosfir sekitar 80 mg/kg (Goldschmith, 1954). Mineral-mineral sebagai sumber utama yang kaya Zn dalam tanah adalah sphalerite dan wurtzite (ZnS), dan sumber yang sangat kecil dari mineral-mineral smithsonites (ZnCO3), willemite (Zn2SiO4), zincite (ZnO), zinkosite (ZnSO4), franklinite (ZnFe2O4), dan hopeite (Zn3(PO4)2.4H2O (Lindsay, 1972).


Pada batuan magmatik Zn terdistribusi merata, dan kandungannya berbeda pada batuan asam dan basik yaitu dari 40 mg/kg dalam batuan granit dan 100 mg/kg dalam batuan basaltik. Pelarutan mineral-mineral tersebut di atas dapat terjadi secara alami sehingga unsur-unsur yang terkandung di dalamnya terbebas dalam bentuk ion. Ion Zn++ yang terbebas mengalami proses lebih lanjut, terikat dengan matriks tanah atau bereaksi dengan unsur-unsur lain. Sehingga Zn dalam tanah dikelompokkan dalam bentuk-bentuk kelompok mudah tersedia sampai tidak tersedia bagi tanaman, yaitu bentuk terlarut dalam air, dapat dipertukarkan (terikat pada koloid-koloid bermuatan listrik), teradsorpsi dalam bentuk khelat atau bentuk senyawa kompleks (ikatan logam pada ligand organik), liat mineral sekunder dan oksida metalik tidak larut, serta dalam bentuk mineral primer (Alloway 1995).


Endapan Zn dapat terbentuk dengan senyawa-senyawa hidroksida, karbonat, fosfat, sulfida, molibdat, dan asam-asam organik yang terdiri dari humat, fulvat, dan ligand organik. Asam-asam organik berasal dari dekomposisi senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam bahan organik (Bohn et al., 1979). Adsorpsi Zn++ yang kuat dalam tanah dapat terjadi dengan adanya bagan organik dan mineral liat, dan hal ini berhubungan dengan kapasitas kation tanah dan keasaman tanah (Warneke dan Barber, 1973).


Kelarutan atau kestabilan setiap bahan dalam tanah dapat diramalkan dengan menggunakan reaksi keseimbangan kimia dengan nilai K sebagai parameternya, dan disebut juga hasil kali kelarutan (solubility product, Ko) (Lahuddin dan Mukhlis, 2007). Reaksi kimia unsur Zn sangat bervariasi, seperti juga dengan unsur-unsur lain, tergantung dari bentuk ikatannya, sebagai contoh:
– Zn-tanah + 2H+  Zn++ + 2H-tanah,
Ko = 10 +5,8
 = reaksi bolak balik, reaksi keseimbangan
Ko = Konstanta keseimbangan reaksi
[ ] = konsentrasi aktivitas ion, M


Pada reaksi di atas kelihatan bahwa Zn-tanah akan bebas bila ada ion pengganti yaitu H+, bila H+ meningkat dalam lingkungan reaksi, reaksi cenderung bergerak ke kanan sehingga Zn++ meningkat. Selanjutnya:
Ko = [Zn++]/[H+]2 = 10+5,8 , log Ko = log [Zn++] – log [H+]2 = log 10+5,8
Log [Zn++] = 5,8 + 2log [H+], log [Zn++] = 5,8 – 2 pH,
Bila pH = 4,5 maka log [Zn++] = 5,8 – 9 = – 3,2, sehingga
log [Zn++] = log 10-3,2 , [Zn++] = 10-3,2 M.
pada pH = 9,0; maka log [Zn++] = 5,9 – 18 = – 12,1, dan log [Zn++] = log 10 – 12,1 ,
maka [Zn++] = 10 – 12,1 M


Kelihatan bahwa pada pH rendah (pH = 4,5) kadar Zn++ lebih tinggi (10-3,2 M) dibanding dengan kadar Zn++ pada pH = 9,0 (10-12,1 M). Dengan kata lain keasaman makin tinggi kelarutan Zn tinggi dan sebaliknya pada keasaman rendah kelarutan Zn rendah. Beberapa reaksi lain sebagai contoh dikemukakan sebagai berikut:
– Reaksi redoks, Zn++ + 2e-  Zn (c), Ko = 10-25,80
Pada reaksi redoks ini dibutuhkan sumber donor elektron dari unsur – unsur lain atau unsur-unsur yang lebih kuat untuk mereduksi Zn++. Kondisi reduktif dapat terjadi dengan dilakukan penggenangan.
– Mineral willemite, Zn2SiO4 + 4H+  2Zn++ + H4SiO4,
Ko = [Zn++]2[H4SiO4]/[H+]4 =10 +13,15.
– Hidroksida, Zn(OH)2 + 2H+  Zn++ + 2H2O, Ko = 10 + 12,48
– Hidrolisis, Zn++ + 2H2O  Zn(OH)2 + 2H+, Ko = 10 -16,80
– Kompleks Fosfat, Zn++ + H2PO4-  ZnHPO4 + H+, Ko = 10-3,90


Formula-formula di atas menunjukkan bahwa kelarutan Zn tanah atau mineral-mineral Zn dalam tanah meningkat dengan meningkatnya aktivitas ion H+ dalam larutan tanah atau sebaliknya. Dengan kata lain kestabilan atau kelarutan senyawa Zn sangat dipengaruhi oleh keasaman tanah, makin tinggi keasaman tanah makin tinggi kelarutan Zn, sebaliknya makin rendah keasaman tanah makin rendah kelarutan Zn. Sebaliknya reaksi hidrolisis dan kompleks dengan ion-ion lain bereaksi lamban untuk membentuk senyawa kompleks. Nilai konstanta Ko yang besar menunjukkan hasil reaksi lebih besar dibanding bahan pereaksi, sehingga reaksi lebih kuat ke arah kanan, sebaliknya apabila nilai Ko sangat kecil reaksi ke kanan agak lamban.


Penambahan unsur logam pada tanah dapat terjadi dengan berbagai cara yaitu melalui polusi, penggunaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan fungisida, sehingga terjadi kontaminasi logam-logam pada tanah dan tumbuh-tumbuhan. Penambahan logam Zn ke tanah melalui polusi umumnya terjadi di daerah – daerah industri peleburan bahan tambang seng.


Penelitian-penelitian berdasarkan analisis contoh tanah berasal dari daerah industri logam menemukan kadar Zn sekitar 250–37200 mg/kg (di Inggris), 1665–4245 mg/kg (di Polandia), 400–4245 mg (di Rusia), 1310–1780 mg/kg tanah khususnya pada tanah tergenang di Jepang (Alloway, 1995).


Sedangkan kandungan total Zn tanah rataan hanya sekitar 50 mg/kg tanah. Penambahan Zn dari sewage sludge (limbah tinja) tidak kalah pentingnya. Limbah ini setelah diolah diaplikasikan ke lahan pertanian.


Hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa aplikasi limbah ini pada lahan meningkatkan kadar Zn sampai mencapai maksimum 290–4937 kg Zn/ha, di Eropa aplikasi terus menerus mencapai 745–4882 kg Zn/ha lahan. Penelitian di Perancis melaporan bahwa kandungan total Zn meningkat dari 8,1 mg/kg pada petak tanpa perlakuan menjadi 1074 mg/kg tanah pada petak dengan perlakuan limbah secara kumulatif (Juste dan Mench, 1992).


Masuknya logam seng ke sungai sebagai akibat dari limpasan air permukaan tanah yang umumnya disebabkan oleh hujan. Untuk logam seng (Zn) yang berasal dari adisi limbah industri, umumnya terdapat dalam bentuk Sphalerite (ZnS) dan Smithsonite (ZnCO3). Sekitar ¾ dari total Zn diperoleh dari pembentukan logam dan masing – masing komponen Zn tergantung jenis industrinya. Hutagalung (1984) menyatakan bahwa sumber logam Zn di perairan berasal dari material geokimia yang terbawa atau ada pada sungai, bahan baku minyak, besi, cat dan sisa-sisa kaleng bekas.


Pada industri tekstil, logam seng dapat berfungsi sebagai bahan kimia tambahan pada proses penyempurnaan akhir juga untuk pengawetan serat khususnya anti jamur (fungisida) dan insektisida. Logam seng juga merupakan bagian dari penyusun zat warna tekstil terutama zat warna dari komplek logam dan pigmen.


Logam seng digunakan untuk melapisi besi atau galvanis (electroplating) untuk melindungi dari korosi. Seng yang bereaksi dengan uap air dan CO2, membentuk lapisan tipis Zn(OH)2, ZnCO3, yang tahan korosi. Zn juga banyak digunakan dalam industri baterai. ZnS digunakan sebagai bahan penyusun jenis pupuk, ZnCl2 pada industri kertas, ZnO digunakan pada obat salep, cat, dan katalis, serta Zn bacitracine digunakan sebagai perangsang pada peternakan hewan.


Isotop 65Zn berasal dari reaktor nuklir khususnya pada sistem air pendingin dan dapat digunakan untuk obat. Zn sebagai limbah radionuklida dari unsur valensi II banyak berasal dari hasil fisi dalam bahan bakar nuklir maupun hasil aktivasi neutron dalam reaktor. Limbah yang mengandung radionuklida tersebut dapat dimasukkan kedalam kategori aktivitas tinggi atau aktivitas rendah dan sedang (Pratomo, 2007).


Pada proses industri barang jadi lateks digunakan logam berat dalam bentuk ZnO sebagai akselerator proses vulkanisasi karet. Pada proses vulkanisasi barang jadi lateks digunakan ZnO sebagai akselerator untuk mengontrol proses awal dan laju vulkanisasi, serta reaksi lanjut antara belerang dengan elastomer. Senyawa ZnO yang digunakan akan larut pada proses pencucian untuk menghilangkan sisa asam asetat (koagulan) pada barang jadinya, dan pada akhir proses, ion Zn2+ terbawa dalam limbah industri barang jadi karet dalam konsentrasi mencapai 300 ppm (Suryabhuana, 2006).


Zn sebagan ZnPto (Zinc pyrithione) juga digunakan dalam produk sampo sebagai bahan nutrisi bagi rambut untuk mencegah anti ketombe.


II.2.2 Sifat Logam Seng (Zn).
Seng (Zn) adalah unsur pertama dalam golongan IIB pada tabel periodik. Zn mempunyai nomor atom 30 dan berat atom 65.38 dengan valensi 2. Rata – rata keberadaannya di kulit bumi sekitar 76 ppm, dalam tanah 25 – 68 ppm, dalam perairan sungai sekitar 20 g/L dan atau 5 – 10 ppb, air laut sekitar 0.6 – 5 ppb, pada tubuh ganggang sekitar 20 – 700 ppm, ikan dan kerang laut sekitar 3 – 25 ppm, tiram sekitar 100 – 900 ppm, udang/lobster sekitar 7 – 50 ppm dan didalam air tanah tidak lebih dari 0.1 mg/L.


Logam Zn umumnya tidak bereaksi dengan molekul ar. Ion pelindung tidak akan melarutkan lapisan Seng Hidroksida (Zn(OH)2) dengan ion OH terlarut. Reaksi ini dapat dituliskan :
Zn2+ + 2OH  Zn(OH)2(s)


Seng akan bereaksi dengan ion H+, sesuai reaksi :
Zn(s) + 2H+  Zn2+ (aq) + H2(g)
Reaksi ini melepaskan hydrogen, dimana terjadi letupan oksigen
Garam Zn dapat menyebabkan tingginya kekeruhan bila konsentrasinya terlalu tinggi. Akumulasi Zn dapat membuat air menjadi berasa tidak enak umumnya sekitar 2 mg Zn2+/L.


Kelarutan logam seng dalam air dipengaruhi oleh suhu dan pH. Pada pH yang cenderung netral, logam seng tidak larut. Kelarutan semakin besar dengan kenaikan keasaman. Diatas pH 11, kelarutan juga akan mengalami kenaikan. Logam seng terlarut sebagai ZnOH+(aq) atau Zn2+ (aq). ZnCO3 anionik melarut pada konsentrasi 0.21 g/L, ZnCl2 pada 4320 g/L, ZnO atau Seng Vitriol (ZnSO4.7H2O) pada konsentrsi 580 g/L.


Menurut Hutagalung (1984), logam yang masuk ke perairan akan mengalami pengenceran, pengendapan dan dispersi. Rendahnya kandungan logam Zn di perairan kemungkinan disebabkan oleh sifat logam Zn dalam lingkungan perairan dan sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Effendi (2003) menyatakan bahwa logam Zn di perairan umumnya berbentuk persenyawaan sphalerite (ZnS), calamine (ZnCO3), oksida seng (ZnO) dan milemite (Zn2SiO4).


Kelarutan logam Zn dalam air relatif rendah, logam Zn dengan gugusan klorida dan sulfat mudah terlarut ke dalam sedimen, sehingga logam Zn di perairan banyak mengendap di dasar. Menurut Bryan dalam Efendi (2000) bahwa pengendapan logam di perairan terjadi karena adanya anion karbonat, hydroksil dan khlorida.


II.2.3 Toksikologi Logam Seng (Zn).
Pada dasarnya logam seng terutama pada Zn murni tidak berbahaya akan tetapi jika tersusun membentuk senyawa seperti Zn arsenat, Zn sianida, dsb, kemungkinan akan sangat berbahaya. Lumpur dari pengolahan limbah dapat diterapkan pada budidaya tanaman, holtikultura dan kehutanan dengan konsentrasi tidak lebih dari 3g/kg.


Uji ekotoksikologi didasarkan pada 50 µg/L nilai PNEC dalam Zn terlarut yang berarti total konsentrasi berkisar antara 150 – 200 µg/L Zn dalam air. PNEC (Predicted No Effect Concentration) merupakan representasi dari konsentrasi maksimum yang tidak mempengaruhi lingkungan. Ada total lima jenis isotop Zn yang stabil dan merupakan alamiah diantaranya 64Zn, 66Zn, hingga 68Zn sedangkan 50 isotop Zn lainnya merupakan tidak stabil.


Kelarutan Zn dalam air alam tergantung pada adsorpsi mineral permukaan, kesetimbangan karbonat, dan komplek organik. Jumlahnya yang terlalu berlebih akan bersifat racun pada beberapa spesies kehidupan air. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB merekomendasikan kandungan Zn pada air irigasi sekitar 2 mg/L. USEPA menstandarkan untuk air minum sekitar 5 mg/L MCL. Konsentrasi Zn yang melebihi 5 mg/L dapat menyebabkan rasa pahit dan tidak enak pada air serta menyebabkan opalescence pada air alkali.


Tubuh manusia terdapat Zn kira – kira 2.3 g, Zn adalah unsur yang sedikit jumlahnya (trace element) dan nilai ini berhubungan dengan makanan yang konsumsi. Keberadaannya berfungsi dalam proses enzimatik dan pengulangan DNA. Hormon insulin manusia mengandung Zn, dan sangat penting dalam perkembangan seksual. Minimal asupan harian Zn berkisar antara 4 – 8 g. Tubuh manusia hanya menyerap 20 – 40% Zn dari makanan sehingga dapat dicukupi dengan minuman yang diperkaya dengan Zn. Gejala kekurangan Zn menyebabkan rasa tidak enak dan hilangnya nafsu makan. Pengaruh terbesar dapat terjadi pada sistem kekebalan dan enzim pada tubuh anak – anak.


Keberadaan Zn dalam tubuh dapan mencegah keracunan kadmium juga mengurangi penyerapan Pb. Zn yang hubungannya dengan tembaga merupakan unsur yang sangat penting dalam tubuh. Kelebihan penyerapan Zn dapat menyebabkan gejala mual, muntah, pusing, mulas/ sakit perut, demam, diare dan kebanyakan terjadi pada setelah terjadi asupan antara 4 – 8 g Zn. Asupan 2 g ZnS dapat menyebabkan keracunan akut yang berdampak sakit perut dan muntah – muntah. Yang lebih penting adalah Zn merupakan unsur satu golongan dengan kadmium (Cd) dan raksa (Hg) yang keduanya merupakan racun. Zn hubungannya dengan kesehatan dapat menyebabkan infeksi pada selaput lendir dengan letal dosis (LD) 3 – 5 g ZnCl2 dan ZnS beracun pada letal dosis (LD) 5 g. Jumlah ini sangat berbahaya karena dosis oral dalam jangka panjang menyebabkan masalah pencernaan, menurunkan HDL dan menyebabkan kerusakan sistem imunitas (Mawardi, 2007).

III.2.4 Analisis Logam Seng (Zn).
III.2.5 Metode Pengolahan Logam Seng (Zn).


*Arifin. 2009. Metode Pengolahan Seng (Zn); Suatu Tinjauan Pada Instalasi Pengolahan Air. Tangerang : Bag. Laboratorium – PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri.

Komersialisasi Pendidikan Tinggi

By : speedy1mbps.

Perguruan tinggi merupakan suatu wadah yang digunakan untuk Research & Development (R&D) serta arena penyemaian manusia baru untuk menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian serta kompetensi keilmuan sesuai bidangnya. Secara umum dunia pendidikan memang belum pernah benar-benar menjadi wacana publik di Indonesia, dalam arti dibicarakan secara luas oleh berbagai kalangan, baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan urusan pendidikan. Namun demikian, bukan berarti bahwa permasalahan ini tidak pernah menjadi perhatian.

Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi kita untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Pola promosi yang memberikan kemudahan dan iming-iming hadiah merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan hanya mengejar hadiah & gelar untuk prestise. Kondisi pendidikan tinggi saat ini cukup memprihatinkan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan. Bahkan ada PTS yang hanya menjadi mesin pencetak uang, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal Ini yang membuat persaingan menjadi semakin tidak sehat.

Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan, juga cenderung menghalalkan segala cara untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya, dengan promosi yang terkadang menjebak dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Apakah ini gambaran pendidikan berkualitas ?. Semoga masyarakat dan orang tua yang akan menyekolahkan putra putrinya tidak terjebak pada kondisi tersebut dan lebih bijak dalam memilih perguruan tinggi, sehingga putra-putrinya tidak terkesan asal kuliah.

Ditengah besarnya angka pengangguran di Indonesia yang telah mencapai lebih dari 45 juta orang, langkah yang harus ditempuh adalah mencari pendidikan yang baik dan bermutu yang dibutuhkan pasar. Bukan hanya murah saja dan asal. Tidak dipungkiri lagi bahwa selama ini, dunia industri kesulitan mencari tenaga kerja dengan keahlian tertentu untuk mengisi kebutuhan pekerjaan. Bila membuka lowongan, yang melamar biasanya banyak, namun hanya beberapa yang lulus seleksi.

Pasalnya jarang ada calon pegawai lulusan perguruan tinggi atau sekolah, yang memiliki keahlian yang dibutuhkan, karena kebanyakan berkemampuan rata-rata untuk semua bidang. Jarang ada yang menguasai bidang-bidang yang spesifik. Hal ini tentunya menyulitkan pihak pencari kerja, karena harus mendidik calon karyawan dulu sebelum mulai bekerja.

Sebagian besar perguruan tinggi atau sekolah mendidik tenaga ahli madya (tamatan D.III) tetapi keahliannya tidak spesifik.

Lebih parah lagi, bahkan ada PTS di Jakarta yang memainkan range nilai untuk meluluskan mahasiswanya, karena mereka takut, ketika selesai ujian akhir (UTS/UAS) banyak mahasiswanya yang tidak lulus alias IP/IPK nasakom. Sehingga mereka lulus dengan angka pas-pasan yang sebenarnya mahasiswa tersebut tidak lulus. Ini adalah cermin dari proses PEMBODOHAN BANGSA bukan mencerdaskan BANGSA. Dalam hal ini semua pihak harus melakukan introspeksi untuk bisa memberi pelayanan pendidikan yang baik & berkualitas. Kopertis, harus bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS. Pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan. Kunci pengawasan itu ada secara bertahap di tangan Ketua Program Studi, Direktur, Dekan, Rektor dan Ketua Yayasan.

Selain itu pula, apa yang menjadi barometer yang menunjukkan eksistensi sebuah perguruan tinggi? Untuk saat ini opini publik dan beberapa kalangan masyarakat bahwa eksistensi sebuah Perguruan Tinggi dilihat dari kuantitas mahasiswanya bukan kualitasnnya. Nah ini jelas sudah terlihat faktanya bahwa pendidikan di Indonesia hanya menjadi komoditi bisnis semata.

Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi kesehatan jiwa bagi anak bangsa, harapan kami semoga komersialisasi pendidikan tinggi tidak menjadi sebuah komoditi bisnis semata, akan tetapi menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan Juga Bangsa Indonesia.

(recorded)

Bakteri bacillus sebagai mikroba pengikat logam Lumpur Lapindo

Oleh : ASTARI YANUARTI, AJENG RITZKI PITAKASARI, DAN RACH ALIDA BAHAWERES (SURABAYA)

Genangan lumpur di Sidoarjo membuat Umi Marwati gelisah. Peneliti mikrobiologi dari Jurusan Biologi Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, itu khawatir pada dampak buruk lumpur yang telah menggenangi ribuan hektare lahan dan ratusan rumah. Pangkalnya, lumpur luapan sumur Banjarpanji itu mengandung banyak unsur logam, seperti merkuri, plumbum, dan copper. “Pohon-pohon pun mulai menguning. Ada apa ini?” kata Umi. Dengan modal seadanya, perempuan kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, 14 Mei 1966, itu lalu mengajak dua mahasiswa mencari solusi hemat penghilang kadar logam dalam lumpur. Menurut dia, lumpur yang sudah minim kandungan logam juga lebih aman digunakan untuk produk olahan lumpur menjadi batu bata, genteng, atau keramik. Masalahnya, master lulusan Program Studi Mikrobiologi Institut Pertanian Bogor itu menilai model penggunaan tawas untuk menetralkan lumpur kurang efektif. Selain biayanya mahal, metode ini tak menjamin kontaminasi dengan zat-zat lain saat pemindahan lumpur. “Maka, saya ingin menggunakan mikroorganisme untuk menyerap zat-zat toksik dalam lumpur,.” kata ibu dua anak itu.


Penggunaan mikroba yang juga dikenal dengan nama bioremediasi ini lebih ramah lingkungan, murah, dan tanpa efek samping. Umi menjelaskan, jenis mikroba yang paling cocok adalah bakteri bacillus. Bakteri ini tergolong “aneh” karena bisa hidup di lumpur yang mengandung logam. Bahkan bisa mengikat logam sehingga mengurangi kandungan logamnya. Semuanya berkat dua potensi yang dimiliki bakteri bacillus, yaitu phenol degrader (termasuk senyawa hidrokarbon yang menghasilkan minyak bumi) dan heavy metal accumulation (logam rendah). Umi sudah membuktikan keampuhan bakteri bacillus itu saat meneliti kandungan logam pada tanaman padi di Bekasi, Jawa Barat, dua tahun lalu.


Kandungan logam lahan yang diberi bakteri bacillus lebih sedikit dibandingkan dengan lahan yang tak diberi bakteri. Apabila logam tersebut telah terikat, proses fisiknya bisa lebih baik. Tapi, dari 10 bakteri genus bacillus yang bisa berkembang, hanya delapan yang cocok digunakan pada media lumpur, yaitu jenis BC-01, BC-02, BC-03, BC-04, BC-05, BC-06, BC-07, dan BC- 08. Sedangkan dua isolat, yakni B. Coagulans dan B. circulans, tak bisa hidup di lumpur. Penelitian mereka dimulai dengan mengambil 5 liter sampel lumpur di Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Sampel lumpur ini diekstrak (dikocok dan diberi larutan buffer atau larutan untuk penyeimbang) di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Brawijaya. Lalu bakteri bacillus dicampurkan pada 10% lumpur yang telah diekstrak. Setelah beberapa jam, bakteri itu hidup dan berkembang biak. Secara bertahap, Umi menambahkan 50% lumpur yang diekstrak. Hasilnya sama. Akhirnya seluruh lumpur yang telah diekstrak dicampur dengan bakteri bacillus. “Bakterinya tetap hidup dan beranakpinak,” katanya senang. Beberapa jam kemudian, ia mengukur kandungan logam di lumpur. Hasilnya, bakteri bacillus bisa menyerap hingga 60% kandungan logam yang terdapat di lumpur Lapindo. Toh, Umi menyatakan, hasil ini bisa bervariasi saat diuji coba di lapangan. Sebab lebih banyak gangguan ketika diuji di lapangan. “Di laboratorium cenderung steril. Jadi, tingkat keberhasilannya di lapangan bisa kurang dari 100%,”ujar Umi. Berbeda dengan temuan Umi, Koordinator Supervisi Tim Penanggulangan Genangan Air dan Lumpur Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Rasio Ridho Sani, menyebutkan bahwa lumpur Lapindo tak berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup.


Kesimpulan ini diperoleh setelah KLH melakukan tiga model tes. Pertama, toxicity characteristic leaching procedure (TCLP). Tes ini untuk mengetahui kandungan zat berbahaya lewat proses pengaliran air ke lumpur. Kedua, lethal dose 50 (LD50), tes untuk mengetahui apakah dosis zat di dalamnya membunuh hingga 50% organisme yang diuji saat itu. Dan lethal consentration 50 (LC50), untuk mengetahui konsentrasi yang dianggap membahayakan, yaitu: jika sanggup membunuh 50% organisme yang saat itu diuji dalam waktu yang ditentukan. “Dari dua tes terbukti, lumpur itu mencapai lebih di angka 50 dan tidak membahayakan,” kata pria yang biasa dipanggil Roy itu. Jadi, Roy melanjutkan, lumpur Lapindo aman digunakan untuk bahan bangunan ataupun keramik. Ia menganologikan lumpur Lapindo dengan bahan asbes putih yang terbukti tak memaparkan zat berbahaya. Harapannya, kajian ini bisa menyakinkan masyarakat dan perajin bahwa barang-barang olahan dari lumpur Lapindo tak membahayakan kesehatan manusia.

With original title : “Mikroba Pengikat Logam”

III.3 Jenis Koagulan/Flokulan pembantu ( Coagulant/Flocculant aids )

Polimer biasanya merupakan jenis koagulan/flokulan pembantu yang banyak digunakan.

Flokulan polimer adalah zat yang bisa terlarut dalam air dengan berat molekul relatif (Mr) antara 1000 – 5.000.000 gr/mol dalam proses komersil sering kali sampai 1.000.000 gr/mol yang berbentuk pola kecil dinamik dengan ukuran beberapa ratus nanometer.

Jika mekanisme flokulasi didominasi oleh jembatan polimer, efisiensi flokulasi biasa akan bertambah dengan penambahan berat molekul. Pemanfaatan senyawa molekular yang sangat besar akan menaikkan berat molekul dan akan menurunkan sifat pelarutan.

Bahan kimia polimer sering dipakai sebagai koagulan/flokulan pembantu dalam proses flokulasi di IPA, polimer berfungsi membantu membentuk makroflok yang akan menahan abrasi setelah terjadi destabilisasi dan pembentukan mikroflok disebabkan oleh koagulan.

Adsorpsi koagulan pembantu pada mikroflok penting, supaya makroflok dapat terbentuk. Hal ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik batas permukaan antara molekul dan hal ini sangat tergantung pada komposisi air. Sesuai dengan muatan elektrostatik dalam larutan air, koagulan/flokulan pembantu dikelompokkan menjadi “non ionogen, anion aktif dan kation aktif “ .

Selain itu juga bisa dikelompokkan dari komposisi kimiawi terutama dari densitas muatan elektrostatik permukaan atas (status modifikasi ko-polimer, lihat struktur formula a) dan berat molekul (molekular medium, tinggi dan sangat tinggi).

Pada masa yang lalu, koagulan pembantu berasal dari proses alami misalnya lumpur dan gel, sekarang ini hanya ada beberapa struktur dasar monomer untuk koagulan/flokulan pembantu, kelompok/grup yang paling penting berasal dari polimerisasi akrilamida.

III.3.1 Poli Akrilamida

Poliakril amida adalah polimer dari akril amida. Definisi ini juga mencakup ko-polimer dari akrilamida atau asam akrilat (acryl acid), sejauh perbandingan akril amida lebih besar dari asam akrilat. Poliakril amida adalah koagulan/ flokulan pembantu sintetik.

Ada perbedaan diantara beberapa macam poli akril amida yaitu dalam ukuran molekul (berat molekul relatif) maupun sifat/karakter daya elektrik di permukaan atau kerapatan muatan elektrik diatas permukaan.

Poliakril amida merupakan ion ionogen, ada kelompok amida (lihat struktur formula) yang mempunyai fungsi hidrofil. Dengan derifatisasi misalnya kopolimerisasi bisa didapat senyawa anion aktif maupun kation aktif dengan batas muatan elektrostatik yang berbeda. Aktifitas kationik didapat dari penguraian Nitrogen sebagai gugus amino basa (gugus primer, sekunder, tersier, lihat struktur formula) atau gugus amino transier.

Aktifitas anionik seringkali berdasarkan gugus karboksilat (lihat struktur formula). Untuk proses air minum kelompok koagulan/flokulan pembantu harus diperhatikan dengan khusus, yaitu yang mempunyai konsentrasi monomer yang sangat kecil supaya dengan dosis yang seringkali digunakan pada sistem pengolahan air, tidak ada konsentrasi monomer yang berbahaya terhadap kesehatan.

Tabel III.3.1. Koagulan/Flokulan Pembantu
Koagulan/Flokulan Pembantu
a. Kopolimer dari akrilamida dan N,N−dimetil amino propilen akrilat
Sifat muatan elektrostatik : Ionik
Sifat : Kopolimer yang linier dan kationik kepadatan muatan elektrostatik tergantung dari status kopolomerisasi (n/m + n) dan pH, membentuk jarak yang sensitif terhadap hidrolisa
Koagulan/Flokulan Pembantu
b. Poli (Natriumakrilat)
Sifat muatan elektrostatik : Anionik
Sifat : Polimer yang paling penting anionik dan segmen linier dalam kopolimer dengan akril amida dan anionik
Koagulan/Flokulan Pembantu
c. Poli akrilamida
Sifat muatan elektrostatik : Non ionogen
Sifat : Molekul yang sangat panjang dan linier yang dikenal sebagai flokulan pembantu yang ionogen.

Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk membantu dalam proses flokulasi dan untuk mempengaruhi sifat flok.

Pembubuhan Koagulan/flokulan pembantu dilakukan setelah pembubuhan koagulan.

III.3.2 Produk dari Lumpur

Produk dari lumpur yang dimaksud adalah semua produk yang diproduksi dari lumpur alami, dan bersifat sebagai ion.

III.4 Zat Kimia Pendukung

Bahan kimia pendukung lainnya yang dimaksud adalah zat kimia yang digunakan untuk membantu berlangsungnya proses koagulasi-flokulasi. Zat ini biasanya ditambahkan sebelum proses koagulasi dilakukan. Zat ini ditambahkan dan berfungsi :

– Untuk penetapan pH

– Sebagai zat pemberat

– Sebagai Oksidator

– Sebagai adsorben

– Elektrolit

III.4.1 Untuk penetapan pH

Penetapan pH yang dimaksud adalah penetapan pH optimum untuk koagulasi, ditetapkan untuk memenuhi persyaratan pH berada pada jangkauan yang disyaratkan untuk setiap jenis koagulan yang digunakan.

Zat kimia yang digunakan untuk penetapan pH pada pengolahan air adalah :

– Untuk menaikan pH  Kapur : CaO, Ca(OH)2

– Soda abu (Sodium bikarbonat) : Na2CO3

– Soda api (Sodium hidroksida) : NaOH

– Untuk menurunkan pH  Asam sulfat : H2SO4 , CO2

III.4.2 Sebagai zat Pemberat ( Weighing agent)

Biasa digunakan pada pengolahan air dimana kekeruhan air relatip rendah juga pada pengolahan air berwarna. Zat ini ditambahkan untuk meningkatkan efisiensi proses koagulasi – flokulasi. Dengan adanya partikel-partikel suspensi yang ditambahkan, akan terjadi tumbukan antar partikel, sehingga terjadi aglomerasi antar partikel. Disamping tumbukan antar partikel zat ini juga dapat meningkatkan daya adsorpsi partikel/flok terdestabilisasi.

Zat pemberat (weighing agent) digunakan untuk menambah partikel – partikel untuk tumbukan pada pembentukan/pertumbuhan flok (membantu proses flokulasi). Zat ini biasanya digunakan untuk mengolah air berwarna alami, karena sifat air yang relatif jernih, jadi dengan kata lain zat ini ditambahkan untuk menaikkan kekeruhan air. Flok yang diproduksi dari air berwarna tinggi dengan menggunakan koagulan garam besi atau alumunium, ternyata terlalu ringan untuk siap diendapkan. Penambahan zat pemberat, yang mempunyai specific gravity (berat jenis) relatif besar, menghasilkan aksi pemberatan, dan flok mengendap dengan cepat.

Bahan/zat pemberat yang biasa digunakan adalah :

– Tanah liat (clay)  pada prakteknya, diketahui bahwa banyaknya tanah liat antara 10 – 50 mg/l dapat menghasilkan flok yang baik dan cepat mengendap, berpegnaruh pada perbaikan penghilangan warna, dan memperbesar jangkauan pH yang diinginkan untuk koagulasi. Dosis yang tepat yang diberikan pada air harus ditentukan dengan ujicoba yang tepat (jar test).

– Lumpur/tanah  biasanya digunakan lumpur sungai, atau tanah dari pinggir sungai dimana air baku diambil ( sungai sebagai sumber air baku ).

– Bentonit sering digunakan dalam pengolahan air yang mengandung warna tinggi dan kekeruhan rendah.

– Karbon aktif  selain sebagai adsoeben juga bertindak sebagai zat pemberat, jadi pemakaian karbon aktif bubuk mempunyai dua fungsi, yaitu penyerap warna dan sebagai pemberat. Karbon aktif disamping sebagai adsorben juga dapat dianggap sebagai zat pemberat. Zat ini digunakan pada pengolahan air berwarna disamping untuk mengadsorpsi warna juga dapat menambah partikel-partikel suspensi untuk tumbukan antar partikel.

III.4.3 Sebagai Oksidan

Dalam hal ini oksidan diperlukan pada air baku sebelum diolah dengan tujuan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mengganggu kelangsungan proses koagulasi – flokulasi, seperti zat organik (senyawa pembentuk warna alami/zat humus), besi dan mangan terlarut dan lain-lain. Senyawa-senyawa tersebut harus dikonversikan menjadi bentuk yang tidak mengganggu terhadap koagulasi/flokulasi.

Zat sebagai Oksidator yang biasa digunakan pada pengolahan air adalah :

– Klor / Senyawa klor  untuk mengoksidasi besi, mangan, zat organik, tetapi dalam kasus zat organik alami pemakaian klor/senyawa klor harus dibatasi dengan pertimbangan pada pembentukan THMs (Tri halo metan) yang bersifat karsinogenik.

– Ozon (O3)  digunakan untuk kasus yang sama dengan penggunaan klor/senyawa klor, hanya pemakaian O3 relatif aman bila dibandingkan dengan pemakaian klor/senyawa klor.

III.4.4 Sebagai Adsorben (Penyerap)

Karbon aktif zat yang paling banyak digunakan sebagai adsorben, terutama dalam kasus penghilangan zat organik yang terkandung dalam air baku, dimana zat organik ini akan mengganggu proses koagulasi, karena dapat mengurangi efisiensi kerja koagulan. Zat ini biasa ditambahkan pada air baku sebelum proses koagulasi dengan waktu kontak yang cukup antara air dengan karbon aktip.

Disamping sebagai penghilang zat organik, karbon aktif juga dapat menghilangkan warna dengan cara adsorpsi.

Disamping karbon aktif, zat lain sebagai adsorben seperti yang tergolong sebagai zat pemberat.

III.4.5 Elektrolit

Jika ada koloid dengan muatan permukaan yang sama dan zat suspensi ditambah dengan elektrolit (anion atau kation) dari garam yang terdisosiasi/terurai (larutan koagulan), kemungkinan akan terjadi akselerasi masing-masing partikel.

Efek itu disebut “indeferen” (tidak spesifik), karena elektrolit hanya menyediakan ion dengan muatan yang berlawanan atau ion dengan muatan yang sama. Jika ada ion dengan muatan yang berlawanan, akan mengakibatkan terjadi gaya tolak menolak antar partikel (double layer compression).

Elektrolit dengan muatan berlawanan ditambahkan ke dalam suspensi, dapat berpengaruh langsung terhadap muatan dibatas kelompok partikel, jika terjadi adsorpsi partikel langsung di permukaan, akan terjadi penurunan muatan listrik atau netralisasi muatan listrik. Jika hal ini terjadi, disebut sebagai ion bermuatan berlawanan yang ditentukan oleh potensial muatannya dan koagulasi dengan mekanisme tersebut, disebut “koagulasi adsorpsi”.

@_pararaja

*Arifin. 2007 ; “Tinjauan dan Evaluasi Proses Kimia (Koagulasi, Netralisasi, Desinfeksi) di Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol, Tangerang”, Tangerang : PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri.

SEKILAS TENTANG GANGGANG DAN PENANGGULANGANNYA (bagian 4): Teknologi Ultrasonik

Istilah Ulrasonik, umunya dipakai untuk menyatakan bunyi yang memiliki frekuensi di atas frekuensi bunyi yang dapat didengar, biasanya di ata 20000 Hertz.

Bunyi pada frekuensi 20 – 100 kHz, biasanya digunakan untuk ilmu pengetahuan dan komunikasi pada kelelawar, lumba – lumba dan beberapa hewan tertentu.. Frekwensi yang jauh lebih tinggi, antara 1-20 MHZ, digunakan untuk ultrasound medis. Bunyi seperti itu diproduksi oleh ultrasonik transducers.

Bunyi ultrasonik dapat diproduksi oleh transducers yang beroperasi baik oleh efek piezoelektrik maupun magnetostrictive. Magnetostrictive transducers dapat digunakan untuk menghasilkan bunyi Ultrasonik yang tinggi antara 20-40 kHz mencakup untuk pembersihan ultrasonik dan aplikasi mekanis lainnya

LG Sound mula- mula disebut sebagai Aquasonic, suatu pengeras suara yang berfungsi atas air dengan radius hanya 15 meter. Yang berfungsi sebagai alat komunikasi beberapa abad yang lalu. ,Model terbaru, Aquasonic tranducer dapat memancarkan gelombang ultrasonic di bawah air, alat ini digunakan untuk berbagai tujuan.

Sistem kerjanya dengan menghasilkan gelombang ultrasonik (berfrekuensi > 20000 Hertz), di dalam air. Gelombang atau getaran tersebut dapat merobek Sel vakuola dari ganggang, dimana tempat makanan diproses, dengan demikian membunuh ganggang. Selain itu alat ini juga membunuh spora ganggang yang terapung di air, sehingga mencegah pertumbuhan ganggang lebih lanjut. Transducer ini dirancang dengan suatu unsur tahan air, yang (mana) mengkonversi daya listrik ke dalam getaran bunyi; yang frekwensinya fatal untuk berbagai macam dari ganggang, tetapi btidak bahaya dan tidak dapat didengar untuk manusia dan (kebanyakan) binatang.

Ada sekurang – kurangnya 20.000 jenis Algae dalam variasi dan turunan. Lebih umum disebut “Algae Pengembara” yang terbawa oleh hujan dan angina, akan terbunuh paling cepat 3 – 2 minggu. Sekalipun Algae mati lebih cepat, tetapi biasanya pengaruhnya baru terlihat jelas sampai 6 minggu.

Badan air, jenis LG Sound yang digunakan mempengaruhi efektifitas pembasmian Algae. Pada kolam renang, Algae hutan yang tumbuh pada sambungan ubin adalah yang paling tamgguh. Jenis lainnya adalah tipe Filamentos, Algae jenis ini memiliki semacam gorden yang menghalangi getaran ultrasonic.

Alat ini sebaiknya dioperasikan secara terus – menerus, disamping pemakaian daya yang relative kecil,, vibrasi Ultrasonik yang permanent pada volume air dapat mrncegah Algae baru berkembang.

LG sound XL telah digunakan hampir di penjuru dunia, untuk segala bidang dan keperluan dengan pemakaian teratur. LG sound dapat membunuh algae/ ganggang dalam radius  100 m pada Danau, telaga, kolam renang (ukuran besar), Reservoar air minum, Menara pendingin, sistem pemurnian air, Reservoar air untuk industri hortikultura, Saluran Irigasi, penampungan air limbah, dan pada pengolahan Air Limbah.

Data teknis LG sound XL

Range Radius 100 m (horizontal&vertikal)

Daya 45 watt

input 220 atau 120 V

Panjang kabel 17 m


Instalasi : Kotak elektronik ini harus ditempatkan pada tempat yang kering dan tertutup. Setelah meletakkan busi dari transducer ke dalam kontak penghubung dari kotak elektronik, tranducers berpelampung dapat ditempatkan sedemikian mungkin dalam air (dilewatii sebanyak mugkin air). Gelombang memancar dari tranducers dengan sudut 180o.Mungkin kira – kira 20 cm dari permukaan dan tidak boleh kurang 20 cm dari dasar.

Jika semua instruksi dilaksanakan maka hasil yang optimal akan didapatkan dalam 1 atau 2 hari, dapat diamati dibawah mikroskop.

Ada satu tipe LG sound yang lebih kecil, biasa digunakan pada kolam ikan di rumah – rumah. Biasanya digunakan untuk memperindah kolam agar bebas dari gangguan lumut / ganggang dan agar ikan – ikan dapat hidup tanpa masalah. Alat ini dapat membuat pekerjaan membersihkan kolam menjadi lebih mudah.

Dari empat produk yang dimiliki LG, alat ini paling kecil dan paling murah. LG Sound SSS biasa dipakai oleh pemilik kebun, atau orng yang hobi memelihara hewan air agar kolam terlihat lebih indah dan bebas dari lumut / ganggang.

Data teknis  = LG sound SSS

Range = 10 x 10 meter

Daya  = 20 watt

input =  220 atau 120 V

Panjang kabel  = 10 m

Tipe lain dari lat LG Sound yaitu LG Sonic Pool, alat ini dapat digunakan pada kolam renang, suatu cara pemusnah lumut / ganggang yang ramah lingkungan. Selama ini metode yang dipakai pada kolam yaitu dengan membubuhkan senyawa klor pada kolam , cara dapat mengganggu dan menyebabkan perih di mata dan bau yang kurang enak. Dri segi effisiensi biaya, pemilik kolam renang dapt menghemat biya pemeliharaan kolam dan pembelian bahan kimia  30 – 70 %.

Tranducer alat ini dapat disimpan pada tempat terlindung dan tak terlihat mata (missal : dibawah tangga), Kotak elektriknya harus disimpan di tempat yang terlihat dan aman dari gangguan. Alat ini juga dapat digunakan untuk bak lain yang berukuran hampir sama, missal penampungan air hujan dan lain-lain.

Data teknis = LG Sound POOL

Range = 50 x 50 meter

Daya = 30 watt

input  = 220 atau 120 V

Panjang kabel  = 10 m

Tipe terakhir dari alat LG Sound yaitu LG Sound XXL, Ini adalah alt penghancur algae yang sangat kuat di pasaran dunia. Menurut data yang ada, LG Sound XXL sangat efektif untuk membunuh lumut / ganggang dengan getaran ultrasoniknya. Jarak dan jenis ganggang yang akan dibunuh menentukan kecepatan pembasmi ganggang tersebut. LG Sound XXL ini memiliki kemampuan membunuh ganggang pada jarak 400 meter untuk ganggang hijau – biru, dan sampai 150 meter untuk ganggang penjelajah yang lain pada areadanau, telaga kolam renang ukuran besar, menara pendingin, sistem pemurnian air, dan pada pengolahan air buangan.

Data teknis  = LG sound XXL

Range  = Radius 150 m (vertikal & horizontal)

Daya  = 25 watt

input  = 220 atau 120 V

Panjang kabel  = 17 m

Instalasi : Kotak elektronik ini harus ditempatkan pada tempat yang kering dan tertutup. Setelah meletakkan busi dari transducer ke dalam kontak penghubung dari kotak elektronik, tranducers berpelampung dapat ditempatkan sedemikian mungkinat dalam air (dilaewati sebanyak mugkin air). Gelombang memancar dari tranducers dengan sudut 180o.

Jika semua instruksi dilaksanakan maka hasil yang optimal akan didapatkan dalam 1 atau 2 hari,

Dari semua tipe LG Sound diatas, dalam pengoperasian nya memiliki sistem yang tidak bebrbeda. Perbedaannya terletak pada kapasitas vibrasi bawah air dan range aksinya. Tiap alat dibuat khusus untuk aplikasi tertentu.

@_pararaja

Bahan – bahan Media Filtrasi. (3)

-…

3. Material Penukar Ion (Ion exchange)
Resin penukar ion merupakan polimer yang mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus fungsional yang merupakan bagian dari struktur polimer. Sintetis resin penukar ion pertama kali dikerjakan oleh 2 orang berkebangsaan Inggris yaitu Adam BA dan Holmes EL pada tahun 1935.
Resin penukar ion sintetis merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua bagian yaitu struktur fungsional dan matrik resin yang sukar larut. Resin penukar ion ini dibuat melalui kondensasi phenol dengan formaldehid yang kemudian diikuti dengan reaksi sulfonasi untuk memperoleh resin penukar ion asm kuat.
Sedangkan untuk resin penukar ion basa kuat diperoleh dengan mengkondensasikan phenilendiamine dengan formaldehid dan telah ditunjukkan bahwa baik resin penukar kation dan resin penukar anion hasil sintesis ini dapat digunakan untuk memisahkan atau mengambil garam – garam.
Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas 150oC.
Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena, setelah terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan digunakan untuk menempelnya gugus ion yang akan dipertukarkan.
Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut dengan gugus ion yang dapat menghasilkan ( melepaskan ) ion positif. Gugus ion yang biasa dipakai pada resin penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena ( matrik resin ).
Resin penukar on yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat melepaskan ion negative diperoleh resin penukar anion. Resin penular anion dibuat dengan matrik yang sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion yang dimasukkan harus bisa melepas ion inegatif, misalnya –N (CH3)3+ atau gugus lain atau dengan kata lain setelah terbentuk kopolimer styren divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian diklorometilasikan untuk memperoleh resin penukar anion.
Gugus ion dalam penukar ion merupakan gugus yang hidrofilik (larut dalam air). Ion yang terlarut dalam air adalah ion – ion yang dipertukarkan karena gugus ini melekat pada polimer, maka ia dapat menarik seluruh molekul polimer dalam air, maka polimer resin ini diikata dengan ikatan silang (cross linked) dengan molekul polimer lainnya, akibatnya akan mengembang dalam air.
Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun non kristalisasi adalah sangat mirip dengna pertukaran ion- ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan resin ini terjadi pada keseluruhan struktur gel dari resin dan tidak hanya terbataspada efek permukaan. Pada resin penukar anion, pertukaran terjadi akibat absorbsi kovalen yang asam. Jika penukar anion tersebut adalah poliamin, kandungan amina resin tersebut adalah ukuran kapasitas total pertukaran.
Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung dengan resin penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion – ion yang dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama akan dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding.
Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan grup fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung dengan ion pasangan seperti Na+, OH− atau H+. Senyawa ini merupakan struktur yang porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion dengan muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif (anionik) untuk menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit “Ion Exchanger”.
Proses pergantian ion bisa “reversible” (dapat balik), artinya material penukar ion dapat diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi material penukar kationik bentuk Na+ dapat diregenerasi dengan larutan NaCl pekat, bentuk H+ diregenerasi dengan larutan HCl sedangkan material penukar anionik bentuk OH− dapat diregenerasi dengan larutan NaOH (lihat buku panduan dari pabrik yang menjual material ini).
Regenerasi adalah suatu peremajaan, penginfeksian dengan kekuatan baru terhadap resin penukar ion yang telah habis saatkerjanya atau telah terbebani, telah jenuh. Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan dengan mudah karena pertukaran ion merupakan suatu proses yang reversibel yang perlu diusahakan hanyalah agar pada regenerasi berlangsung reaksi dalam arah yang berkebalikan dari pertukaran ion.
Dalam proses pengolahan air minum “ion exchanger” sering dipakai untuk menurunkan kandungan ion-ion yang tidak dikehendaki atau membuat air bebas mineral yang disebut proses “demineralisasi ”.


4. Kapur padam
Kapur padam adalah kapur yang alami yang berbentuk kristalin kecil sebagai kalsium karbonat. Kapur itu dipakai dalam bentuk granula sebagai media filter untuk menurunkan keasaman.


5. Batu gamping
Batu gamping adalah kalsium karbonat alami yang dengan fluktual struktur kristalin yang sangat kecil. Utamanya dipakai untuk penyaring tunggal untuk menurunkan keasaman tetapi juga untuk menghilangkan besi dan mangan.


6. Media buatan
Media Buatan dalam bentuk kompak atau sebagai bentuk busa bisa dimanfaatkan dalam media filter ganda dan terutama sabagai media tunggal dalam filter yang mempunyai arah aliran air dari bawah ke atas.


7. Lava
Larva adalah silikat alami dari gunung api yang dimanfaatkan dalam bentuk granula sebagai media filter.


8. Marmer
Marmer adalah kristalin kalsium karbonat yang bentuknya kasar dan alami biasanya dipakai dalam bentuk granula sebagai media filter untuk menurunkan keasaman.


9. Kerikil silika
Butiran pasir yang berdiameter lebih besar dari pada 2 mm (diameter bervariasi dari ukuran kecil sampai besar 1 s/d 5 cm). Kerikil silika berasal dari batuan yang sama dengan Pasir Silika. Kerikil ini biasanya digunakan sebagai lapisan penyangga pada filter, jika sistem bagian bawah filter tidak menggunakan nozzle. Lapisan penyangga ini menggunakan kerikil silika dengan ukuran yang berbeda (dari besar sampai kecil dengan urutan dari bawah ke atas).

@_pararaja

Quo Vadis Pendidikan Modern

Oleh:  Yanto*

Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia (1).

Dan secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju (taqaddumiyyah). Sehingga apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup target, metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik (2). Sebagai contoh nyata dari argumen di atas dapat kita lihat dari dua kenyataan berikut:

ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yamg pertama spotnic pada 4 oktober 1957, Amerika Serikat tergoncang dengan dahsyatnya. Demam spotnic melanda seantero Amerika. Betapa tidak, karena Amerika adalah negara besar pemenang perang dunia II telah kedahuluan oleh Uni Sovyet. Sampai-sampai presiden AS ketika itu membentuk tim khusus untuk merespon kejadian besar ini. Tim tersebut bukan bertugas menyelidiki kenapa Uni Sovyet berhasil mendahului mereka dalam meluncurkan pesawat luar angkasa, melainkan mereka mendapat intruksi lansung dari presiden untuk melakukan suatu tugas yang tidak disangka-sangka oleh para pengamat politik waktu itu. Tugas mereka adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dengan bekerja keras dan dalam waktu yang singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus direvisi. Sebuah keputusan yang teramat berani waktu itu. Tapi itulah sebuah konsekuensi kalau hendak berkompetisi dalam kemajuan peradaban.

Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya. Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai kepada sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14 juli 1969 mereka berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perkuliahan (3)

Hasil lain dari itu tentunya dapat disaksikan oleh dunia semuanya dimana AS sekarang telah menjadi kekuatan tunggal setelah runtuhnya US.

Kejadian yang hampir serupa sebenarnya pernah terjadi di Jepang seusai kekalahan mereka dalam perang dunia II dengan dibom atomnya kota Hiroshima dan Nagasaki. Jepang praktis lumpuh dalam segala segi kehidupan. Bahkan kaisar Jepang waktu itu menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Belum lagi hukuman sebagai orang yang kalah perang yang melarang Jepang untuk membangun angkatan bersenjata. Semua itu merupakan hambatan yang sangat besar untuk dapat bangkit dan membangun sebuah peradaban baru. Tapi perkiraan akal manusia tidak selamanya benar. Jepang bangkit perlahan-lahan dengan memperbarui sistem pendidikan mereka dalam semua jenjang pendidikan. Dalam masa yang relatif singkat Jepang berhasil membangun negara mereka menjadi negara yang kuat dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Bahkan merupakan negara ekonomi terkuat yang menjadi ancaman bagi AS sendiri. Coba kita bandingkan dengan Indonesia yang mulai membangun diri pada waktu yang sama dengan Jepang (kita merdeka 1945 dan Jepang di bom atom 1945). Jepang telah berlari jauh di depan, kita malah masih tertatih-tatih bahkan jalan di tempat dan kadang kala juga mundur ke balakang. Contoh nyata dari kemajuan pendidikan di Jepang adalah berobahnya pengertian buta huruf dikalangan rakyat Jepang. Buta huruf yang sudah tidak ada lagi di Jepang mempunyai pengetian “tidak bisa menggunakan komputer”. Betapa jauhnya pengertian ini dengan pengertian aslinya di kalangan dunia ketiga, yang berarti tidak bisa tulis dan baca.

Dua fenomena di atas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang telah dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang. Langkah yang mereka ambil telah membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan bangsa manapun di dunia ini yang mengabaikan pendidikan maka tunggulah kehancurannya.

Kalau kita mengamati pendidikan di Indonesia maka kita akan mendapatkan beberapa fenomena dan indikasi yang sangat tidak kondusif untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju dalam bidang pendidikan apalagi dalam bidang ekonomi. Fenomena dan indikasi tersebut antara lain:

Fenomena ini dapat ditangkap dengan mudah oleh siapa saja yang memiliki sedikit wawasan mengenai kependidikan. Walaupun tentunya penelitian ilmiah mengenai masalah ini sangat perlu dilakukan agar kesimpulan yang diambil lebih bernilai objektif. Namun secara sederhana dapat kita ketengahkan beberapa indikasi umum yang diketahui oleh banyak orang. Berdasarkan jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh para pendidik, dapat kita temukan kondisi berikut ini: para guru di tingkat pendidikan dasar di Indonesia sangat jarang diantara mereka yang memiliki ijazah strata satu (S1). Rata-rata adalah tamatan sekolah menengah atau sarjana muda. Untuk tingkat pendidikan menengah pertama dan atas, maka akan kita temukan juga kondisi yang hampir sama. Tenaga pengajar ditingkat ini kebanyakan sarjana muda dan sedikit sekali yang merupakan sarjana penuh. Dan bisa dikatakan tidak ada diantara mereka yang tamatan S2. Selanjutnya untuk tingkat perguruan tinggi secara umum, dan jenjang S1 secara khusus, masih banyak sekali dosen yang hanya tamatan S1. Dalam waktu yang sama sangat jarang dosen yang bergelar Doktor mengajar di tingkat ini. Bahkan diantara dosen-dosen yang hanya memiliki ijazah S1 tersebut kadang kala tidak mengisi mata kuliahnya, tetapi digantikan oleh asistennya yang biasanya adalah mahasiswa/ mahasiswi tahun terakhir yang berprestasi atau sarjana baru.

Sementara itu kalau ditinjau dari segi kesiapan mereka secara ilmiah dalam aktifitas belajar mengajar, maka mayoritas dari sarjana atau tenaga pengajar yang terjun kebidang pendidikan ini tidak memiliki spesialisasi dalam bidang pendidikan. Artinya bukan lulusan dari fakultas pendidikan dan sejenisnya. Terutama untuk tingkat pendidikan menengah ke bawah. Padahal ilmu-ilmu pendidikan sangat perlu dimiliki oleh siapa saja yang menggeluti aktifitas mendidik. Karena mendidik bukanlah sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada murid atau siswa, tetapi ia merupakan aktifitas yang komplek dan integral yang mempunyai metode dan seni tersendiri.

Kalau kita adakan studi komparatif secara kasar dengan sebagian negara-negara arab yang nota bene negara ketiga seperti negara kita, maka kita akan sedikit tertinggal dari mereka. Padahal sering ejekan dari mulut kita bahwa orang-orang arab tidak lebih maju dari kita. Di Mesir saja tidak ada sarjana S1 yang mengajar di tingkat S1. Minimal tenaga pengajarnya adalah S2, tapi kebanyakan adalah Doktor (S3). Untuk tingkat sekolah menengah tidak ada tenaga pengajar yang lulusan sekolah menengah juga, kebanyakan lulusan S1, bahkan tidak jarang yang sudah magister ataupun lulusan Diploma Khusus (tingkatan setelah S1). Dan tidak jarang pula guru-guru pada tingkat pendidikan dasar pemilik ijazah diploma khusus tadi. Sementara itu di negara teluk terutama Kuwait dan Emirat Arab, mewajibkan tenaga pengajar untuk pendidikan tingkat menengah pertama ke bawah adalah lulusan dari fakultas-fakultas pendidikan. Ini baru perbandingan kasar dengan sebagian negara Arab, apalagi kalau kita bandingkan dengan negara maju seperti Amerika dan Inggris, maka kita akan sangat jauh tertinggal.

Indikasi lain dari gejala di atas adalah minimnya karya ilmiyah yang dihasilkan oleh para sarjana Indonesia. Contoh sederhana adalah masih jarangnya karya tulis dari penulis-penulis Indonesia. Yang ramai memenuhi pasar adalah buku-buku terjemahan, baik dari bahasa Arab, Inggris maupun bahasa lainnya. Kalaupun ada karya tulis dari penulis-penulis terkenal Indonesia, namun belum mampu menjadi rujukan di kawasan Asia tenggara apalagi untuk level Internasional. Coba kita bandingkan dengan karya Buya Hamka, tafsir Al Azhar yang menjadi rujukan bagi kebanyakan negara asia tenggara. Begitu juga karya Pak Natsir, fiqh dakwah yang juga tersebar di daratan melayu.

*Mahasiswa FE Universitas Muhammadiyah Malang

SEKILAS TENTANG GANGGANG DAN PENANGGULANGANNYA (bagian 2): PENGOLAHAN KONVENSIONAL (IPA).

Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalge tersebut di dalam air, dapat menyebabkan terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena kelompok bakteri besi dan bele¬rang dapat membentuk serat atau lendir. Akibat lainnya adalah terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada di dalamnya, men¬jadi bau, berubah warna, dan sebagainya. Akibat dari adanya pertumbuhan algae pada unit pengolahan air minum, adalah sebagai berikut :


a. Koagulasi
Tumbuhnya algae pada permukaan terjunan (cascade) dari bak koagulasi yang pengadukannya dengan mengandalkan terjunan dengan kecepatan jatuh dan pengadukan tertentu, dan dapat mengakibatkan penebalan pada permukaan terjunan sehingga memperkecil ketajaman terjunan dan kecepatan pengadukan yang direncanakan tidak tercapai.
Bila kecepatan pengadukan tidak memenuhi kriteria perencanaan, maka proses pencampuran antara zat koagulan dengan air olahan tidak akan sempurna dan hal ini dapat berpengaruh terhadap pembentukan flok-flok (flokulasi), sebagai operasi tahap pengolahan berikutnya. Hal ini dapat menurunkan efektivitas koagulasi dan flokulasi, sehingga pengolahan tidak optimum.
Terhadap proses, algae dapat menyebabkan pemborosan koagulan. Algae yang terkandung dalam air olahan menyebabkan naiknya kandungan partikel halus yang harus diendapkan sehingga jumlah koagulan yang dibutuhkan juga lebih banyak.

Seperti telah diuraikan diatas bahwa beberapa jenis ganggang/algae dalam air dapat menurunkan pH air, sedangkan untuk proses koagulasi dan flokulasi dibutuhkan kondisi pH tinggi, maka diperlukan pembubuhan kapur yang tinggi untuk mendapatkan kondisi pH yang memenuhi syarat untuk pengkondisian Koagulasi dan Flokulasi. Hal ini berarti pemborosan dalam penggunaan larutan kapur.


b. Sedimentasi
Algae dapat tumbuh pada dasar dan dinding dari unit sedimentasi, sehingga dapat menyebabkan :
– Bak terlihat kotor sehingga keadaan bak kurang estetis
– Dapat tumbuh di permukaan pada zone sedimentasi yang masih mendapatkan penetrasi sinar matahari sehingga memperkecil luas permukaan pengendapan. Sedangkan pada proses, pada operasi pengendapan semakin luas permukaan sedimentasi semakin tinggi jumlah flok-flok yang dapat terendapkan. Misalnya pengendapan dengan plate settler, yang mana plate dibuat miring dan berlapis-lapis di bak sedimentasi untuk memperluas permukaan pengendapan, sehingga flok yang menempel pasda plate dapat sebanyak mungkin dan bila ada algae yang tumbuh pada permukaan plate settler, sebagian permukaaan plate akan tertutup dan pengendapan flok tidak efektif lagi.


c. Filtrasi
Baik filter pasir cepat (rapid sand filter) maupun filter pasir lambat (slow sand filter) menggunakan satu media pasir dan kerikil untuk membentuk rongga filter. Pada saat rongga ini telah tertutup oleh partikel-partikel yang tersaring, maka harus dilakukan pencucian filter. Untuk filter pasir cepat biasanya pencucian dilakukan dengan Back Wash dan untuk filter pasir lambat dilakukan dengan pengerukan secara manual.
Algae dapat tumbuh menempel pada media maupun pada dinding filter, hal ini dapat menyebabkan :
– Dari segi estetika terlihat kurang baik karena bak filtrasi terlihat kotor. apalagi bila sampai terjadi water bloom.
– Terhadap operasi filter, algae tumbuh dan menempel media pasir dan kerikil dapat mempercepat terbentuknya penyumbatan (clogging) pori-pori saringan, sehingga pencucian filter akan lebih sering dilakukan maka operasi penyaringan tidak efektif lagi.


d. Desinfeksi
Algae yang terbawa sampai pada proses desinfeksi dapat menyebabkan pemborosan dalam pembubuhan zat desinfektan, karena kandungan mikroorganisma yang harus dibunuh lebih tinggi, yaitu selain untuk membunuh bakteri, desinfektan juga dibutuhkan untuk membunuh kandungan algae.


Bersambung…!

Kemana yaa..udach LULUS…?

Ujian didepan mata, mumet, puyeng..Stress..bergadang..deg-deg gan, ketar-ketir, was-was…weleh-weleh gado-gado aja kalah rasa pokoknya.
Tapi selagi gila jangan lupa mikirin masa depan, biar kita tambah semangat kalo belajar.
Yang pengen kerja, yang pengen kuliah so pasti harus kerja keras biar nilai tinggi dan yach.. modal awal biar dilirik perusahaan-perusahaan bonafit dan juga bisa-bisa PTN lewat aja tuch tanpa tes…siapa yang nggak mau.

So… mo kemana nich setelah SMK Lulus..?

Yang mau kerja..
Modal utama dari sekolah, ketrampilan dan kerajinan harus diperlihatkan. Dan jangan takut jika ada tes kerja..”pasti bisa”.
Dengan niat kerja dan etos kerja sukses dech berkarir..
Caranya selain rajin apelin pak Marwan (BK SMK kita) soalnya kakak alumni pada info n kontak lowongan lewat beliau…dan juga banyak relasi dilingkungan… rajin-rajin baca koran (kompas) sabtu apa minggu, banyak tuh lowongan, lihat-lihat di internet, kunjungi bursa kerja. Dll… jika niat Insya Allah dimudahkan jalannya…

Trus yang pengen kuliah, Di era pendidikan global ini banyak sekali tawaran bidang ilmu yang sangat kompetitif baik di dalam negeri maupun di luar negeri…..Tawaran tersebut akan menjadi mudah bagi seseorang yang sudah mantap dengan pendiriannya untuk memilih dan menentukan disiplin ilmu apa yang akan dia geluti nantinya di Perguruan Tinggi…………Tetapi sebaliknya akan menjadi masalah jika seseorang yang lain masih bingung dengan bidang ilmu mana yang akan dia ambil dan tekuni di Perguruan Tinggi………..Hal ini adalah masalah klasik yang terus menerus terjadi di kalangan siswa SMK yang akan melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta………….

Proses pengambilan keputusan perlu dimengerti oleh lulusan SMU sewaktu akan memasuki perguruan tinggi, karena melalui tahap-tahap tersebut keputusan yang akan diambilnya akan lebih efektif. Baca lebih lanjut

IBU PUTIH ABU-ABU

Free Sex ‘Putih Abu-abu’ Meluas?

untitled

” Gals… Sherly bentar lagi dah mo lahiran…… “ , pembicaraan sekelompok anak berseragam di halte dekat sebuah SMU. Sebenarnya nggak ada yang istimewa dari kalimat tersebut, tetapi akan menjadi lain karena Sherly adalah teman sekelas mereka.

Begitu banyak mungkin Sherly yang ada di sekolah-sekolah lain bahkan yang di pelosok desa sekalipun. Mungkin mereka tidak pernah memahami akibat yang akan diperoleh menyangkut masa depan diri mereka sendiri.

Seorang siswi yang ”tek-dung”, hampir dapat dipastikan akan dikeluarkan dari sekolahnya demi menjaga citra sekolah, peraturan yang berlaku ataupun memang tidak ada toleransi yang dikhawatirkan akan memicu kejadian serupa pada siswi yang lain. Masa depan pun menjadi satu babak hitam yang harus diretas kembali dari nol. Berapa banyak anak usia sekolah yang harus menjalani hari-harinya dengan menggendong bayi yang seharusnya belum menjadi masanya, yach… beruntung jika pasangan pelaku mau bertanggung jawab. Bagi yang kemudian ditinggalkan begitu saja, akan lebih sulit rasanya menjalani hidup. Ini belun termasuk respon dari saudara atau anggota keluarga, pandangan negatif dari tetangga, bahkan bisa menjadi topik hangat pembicaraan ibu-ibu kompleks ketika arisan yang ujung ujungnya akan menyebar begitu cepat. Dan makin menumpuk rasa malu itu, juga pada orang terdekat yang ikut merasa terkucil.

Lebih-lebih sekarang ini, bukan hanya pergaulan yang grombal-grombol, tetapi malah kemarin 18 siswi SMP di Tambora Jakarta telah menjajakan diri..

Masya Allah… mo gimana lagi? Yang salah anaknya? Guru atau orang tua?. Hanya kepengen punya Hp baru, baju baru, dandan modis, pengen bergaya harus berkorban segitunya. Kok tidak berpikir jernih. Kurangnya pendidikan moralkah?

Bahkan dari sekian banyak kasus yang ada, free sex kebanyakan dilakukan oleh kalangan remaja, mungkin juga sudah membudaya di kalangan putih abu-abu. Hal ini merupakan bukti nyata dampak dari tingginya keinginan seks di kalangan remaja.

Aborsi di kalangan remaja kebanyakan dilakukan di usia 18 hingga 19 tahun sekitar 14 persen. Sedangkan bentuk aborsi itu terdapat tiga macam yakni aborsi alamiah yang terjadi karena keguguran, kedua aborsi buatan atau sengaja yang dilakukan sebelum usia kandungan 28 minggu, sedangkan ketiga adalah aborsi terapeutik atau medis yang dilakukan di dalam kandungan melalui bantuan dokter.

Alasan para remaja melakukan aborsi di antaranya karena kebanyakan mereka belum siap menjadi ibu dan merawat anak, lalu terdapat tekanan dari pihak luar seperti pacar, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Tentang resiko dari aborsi seperti risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang terdiri dari kematian, rahim yang sobek, kerusakan leher rahim, kanker payudara, dan kanker indung telur, sedangkan resiko gangguan psikologis terdiri dari kehilangan harga diri, berteriak histeris, mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi.

“Bahkan si pelaku bisa melakukan bunuh diri, mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang, tidak bisa menikmati hubungan seksual, dan dipenuhi perasaan bersalah,”

Ibu hamil yang termasuk golongan kehamilan dengan resiko tinggi adalah ibu dengan:

• Riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik . (contoh: riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati)
• Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm.
• Ibu hamil yang kurus/berat badan kurang.
Usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
• Sudah memiliki 4 anak atau lebih.
• Jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun.
• Ibu menderita anemia atau kurang darah.
• Perdarahan pada kehamilan ini.
• Tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai.
• Kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal.
• Riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi,asma dll.

Itu baru sebagian resiko yang harus dimengerti oleh para remaja agar tidak mengalami hal serupa. Kita sebagai pihak yang bertanggung jawab. Jadi kalau misalnya belum siap berkeluarga mending ndak usah neko-neko deh,”

 

kenakalan, remaja dan sehat…….

REMAJA
Untuk memepermudah mengenali adanya kenakalan remaja dan korelasi dengan kesehatan alangkah baiknya apabila terlebih dahulu kita tahu bagaimana pengklasifikasian remaja. Mappiare mengatakan dalam bukunya psikologi remaja mengutip penuh Elizabeth B. Hurlock, menulis tentanga adanya sebelas masa rentang kehidupan :

1. Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir
2. Neonatal : Lahir sampai minggu kedua setelah lahir
3. Masa bayi : Akhir minggu kedua sampai Akhir tahun kedua
4. Kanak-kanak Awal : Dua tahun sampai enam tahun
5. Kanak-kanak Akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun
6. Pubertas pra-adolesen : 10 atau 12 tahun sampai 12 atau 14 tahun
7. Remaja Awal : 13 atau 14 tahun sampai dengan 17 tahun
8. Remaja Akhir : 17 tahun sampai dengan 21 tahun
9. Dewasa Awal : 21 tahun sampai dengan 40 tahun
10. Setengah Baya : 40 tahun sampai dengan 60 tahun
11. Masa Tua : 60 tahun sampai dengan meninggal dunia

Dari pembagian rentang kehidupan diatas kita bisa mengelompokkan remaja dalam tahap 7 dan 8 sedangkan pubertas sebenarnya merupakan salah satu tanda akan masuknya seorang anak kedalam fase remaja.

Berdasarkan pengertian diatas maka kita mengelompokkan remaja sebagai anak yang berusia di bawah 21 tahun tetapi selain pemgertian diatas kita juga diwajibkan untuk menelaah pengertian remaja berdasar hukum karena berdasarkan pengertian sebelumnya yang mengelompokkan kenakalan remaja sebagai suatu perbuatan yang sebenarnya melanggar hukum, dalam hukum seseorang akan tidak lagi disebut remaja apabila mereka sudah menikah sebelum umur 21. apabila kita melihat dari sudut pandang hukum maka akan terlihat apabila kita menikah di bawah 21 tahun kita tidak lagi remaja tetapi dalam kesehatan kita masih tetap dianggap remaja dan pernikahan dibawah 21 tahun sangat rentan sekali terjadi gangguan kesehatan

Apabila kita mau lebih dalam menggali remaja maka kita akan menemukan bahwa sebenarnya mereka merupakan penggerak utama Negara ini maka apabila kita mampu untuk memberikan jalan bagi mereka yang terlanjur melakukan “Kenakalan” untuk kembali menjadi remaja yang berguna maka kita akan memperoleh banyak sekali bantuan untuk membangun Negara ini lebih baik
KENAKALAN REMAJA
Sudarsono, 1991 dalam bukunya Kenakalan remaja mengatakan Juvenille Delinquency secara estimologis dapat diartikan sebagai kejahatan anak, akan tetapi pengertian tersebut memberikan konotasi yang cenderung negative atau negative sama sekali. Atas pertimbangan yang lebih moderat dan mengingat kepentingan subyek, maka beberapa ilmuwan memberanikan diri untuk mengartikan Juvenille Delinquency sebagai kenakalan remaja

Psikolog Drs. Bimo Walgito merumuskan arti selengkapnya dari kenakalan remaja sebagai berikut : tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa maka perbuatan tersebut merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang dilakaukan anak, khususnya anaka remaja

Dr Fuad hasan dalam B. simanjuntak juga memberikan definisi kenakalan remaja sebagai perbuatan anti social yang dilakukan anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai kejahatan. Dari kedua pengertian diatas Sudarsana menarik benang merah diantara keduanya yaitu, kenakalan remaja adalah perbuatan atau kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum anti social, anti susila dan menyalahi norma-norma agama.
Ada banyak sekali jenis kenakalan yang telah dilakukan remaja pada saat ini, oleh karena itu ada pengelompokkan kenakalan remaja di dalam seperti yang diungkapkan Sudarsono : Baca lebih lanjut

Upaya Peningkatan Mutu dan Daya Guna Limbah Dedak Padi

Gatot Siswo Hutomo, Mappiratu, dan Asriani Hasanuddin

Jurusan Budi Daya Pertanian, Universitas Tadulako

Dedak padi termasuk salah satu limbah pertanian yang berpotensi sebagai bahan baku industri pakan dan pangan. Ketersediaan dedak di Indonesia cukup tinggi, yaitu berkisar 4.8 juta ton per tahun. Selain sebagai pakan ternak, dedak berpotensi sebagai bahan pangan karena mengandung pati dan minyak, serta sebagai bioproses karena mengandung lipase. Oleh karena itu, perlu kajian yang dapat meningkatkan mutu dan daya guna dedak melalui penerapan teknologi sederhana dan tepat guna. Tujuan penelitian ini ialah melakukan fraksinasi dan analisis proksimat hasil fraksinasi limbah dedak padi, mengkaji faktor yang berpengaruh terhadap produksi β-karoten, menentukan kondisi optimum untuk memproduksi pengemulsi monoasil gliserol (MAG) dan diasil gliserol (DAG) minyak dedak padi, dan mengkaji faktor yang mempengaruhi rendemen dan mutu tepung hasil pengolahan dedak dan aplikasinya pada pembuatan biskuit dan roti.

Dari penelitian ini ditemukan komposisi ransum ayam potong yang mengandung provitamin A hasil fermentasi dedak (fraksi I) yang cenderung mengurangi pembentukan lemak abdominal. Penggunaan dedak sebagai pakan unggas dapat diaplikasikan melalui fraksinasi (pengurangan serat kasar) dan fermentasi dengan cendawan oncom merah (peningkatan provitamin A). Hasil penelitian ini juga memberikan informasi tentang kondisi reaksi pembentukan MAG dan DAG serta waktu reaksi yang optimum. MAG dan DAG ialah senyawa turunan lemak atau minyak yang mempunyai fungsi sebagai bahan pengemulsi, aman digunakan untuk pangan, kosmetik, dan obat-obatan sehingga mempunyai prospek yang cerah. MAG dan DAG pada penelitian ini disintesis secara enzimatis, yaitu lipase sebagai biokatalis yang terdapat pada sekam (dedak fraksi III). Kondisi reaksi yang optimum untuk memperoleh kandungan MAG dan DAG yang tinggi ialah pada nisbah dedak fraksi III:gliserol:minyak:heksana ialah 10:1:2:50 dengan kondisi suhu 37°C dan pH 7.0 serta lama waktu reaksi 103 jam. Rendemen campuran MAG dan DAG yang diperoleh sekitar 90% kotor dengan menggunakan reaktor berkapasitas 10 liter.

Dari penelitian ini juga diperoleh tepung rendah lemak dan tinggi protein hasil pengolahan dedak fraksi II. Rendemen tepung rendah lemak dan tinggi protein terdiri atas tepung endapan 34% dan tepung dekantasi 60% yang diperoleh dari dedak fraksi II (tepung). Tepung rendah lemak dan tinggi protein digunakan pada pembuatan biskuit dan roti. Pada pembuatan biskuit dan roti tepung rendah lemak dan tinggi protein dapat mensubstitusi tepung terigu sampai 20%.


Adopted from Hibah Bersaing VIII

MENGENAL LOGAM BERAT (Heavy Metal)

Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.

USEPA (U.S. Environmental Agency) mendata ada 13 elemen logam berat yang merupakan elemen utama polusi yang berbahaya. Seperti halnya sumber-sumber polusi lingkungan lainnya, logam berat tersebut dapat ditransfer dalam jangkauan yang sangat jauh di lingkungan, selanjutnya berpotensi mengganggu kehidupan biota lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia walaupun dalam jangka waktu yang lama dan jauh dari sumber polusi utamanya.

Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan tambang, vulkanisme dan sebagainya (Clark, 1986). Umumnya logam-logam di alam ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain, sangat jarang yang ditemukan dalam elemen tunggal. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair, misalnya merkuri (Hg). Dalam badan perairan, logam pada umumnya berada dalam bentuk ion-ion, baik sebagai pasangan ion ataupun dalam bentuk ion-ion tunggal. Sedangkan pada lapisan atmosfir, logam ditemukan dalam bentuk partikulat, dimana unsurunsur logam tersebut ikut berterbangan dengan debu-debu yang ada di atmosfir (Palar, 2004). Menurut Palar (2004) melihat bentuk dan kemampuannya setiap logam haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar daya listrik (konduktor).

b. Memiliki kemampuan sebagai penghantar panas yang baik.

c. Memiliki rapatan yang tinggi.

d. Dapat membentuk alloy dengan logam lainnya.

e. Untuk logam yang padat, dapat ditempa dan dibentuk.

Berbeda dengan logam biasa, logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3 (Hutagalung et al., 1997). Dalam perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk komplek dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal yang teradsorbsi pada partikelpartikel yang tersuspensi (Razak, 1980).

Menurut Darmono (1995) sifat logam berat sangat unik, tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya: 1. berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air), 2. berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang, 3. berbahaya bagi kesehatan manusia, 4. menyebabkan kerusakan pada ekosistem. Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota (Darmono, 1995). Akan tetapi bila jumlah dari logam berat masuk ke dalam tubuh dengan jumlah berlebih, maka akan berubah fungsi menjadi racun bagi tubuh (Palar, 2004).

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehinggaenzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977).

Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co) (Sutamihardja dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu

a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn.

b. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co,

c. Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.

Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :

1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).

2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut

3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu.

Unsur-unsur logam berat tersebut biasanya erat kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup, biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah industri merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat yang potensial bagi perairan. Pembuangan limbah industri secara terus menerus tidak hanya mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam berat dalam sedimen dan biota perairan. Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen dan organisme hidup.

Logam berat biasanya sangat sedikit dalam air secara ilmiah kurang dari 1 g/l. Menurut Palar (2004) kelarutan dari unsur-unsur logam dan logam berat dalam badan air dikontrol oleh : (1) pH badan air, (2) jenis dan konsentrasi logam dan khelat (3) keadaan komponen mineral teroksida dan sistem berlingkungan redoks. Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik di sungai ataupun laut akan dipindahkan dari badan airnya melalui beberapa proses yaitu : pengendapan, adsorbsi dan absorbsi oleh organisme perairan. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991).

Rochyatun (1997) menyatakan walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasinya dalam air dapat berubah setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter yang mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH dan padatan tersuspensi total atau seston (Nanty, 1999). Dengan sendirinya interaksi dari faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap fluktuasi konsentrasi logam berat dalam air, karena sebagian logam berat tersebut akan masuk ke dalam sedimen.

Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme-organisme perairan (Bryan, 1976). Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen meningkat. Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion karbonat hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984). Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air (Hutagalung, 1991).

Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen, oleh karena itu kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991). Konsentrasi logam berat pada sedimen tergantung pada beberapa faktor yang berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Sumber dari mineral sedimen antara sumber alami atau hasil aktifitas manusia.

2. Melalui partikel pada lapisan permukaan atau lapisan dasar sedimen.

3. Melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar.

4. Melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan.

Beberapa material yang terkonsentrasi di udara dan permukaan air mengalami oksidasi, radiasi ultraviolet, evaporasi dan polymerisasi. Jika tidak mengalami proses pelarutan, material ini akan saling berikatan dan bertambah berat sehingga tenggelam dan menyatu dalam sedimen. Logam berat yang diadsorpsi oleh partikel tersuspensi akan menuju dasar perairan, menyebabkan kandungan logam di air menjadi lebih rendah. Dalam lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion-ion bebas, pasangan ion organik, dan ion kompleks. Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh pH air. Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur (Palar, 2004).

Selain itu, kenaikan suhu air dan penurunan pH akan mengurangi adsorpsi senyawa logam berat pada partikulat. Suhu air yang lebih dingin akan meningkatkan adsorpsi logam berat ke partikulat untuk mengendap di dasar . Sementara saat suhu air naik, senyawa logam berat akan melarut di air karena penurunan laju adsorpsi ke dalam partikulat. Logam yang memiliki kelarutan yang kecil akan ditemukan di permukaan air selanjutnya dengan perpindahan dan waktu tertentu akan mengendap hingga ke dasar, artinya logam tersebut hanya akan berada di dekat permukaan air dalam waktu yang sesaat saja untuk kemudian mengendap lagi. Hal ini ditentukan antara lain oleh massa jenis air, viskositas (kekentalan) air, temperatur air, arus serta faktor-faktor lainnya.

Daya larut logam berat dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada kondisi lingkungan perairan. Pada daerah yang kekurangan oksigen, misalnya akibat kontaminasi bahan-bahan organik, daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan mudah mengendap. Logam berat seperti Zn,Cu, Cd, Pb, Hg dan Ag akan sulit terlarut dalam kondisi perairan yang anoksik (Ramlal, 1987). Logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel sedimen (Wilson, 1988).

Kandungan logam berat pada sedimen umumnya rendah pada musim kemarau dan tinggi pada musim penghujan. Penyebab tingginya kadar logam berat dalam sedimen pada musim penghujan kemungkinan disebabkan oleh tingginya laju erosi pada permukaan tanah yang terbawa ke dalam badan sungai, sehingga sedimen dalam sungai yang diduga mengandung logam berat akan terbawa oleh arus sungai menuju muara dan pada akhirnya terjadi proses sedimentasi (Bryan, 1976). Mengendapnya logam berat bersama-sama dengan padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas sedimen di dasar perairan dan juga perairan sekitarnya Jika kapasitas angkut sedimen cukup besar, maka sedimen di dasar perairan akan terangkat dan terpindahkan. Sesuai teori gravitasi, apabila partikulat memiliki massa jenis lebih besar dari massa jenis air maka partikulat akan mengendap di dasar atau terjadi proses sedimentasi.

Menurut Bernhard (1981) konsentrasi logam berat tertinggi terdapat dalam sedimen yang berupa lumpur, tanah liat, pasir berlumpur dan campuran dari ketiganya dibandingkan dengan yang berupa pasir murni. Hal ini sebagai akibat dari adanya gaya tarik elektro kimia partikel sedimen dengan partikel mineral, pengikatan oleh partikel organik dan pengikatan oleh sekresi lendir organisme. Darmono (2001) logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan logam diabsorpsi darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal). Akumulasi logam berat dalam tubuh organisme tergantung pada konsentrasi logam berat dalam air/lingkungan, suhu, keadaan spesies dan aktifitas fisiologis (Connel dan Miller 1995).

Oleh : arifin_pararaja@yahoo.co.id (undercontruction)

Tentang Kurikulum Antikorupsi

Oleh : Faisal Djabbar *

Memerangi korupsi bukan cuma menangkapi koruptor. Sejarah mencatat, dari sejumlah kejadian terdahulu, sudah banyak usaha menangkapi dan menjebloskan koruptor ke penjara. Era orde baru, yang berlalu, kerap membentuk lembaga pemberangus korupsi. Mulai Tim Pemberantasan Korupsi di tahun 1967, Komisi Empat pada tahun 1970, Komisi Anti Korupsi pada 1970, Opstib di tahun 1977, hingga Tim Pemberantas Korupsi. Nyatanya, penangkapan para koruptor tidak membuat jera yang lain. Koruptor junior terus bermunculan. Mati satu tumbuh seribu, kata pepatah.

Salah satu kekeliruan upaya pemberantasan korupsi selama ini adalah terlalu fokus pada upaya menindak para koruptor. Sedikit sekali perhatian pada upaya pencegahan korupsi. Salah satunya lewat upaya pendidikan antikorupsi. Terakhir, era reformasi melahirkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang selain diserahi tugas penindakan, juga tugas pencegahan tindak pidana korupsi, seperti pendidikan antikorupsi kepada masyarakat.

Menyadari hal ini, tersembul gagasan memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum pendidikan tingkat SD hingga SMU, sebagai bentuk nyata pendidikan antikorupsi. Tujuan pendidikan antikorupsi adalah menanamkan pemahaman dan perilaku antikorupsi.

Ide memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum mendapat respons positif masyarakat. Hasil jajak pendapat harian Seputar Indonesia terhadap 400 responden (27/5), sebanyak 87% menyatakan perlunya memasukkan pendidikan antikorupsi dalam kurikulum. Keyakinan masyarakat juga relatif besar. Hampir 200 responden menyatakan keyakinannya bahwa pendidikan antikorupsi bisa berjalan efektif membendung perilaku korupsi di Indonesia.

Jajak pendapat itu menjaring pula pendapat masyarakat seputar pentingnya pendidikan antikorupsi. Masyarakat berharap pendidikan antikorupsi memberikan pengetahuan seputar korupsi dan bahayanya, mencetak daya manusia yang berkesadaran tinggi terhadap hukum, serta memutus mata rantai korupsi.

Lebih dari itu, masyarakat berkeinginan agar upaya pendidikan antikorupsi berjalan paralel dengan upaya lainnya, yakni maksimalisasi penegakan hukum, fungsi pengawasan yang ketat, sosialiasi dan kampanye gerakan antikorupsi secara berkala dan berkesinambungan, dan menghilangkan praktik korupsi dalam birokrasi.

Pokok Bahasan dalam Mata Ajaran

Pertanyaan muncul, haruskah pendidikan antikorupsi menjadi satu mata pelajaran tersendiri? Mestinya tidak, sebab hal ini malah akan menyusahkan anak didik. Saat ini peserta didik sudah demikian sesak dengan melimpahnya mata pelajaran yang harus dipelajari dan diujikan. Dikhawatirkan anak didik akan terjebak dalam kewajiban mempelajari materi kurikulum antikorupsi. Bisa jadi yang akan muncul adalah kebencian dan antipati pada mata pelajaran antikorupsi. Bukannya pemahaman dan kesadaran antikorupsi.

Pakar pendidikan Arief Rachman menyatakan tidak tepat bila pendidikan antikorupsi menjadi satu mata pelajaran khusus. Alasannya, karena siswa sekolah mulai SD, SMP, hingga SMU sudah terbebani sekian banyak mata pelajaran. Dari segi pemerintah, menurut Arief Rachman, akan berbuntut pada kesulitan-kesulitan, seperti pengadaan buku-buku antikorupsi dan repotnya mencari guru antikorupsi.

Menyikapi kesulitan tadi, pendidikan antikorupsi, menurut Arief Rachman, lebih tepat dijadikan pokok bahasan dalam mata pelajaran tertentu. Sebuah usulan yang mesti dicermati. Materi pendidikan antikorupsi nantinya bisa saja diselipkan dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Matematika, Bimbingan Karir, Bahasa. Pokok bahasan mencakup kejujuran, kedisiplinan, kesederhanaan, dan daya juang. Selain itu, juga nilai-nilai yang mengajarkan kebersamaan, menjunjung tinggi norma yang ada, dan kesadaran hukum yang tinggi.

Pendidikan Nilai,

Pendidikan antikorupsi bagi siswa SD, SMP, dan SMU akhirnya memang mengarah pada pendidikan nilai. Pendidikan antikorupsi yang mendukung nilai-nilai kebaikan. Pendidikan yang mendukung orientasi nilai, mengutip Franz Magnis Suseno, adalah pendidikan yang membuat orang merasa malu apabila tergoda untuk melakukan korupsi, dan marah bila ia menyaksikannya.

Menurut Franz Magnis Suseno, ada tiga sikap moral fundamental yang akan membikin orang menjadi kebal terhadap godaan korupsi: kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab.

Jujur berarti berani menyatakan keyakinan pribadi. Menunjukkan siapa dirinya. Kejujuran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama. Ketidakjujuran jelas akan menghancurkan komunitas bersama. Siswa perlu belajar bahwa berlaku tidak jujur adalah sesuatu yang amat buruk.

Adil berarti memenuhi hak orang lain dan mematuhi segala kewajiban yang mengikat diri sendiri. Magnis mengatakan, bersikap baik tetapi melanggar keadilan, tidak pernah baik. Keadilan adalah tiket menuju kebaikan.

Tanggung jawab berarti teguh hingga terlaksananya tugas. Tekun melaksanakan kewajiban sampai tuntas. Misalnya, siswa diberi tanggung jawab mengelola dana kegiatan olahraga di sekolahnya. Rasa tanggung jawab siswa terlihat ketika dana dipakai seoptimal mungkin menyukseskan kegiatan olahraga. Menurut Magnis, pengembangan rasa tanggung jawab adalah bagian terpenting dalam pendidikan anak menuju kedewasaan. Menjadi orang yang bermutu sebagai manusia.

Warung Kejujuran

Materi antikorupsi memang bisa kita selipkan sebagai pokok bahasan dalam mata pelajaran tertentu. Tetapi, pertanyaan lain muncul: apakah pendidikan antikorupsi hanya sekadar pemberian wawasan di ranah kognitif? Pendidikan antikorupsi jelas bukan cuma berkutat pada pemberian wawasan dan pemahaman. Tidak sekadar menghapal. Pendidikan antikorupsi tidak berhenti pada penanaman nilai-nilai. Lebih dari itu, pendidikan antikorupsi menyentuh pula ranah afektif dan psikomotorik. Membentuk sikap dan perilaku antikorupsi pada siswa. Menuju penghayatan dan pengamalan nilai-nilai antikorupsi.

Mencermati hal tersebut, KPK gencar mempromosikan dibentuknya warung kejujuran di setiap sekolah. Warung kejujuran adalah warung yang menjual makanan kecil dan minuman. Warung kejujuran tidak memiliki penjual. Warung yang tidak dijaga. Makanan atau minuman dipajang dalam warung. Dalam warung tersedia kotak uang, yang berguna menampung pembayaran dari siswa yang membeli makanan atau minuman. Bila ada kembalian, siswa mengambil dan menghitung sendiri uang kembalian dari dalam kotak tersebut.

Melalui warung kejujuran siswa belajar berperilaku jujur. Siswa belajar bersikap taat dan patuh, ketika tidak ada orang yang mengawasi. Belajar jujur pada diri sendiri. Intinya, inilah sebuah pendidikan antikorupsi yang langsung menyentuh domain afektif dan psikomotorik.

Kemudian, dalam konteks pendidikan antikorupsi, tatacara pengajaran tradisional mestinya dihilangkan. Siswa bukan obyek. Siswa bukan kertas putih yang bisa ditulis apa saja. Siswa bukan botol kosong, di mana siswa diisi dengan segala macam informasi dan nasihat, dan setelah itu dituntut mengeluarkannya kembali.

Bukan pendekatan seperti itu yang dibutuhkan. Pendekatannya berwujud penghargaan atas pendapat siswa guna merangsang kemampuan intelektual anak: keingintahuan, sikap kritis, berani berpendapat. Karena itu, pola pendidikan antikorupsi seyogianya bersifat terbuka, dialogis, dan diskursif.

sumber: http://www.pendidikan.net

*Fungsional Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
No Telp.: (021) 3522546 ext. 165

10 Kesalahan Memahami Sukses

Kesalahan 1
Beberapa orang tidak bisa sukses karena latar belakang, pendidikan, dan lain-lain. Padahal, setiap orang dapat meraih keberhasilan. Ini hanya bagaimana mereka menginginkannya, kemudian melakukan sesuatu untuk mencapainya.

Kesalahan 2
Orang-orang yang sukses tidak melakukan kesalahan. Padahal, orang-orang sukses itu justru melakukan kesalahan sebagaimana kita semua pernah lakukan. Namun, mereka tidak melakukan kesalahan itu untuk kedua kalinya.

Kesalahan 3
Agar sukses, kita harus bekerja lebih dari 60 jam (70, 80, 90…) seminggu. Padahal, persoalannya bukan terletak pada lamanya anda bekerja. Tetapi bagaimana anda dapat melakukan sesuatu yang benar.

Kesalahan 4
Anda hanya bisa sukses bila bermain sesuatu dengan aturan. Padahal, siapakah yang membuat aturan itu? Setiap situasi membutuhkan cara yang berbeda. Kadang-kadang kita memang harus mengikuti aturan, tetapi di saat lain andalah yang membuat aturan itu.

Kesalahan 5
Jika anda selalu meminta bantuan, anda tidak sukses. Padahal, sukses jarang sekali terjadi di saat-saat vakum. Justru, dengan mengakui dan menghargai bantuan orang lain dapat membantu keberhasilan anda. Dan, sesungguhnya ada banyak sekali orang semacam itu.

Kesalahan 6
Diperlukan banyak keberuntungan untuk sukses. Padahal, hanya dibutuhkan sedikit keberuntungan. Namun, diperlukan banyak kerja keras, kecerdasan, pengetahuan, dan penerapan.

Kesalahan 7
Sukses adalah bila anda mendapatkan banyak uang. Padahal, uang hanya satu saja dari begitu banyak keuntungan yang diberikan oleh kesuksesan. Uang pun bukan jaminan kesuksesan anda.

Kesalahan 8
Sukses adalah bila semua orang mengakuinya. Padahal, anda mungkin dapat meraih lebih banyak orang dan pengakuan dari orang lain atas apa yang anda lakukan. Tetapi, meskipun hanya anda sendiri yang mengetahuinya, anda tetaplah sukses.

Kesalahan 9
Sukses adalah tujuan. Padahal, sukses lebih dari sekedar anda bisa meraih tujuan dan goal anda. Katakan bahwa anda menginginkan keberhasilan, maka ajukan pertanyaan “atas hal apa?”

Kesalahan 10
Saya sukses bila kesulitan saya berakhir. Padahal, anda mungkin sukses, tapi anda bukan Tuhan. Anda tetap harus melalui jalan yang naik turun sebagaimana anda alami di masa-masa lalu. Nikmati saja apa yang telah anda raih dan hidup setiap hari sebagaimana adanya.

[The Top 10 Misconceptions About Success, Jim M. Allen]

SEMANGAT BERKARYA SANG PENEMU DARI INDONESIA

Bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Itulah kata-kata mutiara yang selalu ditulis sebagai penghargaan terhadap perjuangan para pendiri bangsa ini. Tentu kita sekarang dapat menikmati kemerdekaan ini adalah berkat perjuangan para pahlawan bangsa kita.

Namun rasanya belum sempurna menjadi bangsa yang baik, kalau kita sendiri tidak pernah merasa bangga menjadi bangsa Indonesia. Sudah seharusnya dengan segala daya upaya kita harus menunjukkan pada dunia, bahwa kita tidak kalah dengan bangsa manapun di dunia ini. Kita wujudkan mahkota tertinggi yang mampu kita raih-tentu sesuai dengan bidang kita masing-masing.

Sebagai bahan inspirasi mungkin kita perlu menghargai para pahlawan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh bangsa sendiri. Mereka telah dengan sukses menemukan berbagai teknologi yang sudah dimanfaatkan oleh banyak orang di dunia ini. Namun sayang nama mereka tidak begitu dikenal oleh dunia, bahkan oleh bangsa sendiri. Berikut saya cuplikkan dari Ragam Pustaka tentang daftar para penemu dari indonesia:

1. Abdul Jamil Ridho & Niti Soedigdo – Penemu Varietas Unggul Singkong Raksasa
2. Adi Rahman Adiwoso – Penemu Teknologi Baru dalam Telepon Bergerak Berbasis Satelit
3. Alexander Kawilarang – Penemu Kapal Ikan Bersirip
4. Andrias Wiji Setio Pamuji – Penemu Reaktor Biogas
5. Arief Indrasumunar – Penemu Kloning Gen-gen dalam Pembentukan “Root Nodule” pada Kedelai
6. Arief Mulyana Djumra – Penemu Pemacu Produktifitas dan Kualitas Udang dan Ikan
7. Aryadi Suwono & Tim Peneliti ITB – Penemu Bahan Pendingin Baru yang Lebih Hemat Energi
8. Ayub S. Parnata – Penemu Bakteri Kompos Organik
9. Bacharuddin Jusuf Habibie – Penemu Teori, Faktor dan Metode Habibie (Teknologi Pesawat Terbang)
10. Budi Noviantoro – Penemu Klip Penambat Bantalan Kereta Api dengan Dua Gigi
11. Dani Hilman Natawijaya – Penemu Indikator Alam (Terumbu Karang) terhadap Siklus Gempa
12. Djuanda Suraatmadja – Penemu Beton Polimer yang Ramah Lingkungan
13. Djoko Suprapto – Penemu Bahan Bakar dari Air
14. Eddyman, Intan Elfarini & Kanaka Sundhoro – Penemu Obat Antinyamuk Alami dan Murah
15. Evvy Kartini – Penemu Penghantar Listrik Berbahan Gelas
16. Fuad Affandi – Penemu Pupuk Alami dari Air Liur
17. Haryadi – Penemu Alat Penghancur Jarum Suntik Bekas
18. Herman Johannes – Penemu Tungku Berbahan Bakar Briket Arang Kayu dan Dedaunan
19. I Gede Ngurah Wididana – Penemu Formula Minyak Oles Bokhasi
20. I Made Budi – Penemu Formula Sari Buah Merah untuk Pengobatan
21. Johny Setiawan – Penemu Bintang Muda dan Planet Pertamanya
22. Lalu Selamat Martadinata – Penemu Alat Pemanggil Ikan
23. M. Djoko Srihono – Penemu Penjernih Air Limbah
24. Maruni Wiwin Diarti – Penemu Senyawa Antimikroba dari Rumput Laut
25. Miftahul Khairi – Penemu Penghapus Papan Tulis Elektrik
26. Minto – Penemu Kompor dan Pengering Hasil Tani dengan Tenaga Matahari
27. Mumu Sutisna – Penemu Hormon Penyubur Anakan Padi
28. Mulyoto Pangestu – Penemu Teknik Ekonomis Pembekuan Sperma
29. Nyamani – Penemu Alat Penambal Ban Elektrik
30. Neny Nurainy – Penemu Varian Virus Hepatitis B Indonesia
31. Puji Slamet Arif – Penemu Motor Listrik Hemat Energi
32. Rahmiana Zein – Penemu Teknik Pemisahan Cairan dalam Kecepatan Tinggi
33. Randall Hartolaksono – Penemu Formula Kimia Pemadam Api Ramah Lingkungan
34. Rizal & Juffri Sahroni – Penemu Penghemat Bahan Bakar Diesel
35. Robert Manurung – Penemu Minyak Jarak Murni
36. Saverinus Nurak – Penemu Mesin Pompa Tangan Berkekuatan Tinggi
37. Suparmin Sinuang Rahardja – Penemu Kompor Berbahan Bakar Air
38. Sutjipto & Ryantori – Penemu Konstruksi Fondasi Sarang Laba-laba
39. Sutrisno – Penemu Alat Perangkap Lalat Buah
40. Sedijatmo – Penemu Konstruksi Fondasi Cakar Ayam
41. Septinus George Saa – Penemu Rumus Penghitung antara Dua Titik Rangkaian Resistor .
42. Sofin Hadi – Penemu Metode Cincin untuk Sunat Tanpa Luka
43. Sri Wuryani, Mustadjab, Euis M. Nirmala, Siwi Hardiastuti – Penemu Pengawet Aroma dalam Hampa
44. Tjokorda Raka Sukawati – Penemu Landasan Putar Bebas Hambatan Sosrobahu
45. Warsimin Adiwarsito – Penemu Marmer Buatan
46. Widowati Siswomihardjo – Penemu Bahan Baru untuk Gigi Palsu yang Lebih Aman dan Murah
47. Windu Hernowo – Penemu Penghemat Bahan Bakar Mesin
48. Yanto Lunardi Iskandar – Anggota Tim Penemu HIV & Metode Peningkatan Hematopoiesis
49. Yudi Utomo Imardjoko – Penemu Kontainer Limbah Nuklir
50. Zahlul Badaruddin – Penemu Zahlul Integrated Unit (Desain Sistem Efisien untuk Produksi Obat/Kimia).

Harapan bangsa Indonesia bagi putra – putrinya tentu adalah menjadi suatu yang berguna bagi bangsa dan negara. Sesuatu itu tersirat dari simbol ”Tunas Kelapa” pada Pramuka. Suatu harapan besar dari ibu pertiwi bagi buah hatinya untuk menjadi seorang yang bermartabat dan bermakna bagi kemaslahatan umat.

Bagaimana dengan anda…? Apa yang sudah anda hasilkan untuk bangsa ini sekarang ?

cc. Kami (skimater) turut simpati kepada Bpk. Djoko Suprapto – ”Penemu Bahan Bakar dari Air” yang saat ini sedang mengalami masalah yang menyangkut Hukum. Kiranya pemerintah dapat bersikap adil dan bijak.

PEMURNIAN MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORPSI LEMPUNG TERAKTIVASI ASAM.

Lempung bentonit sangat menarik untuk diteliti karena lempung ini mempunyai struktur berlapis dengan kemampuan mengembang (swelling) dan memiliki kation-kation yang dapat ditukarkan (Katti and Katti, 2001). Meskipun lempung bentonit sangat berguna untuk adsorpsi, namun kemampuan adsorpsinya terbatas (Cool and Vanssant, 1998). Kelemahan tersebut dapat diatasi melalui proses aktivasi menggunakan asam (HCl, H2SO4 dan HNO3) sehingga dihasilkan lempung dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi (Kumar and Jasra, 1995). Asam sulfat merupakan asam yang memiliki bilangan ekivalen H+ lebih tinggi dibanding dengan asam klorida ataupun asam nitrat. Aktivasi lempung menggunakan asam akan menghasilkan lempung dengan situs aktif lebih besar dan keasamaan permukan yang lebih besar, sehingga akan dihasilkan lempung dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum diaktivasi (Komadel, 2003).
Sementara itu dewasa ini, khususnya di daerah penghasil cengkeh, sangat banyak terdapat penyulingan minyak daun cengkeh. Namun kualitas minyaknya masih sangat rendah sehingga harganyapun relatif murah. Adapun penyebab rendahnya kualitas ini karena minyak daun cengkeh yang dihasilkan masih mengandung pengotor yang kemungkinan berupa zat warna organik atau anorganik sehingga minyak ini berupa cairan yang berwarna gelap. Minyak daun cengkeh yang diproduksi dengan alat destilasi yang dibuat dari stainless steel umumnya mempunyai kualitas yang lebih baik, akan tetapi alat ini terlalu mahal sehingga petani memilih menggunakan alat yang terbuat dari besi (Guenther, 1990; Sastrohamidjojo, 2002). Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu cara yang murah untuk menghilangkan pengotor pada minyak daun cengkeh sehingga kualitasnya menjadi lebih baik.
Salah satu cara sederhana dan telah banyak dikembangkan oleh banyak peneliti untuk menghilangkan pengotor adalah metode adsorpsi. Beberapa peneliti menggunakan karbon aktif untuk mengadsorpsi material organik terlarut. Tetapi karena tingginya harga adsorben karbon aktif serta sulitnya diregenerasi, mendorong para peneliti untuk mencari material lain sebagai penggantinya. Salah satu bahan yang menarik untuk digunakan sebagai adsorben adalah material anorganik alam, misalnya lempung (McCabe, 1996). Penggunaan lempung sebagai adsorben mempunyai beberapa keunggulan karena lempung khususnya jenis bentonit mempunyai struktur antar lapis yang dapat dimodifikasi sehingga dapat memperbaiki sifatnya. Disamping itu pemanfaatan lempung sebagai adsorben dapat diregenerasi (Ryanto, 1994).
Pada penelitian ini akan dipelajari metode aktivasi lempung menggunakan H2SO4 serta uji adsorpsinya pada minyak daun cengkeh. Adapun kajian yang ditekankan pada pembuatan lempung teraktivasi asam yakni penentuan kondisi optimum reagen pengaktivasi. Diharapkan dengan perlakuan optimum akan menghasilkan lempung teraktivasi dengan aktivitas adsorpsi yang tinggi terhadap pengotor minyak daun cenkeh.
Lempung teraktivasi asam telah diuji adsorpsinya pada proses penjernihan minyak daun cengkeh. Pada proses sintesis dikaji pengaruh konsentrasi asam sulfat terhadap kualitas lempung hasil sentesis dan kemampuan adsorpsinya. Karakterisasi lempung hasil sintesis dilakukan dengan Gas Sorption Analyzer untuk menentukan luas permukaan spesifik, spektrofotometer FTIR untuk penentuan gugus-gugus fungsional .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan di atas menyebabkan terjadinya peningkatan pada: luas permukaan spesifik. Luas permukaan spesifik berturut-turut 48,27; 48,75; 54,31; 65,21; 62,91; dan 51,86 m2/g, untuk variasi konsentrasi asam sulfat = 0; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6 dan 2,0 M. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa lempung dengan aktivasi = 1,2 M menunjukkan aktifitas adsorpsi terbaik, yakni mampu mengadsorpsi pengotor paling banyak: 284,2 mg/g lempung dan menghasilkan minyak hasil adsorpsi paling jernih dengan perbandingan adsorben : minyak = 1 g : 40 mL.

Adopted by @_pararaja from : P. Suarya. 2008. Adsorpsi Pengotor Minyak Daun Cengkeh Oleh Lempung Teraktivasi Asam. Bukit Jimbaran, Bali : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana.

Buang Angin, Kok Muka Yang Dibasuh?!

Oleh : Achmad Faisol

Seorang pelajar bertanya kepada penulis, “Kalau kita buang angin, kenapa muka yang dibasuh? Kenapa bukan tempat buang angin itu?”

Penulis kaget sekali mendengar pertanyaan ini. Bukan karena apa-apa, tapi pertanyaan tersebut adalah pertanyaan kuno—sudah ada sejak dulu—bahkan sudah saatnya almarhum. Ternyata pertanyaan ini masih segar bugar, bahkan tak pernah menua. Pertanyaan tersebut biasanya dikemukakan oleh para pelajar yang berusaha memahami aturan beragama sesuai akal. Maklum, di usia pelajar hal itu wajar terjadi, setelah sekian lama mengimaninya. Bukankah akal memang diciptakan untuk mengokohkan iman?

Kadang pertanyaan ini diajukan oleh teman-teman dari agama lain. Ceritanya begini. Saat duduk di bangku SMAN 16 Surabaya, penulis dan teman-teman belajar Kristologi dibawah bimbingan seorang pakar Kristologi, KH. Abdullah Wasi‘an. Kristologi adalah ilmu yang mempelajari agama Kristen dari sudut pandang Islam, untuk diketahui kekurangan-kekurangannya. Seperti orang orientalis mempelajari agama Islam dari sudut pandang mereka, untuk dicari kelemahan-kelemahannya.

Sebenarnya, tujuan belajar Kristologi adalah untuk membentengi diri, supaya tidak mudah diprovokasi atau diajak memeluk agama lain. Namun, ada juga teman-teman yang usil, malah digunakan untuk berdialog dengan rekan-rekan Nasrani. Maklumlah, kalau seseorang baru belajar bela diri, biasanya centil banget. Sebagai hasilnya, kadang kami pun harus kalang kabut menjawab berbagai pertanyaan teman-teman Kristen. Rupanya mereka juga mempelajari agama Islam. Yah, itulah masa remaja, masa-masa yang penuh dengan pertanyaan dan gejolak. Mengingatnya, penulis jadi tersenyum sendiri. 🙂

Pada waktu itu, jawaban rata-rata dari para ustadz tentang buang angin tapi muka yang dibasuh adalah, “Itu sama saja dengan orang sakit kepala. Kepala yang sakit, tapi yang disuntik bagian lain.” Selesailah pertanyaan dan jawaban. Finish.

Penulis merenungkan lagi jawaban di atas. Setelah dikaji, penulis menyadari bahwa jawaban itu ternyata lemah dari sisi logika dan ilmiah. Kalau tentang suntik-menyuntik, para dokter dan pakar kesehatan akan bisa menjelaskan dengan detail dan gamblang. Nah, bagaimana kalau para ustadz diminta menjelaskan hubungan ilmiah antara buang angin dengan membasuh muka? Tentu tidak akan bisa menjawab banyak, bahkan terpojok; laksana sebuah bumerang, senjata makan tuan.

Penulis memikirkan lagi jawaban yang tepat sasaran untuk pertanyaan pelajar tersebut. Ternyata, dari sudut pandang logika, penulis menemukan bahwa justru pertanyaannya yang kurang tepat. Jadi, kalau dipaksa untuk tetap menjawab, maka jawabannya akan rapuh, tidak punya alasan dan bukti empiris kuat.

Selama penulis mengaji, penulis tidak pernah menemukan satu pun dalil atau fatwa ulama zaman dulu maupun kontemporer yang mengharuskan membasuh wajah setelah buang angin. Misalnya saja dalil itu berbunyi :

مَنْ كاَنَ لَهُ ضُرَاطٌ أَوْ فُسَاءٌ فَلْيَغْسِلْ وَجْـهَهُ

Siapa buang angin, baik berbunyi maupun tidak, maka dia harus membasuh muka.

Apakah dalil seperti itu pernah diajarkan kepada kita? Tidak, kan? Perlu penulis jelaskan bahwa dalil di atas dibuat dengan menggunakan ciri khas anak pesantren. Dalil tidak harus sesuai dengan ejaan bahasa Arab yang benar (boleh menggunakan bahasa Arab-Araban), namun tetap diusahakan dalam qaidah nahwu-sharaf (tata bahasa Arab). Hal ini termasuk bagian dari guyonan ala pesantren. 🙂

Dengan demikian, sudah nyata bahwa pertanyaan “Kalau kita buang angin, kenapa muka yang dibasuh?” tidak jelas arahnya dan terbukti sangat lemah muatannya.

Jika memang seperti itu, bagaimana pertanyaan yang tepat? Pertanyaan yang valid adalah, “Kalau kita buang angin, mengapa diharuskan berwudhu lagi ketika akan shalat? Apakah tidak cukup dengan membasuh atau membersihkan bagian buang angin itu saja?” Jadi, sudut pandangnya bukanlah buang angin, tapi batalnya wudhu sebab buang angin. Wudhu menjadi sentral pertanyaan, sedangkan buang angin menjadi salah satu bagiannya. Bukankah ada hal lain yang membatalkan wudhu?

Berwudhu tidak bisa disamakan dengan membasuh muka. Wudhu mempunyai syarat dan rukun. Adapun membasuh muka tidak ada aturannya, sehingga tidak mengenal istilah sah atau tidak. Pernahkah kita mendengar hukum “Hal-hal yang membatalkan membasuh muka”? Atau peraturan “Membasuh muka (di luar wudhu) dikatakan sah apabila dilakukan satu kali, dan sunnah sebanyak tiga kali basuhan”? Mendengarnya saja sudah menggelikan, apalagi bila benar-benar dibuat fatwa ulama tentangnya. Apa kata dunia? 🙂

Buang angin tidak termasuk najis, karena itu tidak perlu membasuh bagian buang angin. Bukankah sungguh merepotkan bila setiap buang angin kita harus membasuhnya? Buang angin termasuk hadats kecil yang membatalkan wudhu. Semua ulama sepakat, tidak ada perbedaan pendapat. Allah berfirman :

أَوْ جَاۤءَ أَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ ٱلْغَـاۤئِطِ

atau seseorang di antara kalian datang dari tempat buang air. (QS an-Nisâ’ [4] : 43)

SEKILAS TENTANG GANGGANG DAN PENANGGULANGANNYA (bagian 3) : Ikan Pemakan Ganggang (Siamese Algae Eater).

e. Predator (Ikan).
Alga juga dapat diminimalisir secara biologi menggunakan ikan pemakan alga.
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai “ikan”, seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
Beberapa spesies tuna dapat mempertahankan suhu tubuhnya, sehingga tidak dapat selalu dianggap poikilotermik. Ikan hiu putih raksasa (Great White Shark) adalah satu-satunya ikan yang benar-benar endotermik (berdarah panas).
Ikan biasanya memakan tumbuhan air seperti algae, atau rumput laut. Tetapi ada spesies ikan khusus yang dapat dikatakan sebagai pemakan Algae. Ikan pemakan algae diketahui sebagai cara yang efektif untuk mengontrol algae dalam suatu kolam. Ikan ini secara khusus membuat algae tidak dapat tumbuh sebelum Algae tersebut mempunyai kesempatan untuk tumbuh. Oleh karena itu, ini sangat di rekomendasikan bahwa beberapa pemakan algae dapat ditambahkan jauh sebelumnya.
Beberapa ikan pemakan algae antara lain Siamese Algae Eater (Crossocheilus Siamensis) yang diketahui merupakan satu-satunya yang efektif untuk memakan Red Beard / Brush Algae (Audoeuinella). Selain itu, terdapat beberapa ikan lain yang diketahui sebagai pemakan Algae, yaitu Ikan yang sangat mirip dengan SAE yang biasa disebut false Siamensis.
Ikan ini mirip dengan Chinese Algae Eater, yang sangat agresif dan tidak makan ganggang. Siamese Algae Eater (Crossocheilus siamensis) adalah suatu konsumen ganggang yang sangat baik dan dikenal memakan ganggang hitam maupun ganggang merah. Ada beberapa ikan di keluarga ini. Yang paling umum dilihat adalah Epalzeorhynchos kallopterus, biasanya mengenal sebagai Flying Fox, bertubuh kecoklat-coklatan dengan suatu belang yang hitam sharp-edged dengan suatu belang perunggu atau emas yang tipis terpisah di atasnya. Ikan ini cenderung sangat agresif ketika mereka dewasa dan tidak makan ganggang merah.
Siamese Algae Eater
Crossocheilus siamensis ( Smith, 1931). Ikan bertubuh langsing ini adalah satu-satunya pemakan ganggang merah. Diketahui berasal dari perairan Thailand dan Semenanjung Melayu. Pertama kali di kenal di Eropa pada Tahun 1962, tetapi menjadi populer karena kemampuan nya ketika 1970 diketahui dapat memakan ganggang merah. Ikan ini kemudian dikenal dengan nama Siamese Algae Eater (Crossocheilus siamensis).
Bertubuh langsing, berwarna coklat – abu-abu, memiliki belang yang horizontal pada tubuhnya. Panjang maksimumnya dapat mencapai 15 cm ( 6 inchi) dan diperkirakan diperoleh dalam waktu dua tahun, jika kondisi lingkungannya optimal. Secara normal mereka tumbuh lebih lambat dan tidak selalu menjangkau ukuran tersebut. Mereka berumur di atas 10 tahun. Sirip sedikit seperti susu atau transparan tanpa kemilau yang kemerah-merahan atau kuning.
Ketika ikan tersebut dalam keadaan tertekan (stress) atau berkelahi warna yang hitam memudar dengan mantap. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih seperti perak, tetapi keseluruhan badan bagian atas adalah kecoklat-coklatan dan tiap-tiap skala mempunyai suatu tepi yang gelap, yang membuat reticular nampak bersinar. Beberapa tepi skala yang gelap boleh jadi dilihat di bawah belang yang hitam . Mempunyai dua pinsang tipis, forward-pointing barbels tetapi mereka boleh jadi ditekan melawan terhadap pipi ketika ikan sedang berenang atau beristirahat. Ikan ini dapat umumnya mencapai panjang 5-7 cm ( 2-3″); Biasanya Betinanya sedikit lebih besar dan gemuk dari pada yang jantan., selain itu tidak perbedaan seksual lain dikenal.
Ikan ini sangat aktif berenang, tumbuh dengan baik bila berada dalam kelompok, tetapi dapat juga hidup sendirian atau berdua-dua. Ikan merupakan pelompat yang kuat dan harus tidak ditinggalkan tanpa kendali di (dalam) kolamnya. Siamese Algae Eater sering berkejar-kejaran, tetapi mereka tidak pernah mendapatkan luka di perkelahian ini.. C. siamensis mempunyai keganjilan dalam posisi istirahatnya, yaitu menopang seluruh berat badan pada ekornya dan sirip berkenaan dengan dada dan panggul. Ikan yang muda kadang-kadang bersembunyi pada daun-daun yang luas/lebar, spesimen dewasa menyukai beristirahat di atas tumbuhan yang rendah tebal/padat seperti Cryptocorynes.
Siamese Algae Eater merupakan ikan yang mudah hidup di segala kondisi. Temperatur yang yang ideal adalah 24-26 0C ( 75-79 F). Mereka dapat hidup pH dari 5.5 sampai 8.0, pH optimum 6.5 -7.0. Hardness harus kurang dari 20 dH. Air harus oxygenated dan bersih, sebab mereka datang dari daerah yang berarus cepat. Mereka makan ganggang, termasuk ganggang merah dan semua macam makanan yang ada. Ukuran kolam yang minimum untuk sepasang SiameseAlgae Eater dewasa adalah 100 liter ( 25 galon). Akuarium harus mempunyai banyak tumbuhan yang hidup.
Siamese Algae eater cukup terkenal di Eropa sebagai pembersih Aquarium.. Ikan ini merupakan salah satu dari sepuluh ikan terkenal di Finlandia. Tetapi ikan ini tidak cukup dikenal di Amerika dan Inggris, Ikan Flying Fox biasa disamakan dengan ikan tersebut. sehingga terjadi perbedaan pemahaman.
Selain Siamese Algae Eater (Crossocheilus siamensis), terdapat lima ikan dari Thailand dan sekitarnya, mencakup Siamese Algae Eater ( Crossocheilus siamensis) yang dikenal sebagai pemakan ganggang, yaitu :
Flying Fox, Epalzeorhynchus kalopterus (Bleeker, 1850) Flying Fox merupakan yang yang paling bewarna dan paling agresif diantara kelompok ikan ini. Oleh karena itu ikan ini lebih banyak dikenal daripada Siamese Algae Eater. Berasal dari perairan dari Thailand, Sumatra dan Borneo. Karena bentuknya yang mirip dengan Siamese Algae Eater, biasanya ikan ini dijual sebagai SAE.Bentuk badan dan sirip mirip dengan SAE, tetapi berwarna agak coklat keemasan dan tidak memiliki garis hitamyang menyebar horizontal di tubuhnya. Kondisi lingkungan hidupnya tidak berbeda dari SAE. Tetapi untuk pemeliharaan dalam kolam sebaiknya tidak lebih dari satu ikan dewasa karena dapat saling memburu ikan lainnya.
Crossocheilus oblongus(Cuvier dan Valenciennes, 1842) Ikan ini mungkin masih merupakan keturunan dari SAE, sehingga tak jarang ikan ini berada satu kelompok dengan SAE. Oleh karena itu, ikan ini dikenal sebagai “False Siamese”.bentuk tubuh dan warnanya tidak jauh berbeda dengan SAE, tetapi ia memiliki sirip yang transparan dan belang hitam tidak meluas di seluruh tubuhnya. Panjangnya yang maksimum adalah 10 cm ( 4″). Perilaku, dan lingkungan hidupnya mungkin mirip dengan spesies sebelumnya.
Chinese Algae Eater, Gyrinocheilus aymonieri (Tirant, 1883) Ikan ini termasuk keluarga Gyrinocheilida, walaupun menyerupai Ikan pemakan ganggang lainnya, tetapi ikan ini tidak memakan ganggang. Sebenarnya namanya kurang tepat, karena ikan ini berasal dari Thailand Utara dan perairan India. Bagian yang mencolok dari ikan ini adalah mulut yang berbentuk Suckermouth’ Corak yang sama ini dilihat Suckermouth Catfishes. Tubuhnya berwarna kuning-keabuan, Spesimen yang muda lebih berwarna-warni/bersemangat. Ada beberapa tambalan yang gelap di punggung dan warna coklat kecil menyoroti di ekor. Semua sirip yang lain adalah sedikit kecoklat-coklatan atau transparan. Panjangnya yang maksimum adalah 27 cm ( 11″) tetapi secara normal tidak melebihi 15 cm ( 6″) di (dalam) suatu akuarium. Betina lebih besar daripada jantan. Ikan ini juga memiliki semacam katup dibagian atas insangnya, sehingga memungkinkan bernapas tanpa membuka mulutnya. Hidup pada lingkungan bertemperatur 22 – 28 0C, dan ph antara 6.0 – 7.5. Spesimen lebih tua menyukai makanan tiruan dan agak agresif.
False Siameses (Epalzeorhynchus sp. atau Garra taeniata) Ikan ini memakan ganggang ikat/duri dan betul-betul menyerupai SAE. Diketahui datang dari daerah yang sama dan sedikit specimen muda berkelompok bersama..Di Finlandia, Ikan ini sering salah dikira sebagai SAE, Di Amerika ikan ini yang disebut sebagai SAE yang riil, karena kebanyakan literature disana menuliskan bahwa ciri-ciri SAE mengacu pada ikan ini. Bentuk tubuh, warna dan lingkungan hidupnya sangat mirip dengan SAE. @-pararaja-


Bersambung…!

Zeolit Sebagai Katalis

Zeolit merupakan bahan alam yang banyak terdapat di Indonesia, sehingga sangat diperlukan pengetahuan dan penelitian mengenai zeolit alam itu sendiri serta cara-cara pengolahannya. Zeolit merupakan bahan pengemban yang paling sering digunakan dewasa ini. Zeolit terdiri atas gugusan alumina dan gugusan silika-oksida yang masing– masing berbentuk tetrahedral dan saling dihubungkan oleh atom oksigen sedemikian rupa sehingga membentuk kerangka tiga dimensi.

Hamdan (1992), mengemukakan bahwa zeolit merupakan suatu mineral berupa kristal silikaalumina yang terdiri dari tiga komponen yaitu kation yang dapat dipertukarkan, kerangka alumino-silikat dan air. Air yang terkandung dalam pori tersebut dapat dilepas dengan pemanasan pada temperatur 300 oC sampai dengan 400 oC. Dengan pemanasan pada temperatur tersebut air dapat keluar, sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan (Sutarti dan Rachmawati, 1994).

Jumlah air yang terkandung dalam zeolit sesuai dengan banyaknya pori atau volume pori. Zeolit banyak ditemukan dalam bahan batuan vulkanik dan sedimen serta batuan metamorfose karena pengaruh pemanasan dan pendinginan. Untuk menggambarkan hubungan antara komposisi dan struktur zeolit, Hamdan (1992) menuliskan rumus umum zeolit sebagai berikut, Mx/n {(AlO2)x(SiO2)y}.pH2O di mana ‘M’ adalah kation bermuatan positif n yang dapat dipertukarkan, ‘x’ adalah jumlah Al, ‘y’ adalah jumlah Si, ‘p’ adalah jumlah air kristal, ‘y/x’ = 1 sampai dengan 6, ‘p/x’ = 1 sampai dengan 4, ‘{ }’ merupakan bentuk kerangka dasar struktur alumina-silika. Zeolit alam bercampur dengan mineral lain seperti felspar, sodalit, nephelit dan leusit. Diperkirakan zeolit alam terbentuk dari lava gunung berapi yang membeku menjadi batuan vulkanik, membentuk sedimen sedimen dan batuan metamorfosa dan selanjutnya mengalami proses pelapukan karena pengaruh panas dan dingin membentuk mineral zeolit.

Katalis adalah suatu istilah yang sudah banyak dikenal oleh para peneliti dalam proses kimia. Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat proses reaksi kimia dan banyak digunakan dalam industri dan umumnya digunakan katalis heterogen. Katalis heterogen yang digunakan biasanya dalam bentuk logam murni atau oksidanya. Katalis yang banyak digunakan secara umum adalah katalis dalam bentuk logam-pengemban. Pemilihan pengemban ini harus memperhatikan sifat–sifat bahan pengemban itu sendiri, seperti stabilitas termal yang tinggi, memiliki rongga yang memungkinkan terjadinya adsorpsi, mempunyai kemampuan untuk mengikat logam sebagai katalis, mempunyai luas permukaan yang besar. Kemampuan zeolit sebagai katalis ditentukan oleh struktur dan komposisi zeolit. Keberadaan zeolit dalam reaksi katalitik heterogen menjadi relatif penting karena struktur zeolit yang berpori dan sifat alami dari Al(3+), Si(4+), O(2-) yang saling terikat dengan pola tertentu.

Keasaman zeolit merupakan salah satu faktor yang penting dalam penggunaan zeolit sebagai pengemban dan sebagai katalis. Zeolit yang digunakan secara luas sebagai katalis didasarkan pada produksi situs asam Bronsted dan adanya situs asam Lewis yang terdapat dalam pori zeolit (Smith,1992). Kation-kation dalam kerangka zeolit dapat ditukar dan disubstitusi tanpa merubah struktur kerangka (isomorfis) dapat menimbulkan gradien medan elektronik dalam kanal-kanal dan ruangan-ruangan zeolit (Smith, 1992). Gradien ini akan dialami semua adsorbat yang masuk ke pori zeolit, karena kecilnya diameter pori yang ukurannya beberapa angstrom. Sebagai akibatnya kelakuan-kelakuan zat teradsorpsi seperti tingkat dissosiasi, konduktivitas dan lain-lain akan berbeda dari kelakuan zat yang bersangkutan dalam keadaan normalnya. Molekul yang polar (misalnya : amoniak atau air) akan berinteraksi lebih kuat dengan gradien medan elektronik intrakanal dan gradien medan elektronik intrakristal, dibanding molekul-molekul non polar. Zeolit yang banyak mengalami substitusi kerangka isomorfis (rasio Si/Al rendah) akan memiliki medan elektronik lebih besar dibanding zeolit yang sedikit mengalami substitusi isomorfis, sehingga cenderung memilih molekul-molekul yang polar untuk diadsorpsi. Sebaliknya molekul-molekul non polar lebih suka diserap oleh zeolit dengan rasio Si/Al tinggi.

Ukuran pori merupakan faktor yang cukup penting yang berperan dalam proses adsorpsi. Molekul dengan ukuran besar sulit dapat masuk ke dalam pori atau ruang-ruang yang terdapat dalam zeolit jika ukuran porinya lebih kecil dibanding molekulnya. Molekul dengan ukuran kecil lebih mudah melakukan penetrasi ke dalam pori. Ukuran molekul erat kaitannya dengan bentuk geometri molekul, sehingga bentuk molekul berpengaruh terhadap adsorpsi (Smith, 1992).

Sistem katalis logam pengemban yaitu suatu sistem katalis yang dibuat dengan cara menempatkan komponen aktif logam ke dalam suatu bahan pengemban berpori seperti zeolit. Situs aktif logam diharapkan akan terdispersi secara merata ke seluruh permukaan dan pori- pori pengemban. Kemudian dilakukan aktivasi untuk meningkatkan kinerja katalis. Penempatan logam dalam pengemban merupakan hal yang penting dalam preparasi katalis. Penempelan logam dalam pengemban bertujuan untuk memperluas (memperbanyak) permukaan aktif (situs aktif). Teknik penempelan logam ke dalam pengemban akan berpengaruh terhadap dispersi dan juga sifat interaksi antara logam dengan pengemban, dimana yang biasa digunakan adalah dengan cara impregnasi basah, impregnasi kering dan dengan cara pertukaran ion.

Katalis logam pengemban dibuat dengan cara reduksi garam logam yang telah diembankan/dimasukkan dalam bahan pengemban, kemudian dipanaskan dan dikalsinasi untuk memodifikasi komposisi kimia, kemudian dilanjutkan dengan oksidasi dan reduksi untuk logam yang diembankan. Zeolit digunakan sebagai pengemban karena struktur kristalnya berpori dan memiliki luas permukaan yang besar, tersusun oleh kerangka silika–alumina, memiliki stabilitas termal yang tinggi, harganya murah serta keberadaannya cukup melimpah.

Menurut penelitian yang di lakukan Trisunaryanti, dkk (1996), zeolit alam di Indonesia, ternyata mengandung silika-alumina amorf dan kristal mordenit, yang setelah diaktivasi dan dimodifikasi mempunyai aktifitas yang baik. Berdasarkan kenyataan di atas, maka dimungkinkan untuk membuat katalis dari bahan zeolit alam Indonesia yang relatif murah dan berlimpah, dengan sifat kimia dan fisika yang bervariasi. Dispersi logam aktif ke permukaan pengemban mempunyai tujuan memperluas permukaan katalis dan memperbanyak jumlah situs aktif. Dengan demikian diharapkan kontak antara reaktan dengan katalis akan semakin banyak sehingga reaksi akan semakin mudah dan cepat. Tujuan lain digunakannya pengemban adalah untuk mengatur jumlah logam yang dibutuhkan dan meningkatkan aktivitas katalis serta daya tahan kerja katalis (Anderson dan Boudart, 1981). @_pararaja

Pinter namung keblinger

Kata-kata bahasa jawa yang berarti ”pintar tetapi tidak bisa menempatkan ilmunya”.

Yach…kita banyak ketahui Ilmuwan, Dokter dan selangit titel orang punya, tetapi kok salah kaprah. Banyak ilmu dislewengkan tidak pada tempatnya, banyak hal-hal baru yang mereka ciptakan, manfaatnya tidak seberapa tapi efeknya yang ditimbulkan bagi masyarakat secara langsung maupun tidak langsung sangatlah bahaya.

Kita sering mengkonsumsi berbagai jenis makanan, yang mungkin kita tidak tahu cara pembuatan dan komposisi yang digunakan. Banyak bahan-bahan kimia berperan penting untuk meningkatkan profit produsen dengan memanfaatkan ketidak tahuan konsumen akan bahaya yang mungkin akan ditimbulkan oleh makanan tersebut. Konsumen mudah tertarik dengan produk yang murah, banyak, menarik tanpa menghiraukan kualitas.

Banyak badan usaha atau PT sekalipun yang sudah bonavit kucing-kucingan dengan badan BPOM dengan produk yang dipasarkan, rekayasa analisa maupun manipulasi komposisi dilakukan guna mendapatkan keuntungan semata. Apa kita sadar dengan produk-produk berbagai macam merk yang terkenal maupun abal-abal dan membanjiri pasar?. Apa yang terjadi jika produk-produk itu adalah produk buatan industri kecil yang hanya kejar setoran tanpa sebuah analisa Laboratorium?. Apa kita yakin akan semua produk yang ada di pasar layak untuk dikonsumsi.

Manipulasi-manipulasi komposisi yang terjadi pada makanan yang dikonsumsi kita adalah: Baca lebih lanjut

Puli/ Lempeng/ Gendar Vs Borax

Sebagai orang jawa = Puli/ Lempeng/ Gendar bukan makanan asing, di setiap meja makan mungkin ”always forever prepared” yach..bisa dibilang ” empat sehat lima gendar”. Klo nggak kriuk kok ada yg kurang, makan nggak ada bunyian kurang asyik….

Tahukah teman-teman cara pembuatannya?

Yach..nasi yang dicampur dengan obat (bleng/puli versi jawa/publik) (borax versi kimia). Tahukah itu apa?

200px-borax_crystals

Sodium tetraborate decahydrate

Na2B4O7·10H2O atau Na2[B4O5(OH)4]·8H2O

Puli/bleng adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti krupuk puli/lempeng/karak dan gendar. Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.

Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.

Pemerintah telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan makanan per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988.

YLKI melalui Warta Konsumen (1991) melaporkan, sekitar 86,49 persen sampel mi basah yang diambil di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya mengandung asam borat (boraks). Lalu 76,9 persen mi basah mengandung boraks dan formalin secara bersama-sama. YLKI juga melaporkan adanya boraks pada berbagai jajanan di Jakarta Selatan.

Bahaya bleng dan boraks

Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.

Beberapa jenis pengawet lain yang sebenarnya bukan BTM, tetapi digunakan untuk mengawetkan makanan sehingga penggunaanya sangat membahayakan konsumen diantaranya natrium, tetra, boraks (borax), asam salisilat dan garamnya, dietilpilokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang di brominasi

(brominated vegetable oil), nitrofurazon, dan kalium atau pottasium bromat. Diantara bahan-bahan tersebut yang paling sering digunakan di masyarakat adalah formalin dan boraks.

Bleng atau boraks biasanya dipakai dalam pembuatan makanan berikut ini:

* karak/lempeng/puli/gendar (kerupuk beras) sebagai bahan baku

* mi

* lontong, sebagai pengeras

* ketupat, sebagai pengeras

* bakso, sebagai pengawet dan pengeras

* kecap, sebagai pengawet

Referensi

1. ^ http://www.suaramerdeka.com/harian/0709/03/ragam05.htm

Pranala luar

* http://www.suaramerdeka.com/harian/0709/03/ragam05.htm

* http://www.disnakkeswan-lampung.go.id/index2.php

* Zat pengganti Formalin dan Boraks

* [eng] International Chemical Safety Card 0567

* [eng] International Chemical Safety Card 1229 (fused borax)

* [eng] National Pollutant Inventory – Boron and compounds

* [eng] NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards

* [eng] Sodium Borate in sefsc.noaa.gov

Bahan – bahan Media Filtrasi. (2)

3. Pasir aktif
Pada unit penyaring, pasir aktif digunakan untuk menghilangkan besi dan mangan atau juga untuk filtrasi flokulasi. Pasir aktif yang sudah mempunyai lapisan katalistik di permukaan butirannya dapat mempercepat proses penghilangan besi (Fe) dan mangan (Mn).
Filter untuk menghilangkan besi dan mangan dengan proses biologis atau maupun untuk nitrifikasi dibutuhkan waktu awal operasional penyaring yang lebih panjang sampai beberapa bulan. Fase itu bisa dikurangi untuk filter dengan cara biologis dengan menjaga potensi redoks dan nilai pH optimal dan juga dengan menambah nutrisi untuk mikroorganisme/bakteri yang dibutuhkan.
Untuk penyaringan flok atau “flok filtration” bisa juga ditambah polielektrolit kedalam air pencucian sehingga status beban elektrik dari partikel media filter bisa dipengaruhi untuk mempercepat proses flokulasi.
Air baku yang mengandung besi dan mangan dilalukan ke dalam filter yang berisi media pasir aktif (material yang dilapisi oleh MnO2) dengan kecepatan penyaringan yang tidak terlalu tinggi, untuk memungkinkan proses oksidasi berjalan dengan baik, yaitu kontak antara air dengan butiran pasir yang mengandung lapisan MnO2 dipermukaannya, cukup efisien. MnO2 mengoksidasi besi dan mangan terlarut saat air mengalir melewati media penyaring, menghasilkan endapan besi dan mangan, dimana endapan ini akan tertahan pada saringan, sehingga air yang keluar dari filter, bebas dari besi dan mangan. MnO2 sendiri tereduksi menjadi Mn2O3 (seperti terlihat pada reaksi di bawah).
Fe2+ + MnO2 Mn2O3 + Fe3+
Mn2+ Mn4+
bilok +4 menjadi bilok +3 (tereduksi)
Bentuk tereduksi ini memerlukan regenerasi (mengaktifkan kembali) lapisan tersebut, dengan cara melalukan larutan KMnO4 (bisa digunakan larutan bekas merendam (jika belum rusak), atau larutan KMnO4 ( 3 – 5 % ) yang baru dengan kecepatan yang relatif rendah, secara kontinu atau “batch process”, jika perlu lakukan aliran berulang-ulang, sampai dapat dipastikan lapisan MnO2 sudah terbentuk kembali dan menempel kuat pada permukaan butiran. Setelah selesai lakukan pembilasan sampai air yang keluar dari filter tidak berwarna merah-ungu (warna KMnO4). Reaksi yang terjadi seperti berikut :
Mn2O3 + MnO4 – MnO2 + ……..
blok +3 m e n j a d i blok +4 (teroksidasi)
Setelah terjadi reaksi oksidasi ini, pasir akan aktif kembali dan filter siap digunakan kembali.
Jika air baku sebelumnya telah mengalami proses aerasi, pasir aktif yang dilapisi MnO2 ini mempunyai efek katalis pada proses oksidasi besi dan mangan oleh oksigen, sehingga pada kasus ini MnO2 tidak berubah (tidak tereduksi) dan tidak perlu diregenerasi.
Sebaiknya filter ini merupakan filter kering, hal ini dapat meningkatkan proses oksidasi, karena air akan meresap ke dalam lapisan penyaring lebih lama bila dibandingkan dengan air meresap ke dalam lapisan penyaring yang basah, hal ini akan memperpanjang waktu kontak, Sehingga proses oksidasi akan berjalan lebih efisien (dan keuntungan lainnya seperti diterangkan di atas

4. Arang breket
Arang breket adalah hasil dari proses “cracking” minyak bumi atau proses “cracking” Batu bara. Arang breket biasanya berbentuk pecahan dengan ukuran keseragaman partikel yang tinggi. Material ini dipakai pada filter tunggal maupun filter ganda. Untuk proses pengolahan air minum harus diperhatikan supaya tidak ada zat yang bisa larut kedalam air penyaring, misalnya zat anorganik atau ion logam. Sifat dari arang breket itu tergantung dari proses pembuatannya, misal dengan suhu yang tinggi, sedang atau rendah. Arang breket juga bisa bersifat pengadsorpsi atau katalis dan juga sekaligus merupakan permukaan yang cocok untuk proses bakteriologis.

5. Pasir Silika
Pasir silika adalah silikat ( silika dioksida, SiO2 ) alami yang merupakan batuan dengan berat jenis yang tinggi, biasanya dipakai hanya yang berukuran partikel kecil, biasanya dipakai sebagai media penyaring filter dengan media tunggal dan sebagai lapisan dibagian bawah didalam filter media ganda.

6. Silmenik
Silmenit adalah Fe-titanat alami dengan berat jenis yang tinggi. Biasanya dipakai dalam bentuk butiran sebagai media filter misalnya sebagai pengganti pasir silika didalam filter media ganda.
(berlanjut ke bagian 3).
@_pararaja

Membicarakan Orang/Kelompok Lain, Kebiasaan Kitakah? (2 of 2)

Oleh : Achmad Faisol

Tentang membicarakan aib orang lain, Rasulullah saw. telah mengingatkan kita,

يَامَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَـانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ اْلإِيْمَانُ قَلْبَهُ لاَيَغْتَابُوا الْمُسْلِمِيْنَ وَلاَتَتَّبِعُوْا عَوْرَاتَهُمْ فَإِنَّهُ مَنْ تَتَّبِعْ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فىِ جَوْفِ بَيْتِهِ

“Wahai sekalian manusia yang beriman dengan lidahnya, (namun) belum masuk iman ke dalam hatinya. Janganlah engkau sekalian menggunjing orang-orang Islam dan jangan membuka aib mereka, (karena) sesungguhnya orang yang membuka aib saudaranya yang muslim, maka Allah akan membuka aibnya. Dan siapa yang aibnya dibuka Allah, maka Dia akan membukanya sekalipun di dalam rumahnya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

إِنَّ أَكْثَرَ خَطَايَا اِبْنَ آدَمَ فِيْ لِسَانِهِ

Sesungguhnya kebanyakan dosa manusia itu (bersumber) pada lidahnya. (HR Baihaqi, Ibnu Abi Dunya dan Thabrani)

إِخْزِنْ لِسَانَكَ إِلاَّ مِنْ خَيْرٍ، فَإِنَّكَ بِذٰلِكَ تَغْلِبُ الشَّيْطَانَ

Simpanlah lidahmu kecuali untuk yang baik, sebab dengan begitu engkau telah mengalahkan setan. (HR Ibnu Hibban dan Thabrani)

أَلْكَلِمَةُ الطَّـيِّبَةِ صَدَقَةٌ

Ucapan yang baik adalah sedekah. (HR Muslim)

Dzun Nun al-Mishri pernah ditanya oleh seseorang,
“Siapa orang yang paling mampu menjaga diri?”
“Orang yang betul-betul menjaga lisannya,” jawabnya.

‘Aidh al-Qarni menuturkan, “Kesehatan hati dan kesucian lidah adalah karunia Allah. Orang yang mendapatkan karunia ini akan dengan senang hati menutup aib sesama, perangainya bersih, hatinya jernih, selalu melihat sisi terang dalam kehidupan manusia, senang melihat sifat-sifat terpuji, gembira melihat kebiasaan yang baik, selalu berusaha mengajak orang lain kepada kebaikan, memaafkan kesalahan orang lain, memuji sifat-sifat mulia, dan mengabaikan hal-hal selain itu. Dengan kata lain, ia tidak mempunyai waktu untuk menggagas kesalahan sesama dan tidak pula mempunyai kesempatan untuk menghanguskan keshalehan orang lain dengan api kedengkian.”

Seorang bijak memberi nasihat, “Mengendalikan nafsu sama seperti mendidik anak kecil. Jika kita memanjakannya sejak bayi, maka ia akan tumbuh dewasa tak terkendali. Begitu pula nafsu. Jika kita menurutinya selalu, maka ia akan membesar, dan kita pun harus bersusah-payah mengendalikannya. Anehnya, semua orang sepakat untuk tidak memanjakan anak, tapi mengapa tidak semua orang sepakat untuk mengendalikan hawa nafsu?”

أَلْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ السُّوْءَ، وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ هَوَاهُ

Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan perbuatan jelek (keji) dan orang yang berjihad adalah orang yang memerangi hawa nafsunya. (HR Ibnu Majah dan an-Nasa’i)

Ibnul Mubarak menerangkan, “Siapa meninggalkan etika baik, maka Allah akan membuat dirinya melalaikan sunnah. Siapa melalaikan sunnah, maka Allah akan menjadikan dirinya melalaikan yang wajib. Siapa meninggalkan yang wajib, maka Allah akan menimpakan kepadanya kufur. Siapa yang melakukan perbuatan demikian ini, maka ia telah berada dalam kegelapan di atas kegelapan. Andai saja ia memperlihatkan kedua tangan, ia nyaris tidak akan bisa melihatnya.”

Empat Pilar Belajar.

Oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.

Untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan dunia yang sangat cepat, Unesco (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) merumuskan empat pilar belajar, yaitu: belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar berkembang secara utuh (learning to be).

1. Belajar mengetahui (learning to know)

Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Dewasa ini terdapat ledakan informasi dan pengetahuan. Hal itu bukan saja disebabkan karena adanya perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu dan teknologi, tetapi juga karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang elektronika, memungkinkan sejumlah besar informasi dan pengetahuan tersimpan, bisa diperoleh dan disebarkan secara cepat dan hampir menjangkau seluruh planet bumi. Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, penerapan, dll. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan: memperluas wawasan, meningkatakan kemampuan, memecahkan masalah, belajar lebih lanjut, dll.

Jacques Delors (1996), sebagai ketua komisi penyusun Learning the Treasure Within, menegaskan adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean) dan pengetahuan sebagai hasil (end). Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk pencapaian berbagai tujuan, seperti: memahami lingkungan, hidup layak sesuai kondisi lingkungan, pengembangan keterampilan bekerja, berkomunikasi. Sebagai hasil, pengetahuan mereka dasar bagi kepuasaan memahami, mengetahui dan menemukan.

Pengetahuan terus berkembang, setiap saat ditemukan pengetahuan baru. Oleh karena itu belajar mengetahui harus terus dilakukan, bahkan ditingkatkan menjadi knowing much (berusaha tahu banyak).

2. Belajar berkarya (learning to do)

Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Dalam konsep komisi Unesco, belajar berkarya ini mempunyai makna khusus, yaitu dalam kaitan dengan vokasional. Belajar berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. Sejalan dengan tuntutan perkembangan industri dan perusahaan, maka keterampilan dan kompetisi kerja ini, juga berkembang semakin tinggi, tidak hanya pada tingkat keterampilan, kompetensi teknis atau operasional, tetapi sampai dengan kompetensi profesional. Karena tuntutan pekerjaan didunia industri dan perusahaan terus meningkat, maka individu yang akan memasuki dan/atau telah masuk di dunia industri dan perusahaan perlu terus bekarya. Mereka harus mampu doing much (berusaha berkarya banyak).

3. Belajar hidup bersama (learning to live together)

Dalam kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup bersama dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomonikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup bersama. Tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan, kebudayaan, tradisi, dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa bekerjasama dan hidup rukun, mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable (berusaha membina kehidupan bersama)

4. Belajar berkembang utuh (learning to be)

Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya. Sebenarnya tuntutan perkembangan kehidupan global, bukan hanya menuntut berkembangnya manusia secara menyeluruh dan utuh, tetapi juga manusia utuh yang unggul. Untuk itu mereka harus berusaha banyak mencapai keunggulan (being excellence). Keunggulan diperkuat dengan moral yang kuat. Individu-individu global harus berupaya bermoral kuat atau being morally.

 

Pompa Air Tanpa Motor

Mungkin Anda sudah pernah mendengar tentang pompa hidran. Pompa ini mampu mengalirkan air tanpa bantuan mesin pemompa. Daya penggeraknya adalah tekanan dinamik yang ditimbulkan oleh gaya air yang meluncur dari suatu ketinggian.

Tekanan air itu kemudian diubah sebagai tenaga pendorong mengangkat air ke tempat sasaran yang lebih tinggi. Prinsip-prinsip tersebut pun ada dalam Pompa Air Tanpa Motor (PATM) karya Ade R Purnama dari Bandung, Jawa Barat. Hanya saja dia telah melakukan serangkaian uji coba yang menjadikan modifikasinya tersebut layak untuk diaplikasikan di lapangan dengan kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pompa hidran biasa. Bahkan temuan Ade telah mendapatkan hak paten pada tahun 1996.

Keunggulan

PATM tergolong unik karena memanfaatkan kekuatan alamiah berupa tekanan atau gaya air. Wajar bila alat ini dikatakan hemat karena tidak perlu menggunakan motor penggerak dan tidak memerlukan bahan bakar/tenaga listrik. Biaya perawatan pun kecil. Alat ini mampu bekerja terus menerus, 24 jam, dan mampu mengalirkan air sampai ketinggian ratusan meter dari sumber air. Tidak perlu ada operasionalisasi yang rumit, karena alat telah bekerja secara otomatis.

Sistem Kerja

Pompa ini memiliki tiga bagian utama yakni: Sumber air; dapat berupa danau, aliran sungai, kolam, atau bendungan kecil dengan debit paling sedikit 20 lt/detik/unit PATM Unit pompa; dipasang antara 18 dan 24 meter dari sumber air dengan posisi minimal 2 meter dan maksimal 5 meter permukaan air serta dihubungkan dengan pipa penghubung berukuran 6 inci (tipe menengah) Jaringan pipa pengeluaran dan pipa penghantar; dapat dipasang sepanjang puluhan kilometer apabila ketinggian antara sumber air dan daerah sasaran diukur tidak lebih dari 1.000 meter (QD).

Sistem kerja PATM diawali dengan aliran air dari sumber melalui pipa pemasukan atau pipa penghubung ke katup limbah. Gaya tekan air yang masuk ke dalam pompa akan mendorong katup pompa (katup limbah) ke atas sehingga tertutup dan menghentikan aliran air dalam pipa pemasukan. Penghentian aliran air secara tiba-tiba ini akan menghasilkan tekanan tinggi dalam pompa.

Tekanan tinggi akan mengatasi tekanan dalam ruang udara pada katup penghantar sehingga air dari sumber mengalir lagi dari pipa penghubung. Perputaran ini berlangsung berulang-ulang dengan frekuensi yang sangat cepat sehingga air mengalir melalui pipa pemasukan dan pengeluaran secara kontinyu. Pada dasarnya prinsip kerja PATM merupakan proses pengubahan energi kinetik ‘gaya gerak’ air menjadi tekanan dinamik sehingga menimbulkan momentum atau ‘pukulan air’ yang berkekuatan tinggi dalam pipa saluran. Tekanan ini mengakibatkan katup pompa dan katup penghantar dalam tabung pompa terbuka dan tertutup secara bergantian.

Tekanan dinamik diteruskan untuk menghasilkan daya tekan dalam pipa pemasukan sehingga memaksa air naik ke pipa pengeluaran dan didorong ke pipa penghantar. Jadi prinsip kerja PATM yaitu melipatgandakan kekuatan gaya dorong air.

Sumber air

PATM ini membutuhkan air yang cukup yakni minimal 20 liter/detik. Guna menjaga keberlangsungan pasokan air ke pipa pemasukan, air perlu dikumpulkan dalam bendungan.  

 

Adopted by @_pararaja

SEKILAS TENTANG GANGGANG DAN PENANGGULANGANNYA (bagian 1): GANGGANG (Algae).

Algae adalah mikroorganisme aerobic fotosintetik, dijumpai di mana saja yang tersedia cukup cahaya, kelembapan, dan nutrient sederhana yang memperpanjang hidupnya. Algae berukuran amat beragam, dari beberapa micrometer sampai bermeter-meter panjangnya. Organisme ini mengandung Klorofil serta pigmen-pigmen lain untuk melangsungkan fotosintesis, tersebar luas di alam dan dijumpai hampir di segala macam lingkungan yang terkena sinar matahari. Algae dapat hidup pada suhu optimum antara   20 -30 0C dan pada pH optimum antara 4 – 11.

Kebanyakan  Algae hidup di air, merupakan dasar atau permulaan kebanyakan rantai makanan akuatik karena kegiatan fotosintesisnya dan dikenal sebagai produsen primer bahan organic. Selain itu, dalam semua lingkungan, algae menghasilkan oksigen selama fotosintesis. Gas ini dimanfaatkan oleh binatang maupun organisme lain untuk respirasi aerobic.

Algae juga terdapat dalam tanah meskipun kehadirannya itu tidak mencolok Diperkirakan algae penting dalam stabilitas dan perbaikan sifat-sifat tanah dengan mengagregasi partikel-partikel dan menambahkan bahan organik.

Algae di seluruh tempat dan dapat menyebabkan gangguan pada pengairan tumbuhan, persediaan air minum, kolam air, kolam renang dan menara air pendingin.

I.           Manfaat Ganggang (Algae)

Algae dimanfaatkan manusia dalam banyak cara. Di negara-negara yang banyak dijumpai algae merah dan coklat, organisma ini digunakan sebagai pupuk. Tanah diatom, yang pada dasarnya merupakan sisa ganggang mati (diatom) digunakan sebagai bahan penggosok dalam pekerjaan-pekerjaan penggosokan. Juga telah dimanfaatkan untuk membuat penginsulasi panas dan dalam beberapa macam filter.

Algae dimanfaatkan sebagai makanan, terutama di negara-negara Timur. Orang Jepang membudidayakan dan memanen Porphyra, suatu ganggang merah, sebagai tanaman pangan. Ganggang merah menghasilkan dua poliskarida yang penting, keregen (lumut Irlandia) dan agar. Kedua bahan ini digunakan sebagai bahan pengemulsi, pembentuk sel, dan pengental dalam banyak makanan kita.

Sebagai kelompok algae bukanlah penyebab infeksi yng penting pada manusia.Meskipun hanya beberapa algae bersifat patogenik, satu diantaranya yaitu Prototheca, telah dilaporkan sebagai patogen yang mungkin menyerang manusia. Organisme itu ditemukan pada infeksi-infeksi sistemik dan subkutan, juga dalam bursitis, suatu peradangan pada persendian. Beberapa algae asal udara diimplikasikan dengan alergi karena penghirupan. Beberapa spesies menjadi parasit pada tumbuhan tingkat tinggi.

Beberapa Algae Akuatik menghasilkan toksin yang letal terhadap ikan dan hewan-hewan lain. Beberapa algae laut an menimbulkan kematian binatang akuatik dengan menghasilkan neurotoksin atau racun syaraf (salah satu racun paling ampuh yang diketahui).

II.        Morfologi Algae

Banyak spesies ganggang terdapat sebagai sel tunggal yang dapat berbentuk bola, batang, gada atau kumparan. Dapat bergerak atau tidak. Algae hijau uniseluler yang khas.

Algae mengandung nucleus yang dibatasi membrane. Setiap sel mengandung satu atau lebih kloroplas, yang dapat berbentuk pita atau seperti cakram-cakram diskrit (satuan-satuan tersendiri) sebagaimana yang terdapat pada tumbuhan hijau. Di dalam matriks kloroplas terdapat membrane tilakoid yang berisikan klorofil dan pigmen-pigmenpelengkap yang merupakan situs reaksi cahaya pada fotosintesis.

Algae berkembang biak secara seksual atau aseksual. Reproduksi aseksual berupa pembelahan biner sederhana. Reproduksi seksual dijumpai di antara algae. Dalam proses ini terdapat konyugasi gamet (sel seks) sehingga menghasilkan zigot.

III.    Fisiologis Algae

Algae adalah mikroorganisme aerobic fotosintetik, dijumpai di mana saja yang tersedia cukup cahaya, kelembapan, dan nutrient sederhana yang memperpanjang hidupnya.

Pertumbuhan algae berlangsung cepat di air yang diam dengan bantuan sinar matahari. Phosphat dan Nitrat dalam air dapat mendukung pertumbuhan Algae.

Beberapa spesies algae hidup pada salju  dan es di daerah-daerah kutub dan puncak-puncak gunung. Beberapa ganggang hidup dalam sumber air panas dan suhu setinggi 70 0C. beberapa algae beradaptasi pada tanah lembab, pepagan pohon, dan bahkan permukaan batuan.

Ganggang mempunyai tiga macam pigmen fotosintetik yaitu klorofil, karotenoid, dan fikobilin (ketiganya terdapat dalam kloroplas). Sebagai hasil fotosintetiknya, algae menyimpan berbagai produk makanan cadangan sebagai granul atau globul dalam sel-selnya. Ganggang hijau menyimpan pati seperti yang terdapat pada tumbuhan. Algae lain dapat menyimpan macam-macam karbohidrat, beberapa algae menyimpan minyak atau lemak.

IV. Beberapa kelas Algae

IV.1.    Chrysophycophyta (ganggang coklat-keemasan)

Spesies ini sebagian besar berflagela, kebanyakan adalah uniseluler, tetapi beberapa membentuk koloni. Warna khasnya disebabkan karena klorofilnya tertutup pigmen-pigmen berwarna coklat.

IV.2.    Bacillariophycophyta (Diatom)

Kelompok ini terdiri dari diatom-diatom yang terdapat baik dalam air tawar maupun dalam air asin serta dalam tanah lembap.Diatom dapat uniselluler, berkoloni atau berbentuk filamen dan dijumpai dalam berbagai bentuk dan rupa.

IV.3.    Euglenophycophyta (Euglenoid)

Ganggang uniseluler ini bergerak secara aktif dengan flagella, bereproduksi dengan pembelahan biner membujur.

IV.4.    Cryptophycophyta (kriptomonad)

Algae ini dinamakan kriptomonad, mempunyai dua flagella tak sama. Biasanya sell-sell memipih, berbentuk sandal dan dijumpai sendiri-sendiri, beberapa berdinding dan yang lain tidak berdinding. Cadangan makanan disimpan sebagai pati. Berkembang biak dengan membelah sel secara membujur.

IV.5.    Pyrrophycophyta

Mempunyai dinding sel yang nyata yang terdiri atas lempengan-lempengan yang mengandung selulosa. Hidup dalam air tawar dan air asin, beberapa genus dapat dijumpai sebagai pertumbuhan massif. Reproduksi sebagian besar dengan pembelahan sel aseksual.

IV.6.    Xanthophycophyta (algae hijau-kuning)

Secara khas selnya yang motil mempunyai dua flagel tak sama panjang, dan dinding selnya kerap kali berisikan silica. Produk cadangannya adalah minyak.

IV.7.    Liken

Lumut kerak atau liken merupakan organisme komposit yang terdiri dari ganggang atau sianobakterium dan cendawan yang tumbuh bersama dalam simbiosis mutualisme.

IV.8.    Chlorophycophyta (Algae hijau)

Merupakan kelompok organisme yang besar dan beragam, terutama terdiri dari spesies yang hidup di air tawar, walaupun sebagian ditemukan dalam air laut. Sebagian besar ganggang hijau mengandung satu kloroplas per sel yang berisikan pusat-pusat pembentukan pati.

Berbentuk uni seluler, filamen yang sekeliling tubuhnya banyak diselimuti oleh lender (polisakarida), atau berbentuk koloni sederhana, dan bergerak dengan menggunakan flagella. Termasuk ke dalam kelompok jasad-fotosintetik, karena banyak mengandung klorofil, di samping pigmen fikobilin (kebiru-biruan) dan fikosantin (kecoklatan) dan fikoeritrin (kemerah-merahan).

Umumnya hidup di dalam air secara bebas, pada tanah yang lembab, atau bersimbiosa dengan jasad lain, seperti pakupakuan (azolla) sampai tanaman tnggi (cassuarina).

Beberapa jenis algae ini berguna sebagai penambat Nitrogen pada tanah pertanian, tetapi ada juga yang dapat menyebabkan blooming pada air.

                       Ganggang hijau berkembang biak dengan membelah diri, dengan pembentukan zoospora aseksual berflagella, atau secara seksual yaitu isogami dan heterogami.

Bersambung…!

Bahan – bahan Media Filtrasi. (1)

1.      Resin

Resin adalah zat yang punya pori yang besar dan bersifat sebagai penukar ion yang berasal dari Polysterol, atau polyakrilat yang berbentuk granular atau bola kecil dimana mempunyai struktur dasar yang bergabung dengan grup fungsional kationik, non ionik/anionik atau asam. Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan molekul yang besar dari air misalnya asam humus, liqnin, asam sulfonat. Untuk regenerasi dipakai garam alkali atau larutan natrium hidroksida, bisa juga dengan asam klorida jika dipakai resin dengan sifat asam. Dalam regenerasi itu dihasilkan eluen yang mengandung organik dengan konsentrasi tinggi. Untuk proses air minum sampai sekarang hunya dipakai resin dengan sifat anionik.

2.      Karbon aktif

Karbon aktif adalah material yang berbentuk butiran (granular) atau bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit kelapa. Dengan pengolahan tertentu (tekanan tinggi), dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas (Proses aktivasi). Untuk proses air minum sering dipakai karbon aktif dalam bentuk butir atau bubuk dalam filter adsorpsi (filter “conditioning”).

Sifat adsorpsi yang tinggi dari karbon aktif bisa dimanfaatkan untuk proses filter “conditioning”, atau filter dengan media pembantu. Selain itu karbon aktif juga dimanfaatkan sebagai media filter pada filter media tunggal atau filter media ganda. Permukaan dalam partikel karbon aktif yang luas sering dimanfaatkan sebagai media pelekat/penahan mikroorganisme di dalam filter yang bekerja secara biologis.

Secara umum karbon/arang aktif biasanya dibuat dari arang tempurung dengan pemanasan pada suhu 600-2000°C pada tekanan tinggi. Pada kondisi ini akan terbentuk rekahan-rekahan (rongga) sangat halus dengan jumlah yang sangat banyak, sehingga luas permukaan arang tersebut menjadi besar. 1gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut, baik di air maupun di udara. Apabila dibiarkan di udara terbuka, maka dengan segera akan menyerap debu halus yang terkandung diudara(polusi). Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya arang aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara.

Jerapan adalah suatu proses dimana suatu partikel “menempel” pada suatu permukaan akibat dari adanya “perbedaan” muatan lemah diantara kedua benda (gaya Van der Waals), sehingga akhirnya akan terbentuk suatu lapisan tipis partikel-pertikel halus pada permukaan tersebut. Permukaan karbon yang mampu menarik molekul organik misalnya merupakan salah satu contoh mekanisme jerapan, begitu juga yang terjadi  pada antar muka air-udara, yaitu mekanisme yang terjadi pada suatu protein skimmer.  Molekul organik bersifat polar sehingga salah satu ujungnya akan cenderung tertarik pada air (disebut sebagai hidrofilik/suka air) sedangkan ujung yang lain bersifat hidrofobik (benci air).  Permukaan molekul aktif seperti ini akan tertarik pada antarmuka air-gas pada permukaan gelembung udara, sehingga molekul-molekul tersebut akan membentuk suatu lapisan tipis disana dan membentuk buih/busa. Dalam suatu protein skimmer; ketika gelembung udara meninggalkan air menuju tampungan busa, gelembung udara tersebut akan kolaps sehingga pada akhirnya bahan-bahan organik akan tertinggal pada tampungan busa yang

Absorpsi merupakan suatu proses dimana suatu partikel terperangkap kedalam struktur suatu media dan seolah-olah menjadi bagian dari keseluruhan media tersebut.  Proses ini dijumpai terutama dalam media karbon aktif.  Karbon aktif memiliki ruang pori sangat banyak dengan ukuran tertentu.  Pori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel sangat halus (molekul)  dan menjebaknya disana. Dengan berjalannya waktu pori-pori ini pada akhirnya akan jenuh dengan partikel-partikel sangat halus sehingga tidak akan berfungsi lagi.  Sampai tahap tertentu beberapa jenis arang aktif  dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai.  Reaktifasi karbon aktif sangat tergantung dari metode aktifasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut. 

Besi dan mangan akan benar-benar tertahan pada karbon aktif dengan syarat telah mengalami oksidasi secara sempurna (oleh ozon atau permanganat), sebelum air masuk ke dalam filter karbon aktif. Selain itu bau dan rasa yang tidak enak pada air dapat dihilangkan pula. Proses ini mahal.

Penyerapan menggunakan karbon aktif adalah efektif untuk menghilangkan zat organic yang menyebabkan perubahan warna. Pencemar organic ditarik oleh karbon aktif dan melekat pada permukaannya dengan kombinasi dari daya fisik kompeks dan reaksi kimia. Karbon aktif memiliki jaringan pouros (berlubang) yang sangat luas yang berubah-ubah bentuknya untuk menerima molekul pengotor baik besar maupun kecil.

Karbon aktif tersedia dalam bentuk bubuk dan butiran-butiran kecil. Tapi, karbon aktif bubuk (PAC) lebih mudah digunakan dalam pengolahan air dengan sistem pembubuhan yang sederhana.

Titik pembubuhan Karbon aktif

Penyerapan karbon aktif bubuk ( Powder activated carbon, PAC ) dapat digunakan pada instalasi pengolahan di hampir seluruh tempat / titik pembubuhan, sebelum penyaringan. Tapi pokok-pokok berikut harus dipertimbangkan untuk memilih tempat pembubuhan:

a. Waktu kontak karbon aktif dengan zat organik sangat penting dan tergantung pada kekampuan karbon aktif untuk berada dalam larutan, paling tidak waktu kontak selama 15 menit harus dilakukan.

b. Permukaan partikel karbon aktif akan kehilangan kapasitas penyerapan bila terlapisi dengan koagulan atau bahan kimia lainnya untuk pengolahan air.

c. Karbon aktif akan menyerap klor (1 mg/l karbon aktif bubuk dapat menyerap klor sebesar 0,2 – 0,25 mg/l Cl2).

Mengingat faktor-faktor tersebut diatas, maka menunjukkan bahwa titik pembubuhan karbon aktif harus dipertimbangkan seperti misalnya :

          Titik pembubuhan dilakukan pada saluran/pipa penyadap air baku atau “water intake” adalah tempat yang paling menguntungkan bagi pembubuhan karbon aktif bubuk, jika fasiltias pencampuran yang memadai telah tersedia.  Penggunaan saluran/pipa air baku sebagai titik pembubuhan karbon aktif bubuk membutuhkan waktu kontak yang cukup lama dan menghindari masalah yang mungkin terjadi disebabkan oleh pembubuhan karbon aktif pada air yang mengalami proses prekhlorinasi sebelumnya. Karbon aktif akan menyerap klor dan menghasilkan dosis keduanya meningkat jika karbon ditambahkan setelah preklorinasi.

          Jika pembubuhan kedalam air baku tindak memungkinkan, karbon aktif bubuk dapat dibubuhkan ke bagian lain sebelum penyaringan, tapi dosisnya akan lebih besar bila dihitung untuk waktu kontak yang lebih cepat dan gangguan dari bahan kimia lain seperti kagulan dan klor. Karbon aktif bubuk dapat dibubuhkan ke dalam air yang keluar (effluent) dari unit pengendap dan yang akan memasuki filter, tindakan yang hati-hati harus dilakukan dalam mengoperasikan penyaringan.

          Karbon yang pecah menjadi butiran halus dan dapat melewati saringan menyebabkan “air hitam” menimbulkan keluhan dari para pelanggan.

Dosis Karbon aktif yang akan digunakan tergantung dari tipe dan konsentrasi senyawa organik yang ada. Bila karbon aktif dibuang sebagai bagian dari lumpur dalam bak pengendapan dan dalam air buangan/air bekas pencucian saringan, tidaklah praktis untuk memperolehnya kembali atau menggunakannya lagi.

3.      Antrasit

Antrasit atau Batu bara adalah material yang mengandung zat “volatile” (mudah menguap) dengan konsentrasi yang rendah. Antrasit dipakai dalam bentuk butiran sebagai media filter pada filter dengan media ganda, untuk meningkatkan efisiensi penyaringan.

4.      Batu berpori

Batu berpori berasal dari daerah gunung berapi yang mengandung silika tinggi. Batu berpori ini digunakan dalam bentuk butiran sebagai media filter pada filter media ganda.

5.      Dolomit

Dolomit adalah material alami terdiri dari kalsium magnesium karbonat (x CaCO3.y MgCO3) dan yang dipakai sebagai media filter dalam bentuk butiran. Karbonat atau dolomit kalsinat (seperti Netralit, Akdolit, Magno-dol) biasa digunakan. Cara ini mempunyai keuntungan, karena mempunyai dua fungsi yaitu penghilangan besi dan mangan serta netralisasi (menetralisir CO2 agresif dan menaikan alkalinitas air).

Pada umunya metode ini digunakan jika air agresif, adalah lunak (kandungan mineral atau kesadahan relatif kecil) dan mengandung sejumlah kecil CO2 agresif.

Kecepatan reaksi yang agak cepat dapat dicapai dengan menggunakan magno sebagai media filter.

Magno dibuat dari dolomit : 700°C

CaCO3.MgCO3 CaCO3.Mg O + CO2

Membawa air agresif kontak dengan lapisan yang mengandung CaCO3 secara teoritis , adalah metode yang sangat baik untuk menghilangkan CO2 agresif.

CO2 + CaCO3 + H2O Ca2+ + 2HCO3

Nilai kesetimbangan dapat dilampaui. Reaksi tergantung pada : ukuran partikel CaCO3 , temperatur air dan komposisi kimia air. Kerugiannya adalah kecepatan reaksi yang agak rendah bila menggunakan marmer.

 

CO2 agresif akan bereaksi dengan magno sebagai berikut :

3CO2 + CaCO3.Mg O + 2H2O Ca2+ + Mg2+ + 4HCO3

Filter magno dalam pemakaiannya 5 – 10 kali lebih kecil dari filter marmer.

6.      Dolomit Setengah Kering

Dolomit setengah kering (CaCO3.MgO) diproses dari dolomit alami dengan proses termal

 

@_pararaja

 

Prediksi Soal UN

temen-temen..nich yach buat latihan.. biar tambah pinter, biar 100% lulus… semua akan bangga padamu

Download Prediksi Soal UN SMP

Kunci Jawaban Prediksi Soal UN SMP

Download Prediksi Soal UN dan Kunci Jawaban SMA IPA

Download Prediksi Soal UN dan Kunci Jawaban SMA IPS

Tambahan:

Download Latihan Soal Matematika dan Jawaban Ujian Nasional (UN) untuk SMK

Download Latihan Soal dan Jawaban SMA Kelompok Bahasa

Untuk memenuhi permintaan pengunjung, soal-soal latihan UAN SD dapat didownload berikut ini.

Membicarakan Orang/Kelompok Lain, Kebiasaan Kitakah?

Oleh : Achmad Faisol

Penulis pernah mengikuti sebuah pelatihan. Untuk menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap kelompok yang sedang diikuti, salah satu mentor menunjukkan berbagai keunggulan kelompok yang sedang penulis ikuti. Demi meningkatkan rasa cinta, sang mentor juga membandingkan dengan organisasi lain. Sayangnya, karena terlalu bersemangat, beliau mungkin lupa (khilaf) sehingga beliau merendahkan yang lain dan mengunggulkan kelompok sendiri. Memang, niat ada di hati, tapi bukankah pemilihan kata mencerminkan maksud kita?

Buat apa kita membahas orang, kelompok, perkumpulan, harakah, organisasi, sekolah, kampus atau partai lain jika hanya untuk mencari kelemahan dengan tujuan merendahkan mereka? Apakah ini kebiasaan kita? Kalau memang alasan kita untuk analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat), mengapa kalimat yang terucap terkesan merendahkan dan meremehkan yang lain?

Apakah kita senang menyantap makanan dengan bahan baku bangkai hewan? Apakah kita juga termasuk orang yang suka menikmati hidangan berupa mayat manusia, apalagi itu saudara kita sendiri? Tentu tidak, kan? Baca lebih lanjut

Proses Pembuatan Plastik Dengan Sistem Injeksi.

Benda plastik hampir kita temukan di semua tempat, mulai dari bungkus makanan, peralatan elektronik, mobil, motor, peralatan rumah tangga dan sebagainya. Untuk membentuk plastik tersebut setiap jenis bentuk dan material plastik mempengaruhi proses dan teknologi pembuatannya. Misal, untuk membentuk sol sepatu digunakan press rubber, untuk membentuk part- part elektronik seperti casing handphone, gear pada printer, tombol, gelas plastik, dan benda sejenisnya di gunakan mesin injection, sedangkan untuk membuat botol digunakan blow mold type injection, dalam artikel ini akan membahas pembuatan benda plastik dengan teknology injection.
Sejarah Plastic Injection Baca lebih lanjut

Sintesis Poliester Asam Lemak Gula dari Minyak Nabati sebagai Ingredien dalam Rangka Memproduksi Makanan Rendah Kalori

Sakidja, Deddy Muchtadi, dan Tien R Muchtadi
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor


Untuk menjaga kesehatan dan menghindari penyakit kardiovaskular tanpa mengorbankan keinginan konsumen akan rasa dan tekstur lemak, perlu dirancang bahan makana yang dapat menggantikan sebagian lemak dalam makanan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi optimum dalam sintesis poliester asam lemak gula (sugar fatty acid polyester) nonkalori dari minyak kelapa baik dengan sukrosa maupun dengan sukrosa oktaasetat. Hasil yang terbaik kemudian dicoba untuk digunakan sebagai ramuan untuk memroduksi makanan rendah kalori sebagai upaya menambah nilai minyak kelapa dan turut membantu menanggulangi masalah yang berkaitan dengan penyakit yang disebabkan oleh gizi lebih.

Percobaan diawali dengan pemurnian minyak kelapa kasar melalui netralisasi asam lemak bebas dan penghilangan gum dengan larutan NaOH 20°Be, pemutihan dengan menggunakan bleaching earth sebanyak 4% pada suhu 80-85°C, dan deodorisasi dengan memanaskan minyak pada suhu 150°C selama 15 menit di bawah atmosfer gas nitrogen. Hasilnya menunjukkan bahwa minyak kelapa kasar mempunyai bobot jenis 0.8976 g/cm3 pada 25°C, asam lemak bebas (sebagai laurat) 3.25%, bilangan asam 9.13, derajat asam 16.26, indeks bias 1.4528 pada 25°C, bilangan iodin 7.08, dan bilangan penyabunan 261.26. Setelah pemurnian diperoleh minyak kelapa dengan bobot jenis 0.9129 g/cm3, asam lemak bebas 0.43%, bilangan asam 0.03, derajat asam 0.05, indeks bias 1.4524, bilangan iodin 6.92, dan bilangan penyabunan 250.24. Kadar asam lemak bebas menurun secara mencolok.
Transmetilasi-basa minyak kelapa dilakukan dengan 2 cara: berdasarkan prosedur transesterifikasi dan yang berdasarkan metode metanolisis yang dikatalisis oleh natrium metoksida, CH3ONa. Ester metil asam lemak (FAME) yang dihasilkan dianalisis komposisinya dan kemudian dibandingkan dengan komposisi ester metil. Hasil analisis menunjukkan bahwa FAME yang diperoleh melalui kedua cara tersebut mempunyai komposisi yang hampir sama, namun rendemen (97.81% mol) dan kemurnian metil ester (100%) yang diperoleh melalui transesterifikasi lebih tinggi daripada yang disintesis dengan menggunakan katalis CH3ONa, yaitu rendemen 86.03% mol dengan kemurnian 92.2%. Metode transesterifikasi menghasilkan FAME dengan bobot molekul rata-rata 228 dan bobot molekul trigliserida 680, sedangkan metanolisis menghasilkan bobot molekul rata-rata 221 dan bobot molekul trigliserida 675. Jadi, sintesis ester metil yang didasarkan pada transesterifikasi lebih efisien dan selanjutnya digunakan untuk mensintesis ester metil sebagai bahan dasar sintesis poliester sukrosa.
Poliester sukrosa (SPE) disintesis melalui transesterifikasi sukrosa maupun interesterifikasi sukrosa oktaasetat. Kondisi optimum sintesis SPE dengan transesterfikasi ialah nisbah mol 1:16, katalis 4% dari bobot sukrosa, suhu reaksi 120°C, tekanan 5-10 mm Hg, waktu reaksi 7 jam, dan rendemen 83%. Produk memiliki bobot jenis 0.9635, indeks bias 1.456 pada 40°C. Kondisi optimum yang diperoleh melalui interesterifikasi ialah nisbah mol sukrosa oktaasetat terhadap FAME antara 1:10 dan 1:12, konsentrasi katalis NaOCH3 sebanyak 2% dari bobot total sukrosa oktaasetat plus FAME, suhu reaksi 105-110 °C, tekanan 0-5 mm Hg, waktu reaksi 2.5 jam. Rendemen yang diperoleh pada kondisi optimum ini ialah 46.74-47.10% mol atau 131-132% bobot. Sifat fisiko-kimia dan fungsional poliester sukrosa hasil sintesis: indeks bias 1.456 pada 25°C, bobot jenis 0.9533 pada 25°C, viskositas 486 cp, bilangan penyabunan 233, derajat substitusi (DS) 7.8, imbangan hidrofil-lipofil (HLB) 2.0. Viskositas polister sukrosa hasil sintesis (486 cp) jauh lebih tinggi daripada viskositas minyak kelapa (170 cp) yang digunakan sebagai bahan dasar.
Perilaku melebur sukrosa poliester lebih rendah daripada perilaku melebur minyak kelapa. Perilaku melebur sukrosa poliester adalah suhu onset 2.590°C, suhu puncak 10.540°C, dan suhu akhir 18.406°C, dengan kalor lebur 30.572 J/g. Perilaku melebur minyak kelapa ialah suhu onset 13.722°C, suhu puncak 24.250°C, dan suhu akhir 30.016°C dengan kalor lebur 106.241 J/g. Poliester sukrosa mempunyai 2 puncak sehingga diduga mempunyai 2 bentuk kristal. Analisis dengan kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa poliester sukrosa hasil sintesis, yang mempunyai DS antara 7 dan 8, terdiri atas 4 fraksi, yaitu poliester sukrosa dengan DS 5 sampai 8. Fraksi yang dominan (sekitar 86%) adalah poliester sukrosa dengan DS 8. Gugus fungsional fraksi poliester sukrosa DS 8 atau oktaester sukrosa yang dianalisis dengan spektroskopi inframerah menunjukkan adanya gugus asetat.
Uji daya cerna in vitro menunjukkan bahwa poliester sukrosa tidak dapat dihidrolisis atau dicerna sedangkan minyak kelapa dapat dihidrolisis oleh enzim lipase dari Candida cylindracea. Pengujian menunjukkan bahwa poliester sukrosa ini dapat diaplikasikan sebagai pengemulsi dalam formula es krim dan sebagai pengganti minyak dalam formula mayones. Overrun es krim standar, dengan menggunakan mentega sebagai sumber lemak 24.90% lebih tinggi daripada overrun es krim yang menggunakan sukrosa poliester sebagai pengganti lemak (13.60%). Akan tetapi overrun es krim standar yang menggunakan karboksimetil selulosa sebagai pengemulsi (24.90%) lebih rendah daripada overrun es krim yang menggunakan poliester sukrosa (31.26%). Sementara itu, mayones yang diformulasi dengan poliester sukrosa hasil sintesis mempunyai kestabilan sama dengan yang diformulasi dengan minyak jagung, baik pada suhu lemari pendingin maupun pada suhu kamar. Viskositas mayones dengan poliester sukrosa sebagai sumber lemak (75700 cp), lebih rendah daripada dengan mentega sebagai sumber lemak (96400 cp). Poliester sukrosa hasil sintesis tidak dapat digunakan sebagai penstabil untuk menggantikan fungsi kuning telur di dalam formulasi mayones; viskositasnya (213 cp) jauh lebih rendah daripada viskositas yang menggunakan kuning telur (96400 cp).


Adopted from : Hibah Bersaing VI

Mengenal mineral Zeolit. (1)

Zeolit merupakan salah satu bahan kekayaan alam yang sangat bermanfaat bagi industri kimia di Indonesia. Zeolit ada dua macam yaitu zeolit alam dan sintetik. Zeolit alam sudah banyak dimanfaatkan sehingga jumlahnya semakin berkurang. Umumnya zeolit alam digunakan untuk pupuk, penjernihan air, dan diaktifkan untuk dimanfaatkan sebagai katalis dan adsorbent. Zeolit sintetik sudah banyak digunakan di industri namun di Indonesia belum banyak diproduksi dan umumnya diperoleh dari impor. Untuk memenuhi kebutuhan zeolit ini maka para ahli melakukan penelitian sehingga didapatkan berbagai macam zeolit sintetik. Baca lebih lanjut

Mitigasi Bencana Pemanasan Global

Oleh : Arifin* (arifin_pararaja@yahoo.co.id).


Tanpa disadari oleh banyak orang, bahwa sebenarnya saat ini telah terjadi peningkatan suhu udara dunia akibat terjadinya pemanasan global. Gejala alam ini mulai diteliti secara aktif mulai dekade tahun 1980-an dan hasilnya sangat mengejutkan para ahli lingkungan karena kengerian akan dampak yang dikuatirkan muncul kemudian. Para ahli cuaca internasional memperkirakan bahwa planet bumi bakal mengalami kenaikan suhu rata – rata 3,5 oC memasuki abad mendatang sebagai efek akumulasi penumpukan gas rumah kaca.
Meskipun menurut perasaan temperatur di sekitar kita terlihat berfluktuasi secara tetap, namun pada kenyataannya dengan berdasarkan pada data yang ada, ternyata selama 50 tahun terakhir ini temperatur rata – rata bumi telah naik secara cepat. Untuk membayangkan efek rumah kaca ini sangat mudah. Baca lebih lanjut

Tentang Kurikulum Antikorupsi

Oleh Faisal Djabbar *

Memerangi korupsi bukan cuma menangkapi koruptor. Sejarah mencatat, dari sejumlah kejadian terdahulu, sudah banyak usaha menangkapi dan menjebloskan koruptor ke penjara. Era orde baru, yang berlalu, kerap membentuk lembaga pemberangus korupsi. Mulai Tim Pemberantasan Korupsi di tahun 1967, Komisi Empat pada tahun 1970, Komisi Anti Korupsi pada 1970, Opstib di tahun 1977, hingga Tim Pemberantas Korupsi. Nyatanya, penangkapan para koruptor tidak membuat jera yang lain. Koruptor junior terus bermunculan. Mati satu tumbuh seribu, kata pepatah. Baca lebih lanjut

Sekolah Internasional Vs Konvensional Vs Quality

Adakah yang tau definisi dari Sekolah Standart Nasional (SSN), Sekolah Nasional Plus (SNP) atau Sekolah Bertaraf/Standart Internasional (SSI)? Sah-sah saja menjadikan sekolah berlabel demikian , akan tetapi…. maaf, akan tetapi, kalau boleh aku tau, label-label itu bisa aku pahami (baca) dimana dan referensi apa yang dipakai. Apa karena hanya menggunakan pengantar bahasa asing, mengimport guru bule, dan mengedapankan TI. kebebasan dalam melabelkan pendidikan di negara ini bak jamur di tanah lembab. Sebagai contoh, mereka mengkolaborasikan kurikulum nasional dan asing dan membentuk asosiasi (Association of National Plus School ; ANPS). Karena merasa ‘wah dibanding sekolah lain, sekolah swasta/negeri dapat menyebut dirinya sebagai Sekolah Standar/bertaraf Internasional. Lain halnya dengan sekolah internasional, notabene muridnya memang bule dan terdiri dari berbagai negara bukan sistem pendidikannya yang internasional. Wo Ai Ni, Indonesia. Ulala beibe.

SECARA berseloroh, seorang pendidik mengemukakan hal yang bisa menyentak, “Kalau ingin cepat kaya, buatlah sekolah.” Alasannya, semua orang menginginkan pendidikan yang baik. Dan, bila kita bisa menciptakan sekolah yang baik, lembaga ini bisa menjadi tempat yang amat strategis untuk bisnis. Dengan kata lain, sekolah bisa dibisniskan karena masyarakat membutuhkannya. Baca lebih lanjut

Nasib Guru ku…

Kelompok yang tak kurang menderitanya di negeri ini adalah guru. Mereka bukan saja menderita karena penghasilan yang…………..

sering tidak memadai, namun karena mereka juga berulang kali harus dipermainkan oleh kebijakan pemerintah.

Kebijakan yang kerap disebut sebagai plintat-plintut ini memang amat mengecewakan banyak pihak, dari sekian banyak kekecewaan kepada pemerintah. Masih ingat bagaimana kecewanya para guru ketika mereka mengeluhkan nasibnya? Bukannya meresponi positif, Wakil Presiden Jusuf Kalla bahkan dengan nada marah meminta para guru untuk tidak cengeng dengan mengejek diri sendiri.

Dari waktu ke waktu, tuntutan guru masih sama, yaitu kepastian profesi dan kesejahteraan. Pertama, penghasilan guru ditingkatkan, disesuaikan dengan laju kenaikan biaya hidup.

Kedua, status kepegawaian diproyeksikan secara jelas dan definitif. Dalam berbagai unjuk rasa GTT dan PTT hanya menuntut surat keputusan tenaga honorer agar dapat masuk daftar tunggu menjadi PNS! Amat sederhana!

Meski demikian, tampaknya pemerintah tidak pernah mau memahami hal itu. Reaksi Pemerintah Indonesia atas tuntutan guru selalu sama. Pertama, anggaran negara selalu dinyatakan belum cukup untuk menaikkan gaji guru. Kedua, proyeksi penetapan status kepegawaian terkendala tuntutan peningkatan kompetensi guru.

Berbagai tes PNS sangat marak dikalangan masyarakat…beribu-ribu GTT dan PTT mengadu nasib walaupun lubang PNS hanya segelintir yang diambil. Semangat dan jerih payah untuk mendapatkan haknya, yang telah mampu menciptakan manusia-manusia pintar di Dunia ini tidak pernah pupus.

Hanya Allah yang mengetahui jasa-jasa guruku kini…

Jangan hilangkan “Pahlawan tanpa tanda jasa”  itu hilang dari mu…gedung menjulang, langit terjangkau, sorak pora dunia atas prestasi, itu semua berkat jerih payahmu…Surga menanti mu….

terimakasih semua,

Guru, elemen yang terlupakan

Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor tentang kurikulum baru…yang katanya lebih oke lah, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-baratan…atau apapun. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dengan mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum.

Di balik perubahan kurikulum yang terus-menerus, yang kadang kita gak ngeh apa maksudnya, ada elemen yang benar-benar terlupakan…Yaitu guru! Ya, guru di Indonesia hanya 60% yang layak mengajar…sisanya, masih perlu pembenahan. Kenapa hal itu terjadi? Tak lain tak bukan karena kurang pelatihan skill, kurangnya pembinaan terhadap kurikulum baru, dan kurangnya gaji. Masih banyak guru honorer yang kembang kempis ngurusin asap dapur rumahnya agar terus menyala.

Guru, digugu dan ditiru….Masihkah? atau hanya slogan klise yang sudah kuno. Murid saja sedikit yang menghargai gurunya…sedemikian juga pemerintah. banyak yang memandang rendah terhadap guru, sehingga orang pun tidak termotivasi menjadi guru. Padahal, tanpa sosok Oemar Bakri ini, tak bakal ada yang namanya Habibi.

Kemandirian Lembaga Pendidikan di Era BHP

Oleh : Yayat Suryatna,

Pengesahan Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) menjadi kado akhir tahun pemerintah kepada kalangan pendidikan. Undang-undang ini utamanya mengatur status lembaga penyelenggara pendidikan formal, mulai dari tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi. Kalangan DPR yang mengetuk palu persetuuan UU ini berdalih, disahkannya UU adalah untuk member paying hukum bagi penyelenggara pendidikan dalam melaksanakan program dan mengatur organisasinya.
Sesungguhnya, kehadiran BHP dapat dipandang sebagai sebuah kesempatan bagi kemandirian lembaga pendidikan. Di dalam UU itu dijelaskan hak dan kewajiban, tugas dan wewenang lembaga pendidikan. Dengan demikian, tinggal bagaimana organ di dalam lembaga pendidikan tersebut memberdayakan dirinya dan memajukan lembaga pendidikan yang dikelolanya. Baca lebih lanjut

SISTEM KALIBRASI

Filosifi kalibrasi
Bahwa setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik.


Definisi Kalibrasi
Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan cara membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang memiliki kemampuan telusur ke standar Nasional atau Internasional.
Dengan kata lain: Baca lebih lanjut

Tahun Baru Lagi, Muhasabah Lagi..!

Oleh : Achmad Faisol

Berturut-turut kita akan bersua dengan 2 (dua) jenis tahun baru, yaitu Tahun Baru Islam 1 Muharram 1430H (29 Desember 2008) dan Tahun Baru Masehi 1 Januari 2009 (4 Muharram 1430H).

Sebagaimana konvensi tahun baru, kita berlomba-lomba membuat janji/resolusi untuk perbaikan atau peningkatan diri. Hal ini dilakukan dengan dalih sesuai pesan agama agar hari ini harus lebih baik daripada kemarin dan esok harus lebih baik daripada hari ini.

Seperti pepatah “Bisa Karena Biasa”, kita pun menjadi sangat ahli dalam menyusun rencana kerja. Berbagai resolusi kita buat demi menyongsong datangnya tahun baru, fajar baru, harapan baru de-el-el yang baru-baru. Baca lebih lanjut

Logam Seng Gantikan BBM

<!– @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } –>

Eniya Listiani Dewi *

Bagai pepatah tidak ada rotan akar pun jadi, tidak ada minyak, logam pun bisa berfungsi. Inilah mungkin penyelesaian teknologi menghadapi kenaikan harga BBM dengan sama sekali tidak menggunakan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.

Kemajuan pada teknologi transportasi di antaranya adalah terwujudnya kendaraan yang irit bahan bakar minyak (BBM) dengan menaikkan efisiensi mesin, kendaraan hibrid yang merupakan gabungan antara listrik dan BBM, juga terdapat pula kendaraan listrik yang dihasilkan dari solar cell atau tenaga matahari walau belum dipasarkan, telah menjadi alternatif lain penanggulangan masalah BBM.

Terakhir, yang sekarang sedang menjadi tren teknologi ramah lingkungan adalah kendaraan fuel cell. Di mana bahan bakar yang digunakan adalah hidrogen, metanol, atau gas alam lain, kemudian direaksikan dengan oksigen pada udara dengan menghasilkan listrik, air, dan panas.

Telah banyak tulisan di media masa mengenai teknologi fuel cell ini, tetapi penggunaan gas bumi sebagai bahan bakar selain semakin mahal, juga faktor keamanan yang masih riskan. Penggunaan hidrogen fuel cell juga menjadi penyebab membesarnya lubang ozon karena 20 persen bahan bakar pada sistem fuel cell masih terbuang ke udara bebas.

Demikian pula metanol fuel cell yang bisa menggantikan hidrogen karena cenderung lebih aman, namun tetap saja biaya manufakturnya jauh lebih tinggi karena menggunakan banyak katalis pada elektroda untuk mengubah metanol langsung menjadi proton yang bereaksi dengan oksigen sehingga menghasilkan listrik, sebagai reaksi samping dihasilkan juga CO>subscript<2>res<>res< yang kurang ramah lingkungan dalam konsentrasi yang tinggi.

Kecuali tenaga solar cell yang berkapasitas kecil, semua alternatif pengganti BBM masih juga menggunakan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diolah. Dengan demikian, tidak satu pun dari teknologi ramah lingkungan yang 100 persen benar-benar “bersih”.

Pengembangan fuel cell berbahan bakar nonminyak bumi, yang mana berkaitan dengan logam sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak adalah tema penelitian penulis yang mendapat penghargaan sebagai peneliti terbaik bidang Teknik dan Rekayasa dalam Pemilihan Peneliti Muda Indonesia 2004 yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Alam Indonesia (LIPI) pada bulan Desember 2004.

Salah satu jenis yang penulis kembangkan adalah Zinc-Air Fuel Cell (ZAFC), yaitu logam seng pada kutub negatif (fuel electrode), dan menggunakan elektrolit cair kalium hydroxide (KOH) yang kemudian direaksikan dengan oksigen dari udara pada kutub positif (oxygen electrode) untuk menghasilkan listrik sebesar 1,3 V per satu cell, lebih dari 2 kali lipat hidrogen fuel cell yang hanya menghasilkan 0,5 V per satu cell.

Penulis memilih seng karena mudah didapat, murah, dan efisien. Dengan metode pembuatan prototipe yang sangat mudah berukuran 1 cm2, dan hanya dengan 1 gram serbuk seng, serta 0,2 gram karbon yang mengandung katalis vanadium pereduksi oksigen terbarukan, bisa mendapatkan listrik 1 MW selama 120 jam.

Logam seng yang bereaksi dengan KOH berkonsentrasi rendah, menjadi elektron dan zinc oxide akan menghasilkan listrik dengan efisiensi mencapai 70 persen jauh lebih tinggi dibanding fuel cell lain yang hanya mencapai 30-55 persen, sedangkan zinc oxide yang tertinggal setelah logam seng bereaksi akan dapat di-recycle kembali 100 persen menjadi fresh zinc.

ZAFC yang beroperasi pada suhu ruang 25 derajat C berbeda dengan hidrogen atau metanol fuel cell yang membutuhkan tambahan panas sampai 80-120 derajat C, ZAFC sangat efisien untuk aplikasi peranti mobile elektronik. Jika digunakan sebagai baterai pada laptop, maka tidak akan ada panas yang keluar dari sistem. Bahan bakar seng sangat jauh lebih aman dibandingkan dengan hidrogen atau metanol.

Untuk pengisian kembali bahan bakar cukup dengan mengganti zinc oxide dengan fresh zinc, seperti layaknya mengganti tinta printer saja, tidak diperlukan waktu lama untuk recharge. Pada saat ini ZAFC 320 KW telah pula dikembangkan di Jerman pada perusahaan Electric Fuel sebagai Internal Combustion Engine (ICE) dalam bis, Metalic Power menggunakan ZAFC untuk generator back-up di rumah tangga dan industri.

Dibandingkan dengan mobil listrik yang membutuhkan waktu untuk recharge lebih dari 4 jam, ZAFC tidak lebih dari 10 menit. Dengan teknologi ini, bukan hanya keamanan, operasionalnya pun sangat mudah dan efisien, bahkan karena tidak menggunakan elektrolit padat yang mahal, maka biaya manufaktur ZAFC dibandingkan dengan fuel cell yang lain pun hanya memakan 1/10 dari total biaya. Pada masa mendatang diperkirakan untuk biaya total pembuatan hidrogen fuel cell mencapai 1220 dollar AS/kW, sedangkan untuk metal-air fuel cell hanya 30 dollar AS/KW.

Fuel cell berbahan bakar logam, walaupun pada saat ini masih menggunakan logam murni, hasil samping reaksi hanyalah logam oxide yang terkandung dalam elektrolit, dapat didaur ulang kembali secara elektrik, dan dalam operasionalnya pun hanya menghasilkan listrik.

Pada masa mendatang logam-logam buangan yang saat ini banyak dianggap sebagai material perusak lingkungan akan dapat diolah kembali untuk menghasilkan energi listrik bersih dan ramah lingkungan. Bayangkan jika anda tidak lagi membuang kaleng-kaleng kemasan makanan atau minuman, juga rongsokan-rongsokan logam tetapi memasukkannya pada lubang bensin mobil anda!. (Kompas. 190405)

* DR Eng Eniya Listiani Dewi, Peneliti Material Fuel Cell pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Material, P3TM-BPPT.

Teori Pencelupan Serat – serat Tekstil (Dyeing of Textile fiber).

<!– @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } –>

By : Arifin_pararaja

Pencelupan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan nilai komersil dari barang tekstil. Nilai komersil ini menyangkut nilai indra seperti warna, pola dan mode, dan nilai – nilai guna yang tergantung dari apakah produk akhir dipakai untuk pakaian, barang – barang rumah tangga atau penggunaan lain. Lagi pula, nilai – nilai guna sebagai pakaian tergantung pada tingkatan yang dikehendaki dari sifat – sifat penyesuaian seperti misalnya sifat – sifat pemakaian, sifat – sifat pengolahan, sifat – sifat perombakan dan sifat – sifat sebagai cadangan. Nilai – nilai ini dapat diberikan dengan cara – cara yang beraneka ragam oleh macam – macam bahan, seperti serat – serat kapas, benang – benang, kain tenun, dan kain rajut, bermacam – macam cara proses, termasuk pencelupan.

Serat tekstil sebagai bahan baku utama untuk industri tekstil memegang peranan sangat penting. Serat tekstil yang digunakan pada industri tekstil bermacam – macam jenisnya. Ada yang langsung diperoleh dari alam dan ada juga yang berupa serat buatan. Sifat serat tekstil yang digunakan akan mempengaruhi proses pengolahannya dan juga akan sangat menentukan sifat bahan tekstil jadinya.

Pemilihan zat warna yang sesuai untuk serat merupakan suatu hal yang penting. Pewarnaan akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi. Efisiensi zat warna sangat penting dimana harga – bahan kimia cenderung mengalami kenaikan. Selain itu efektifitas kecocokan warna harus diperhatikan kerena merupakan faktor utama penentu mutu produk tekstil.

Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat. Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan menggunakan alat – alat tertentu pula.

Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.

Vickerstaf menyimpulkan bahwa dalam pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu :

Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak, pada suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan tekstil dimasukkan kedalam larutan celup. Serat tekstil dalam larutan bersifat negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat dua kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak menjauhi serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat – zat pembantu untuk mendorong zat warna lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tahap pertama tersebut sering disebut difusi zat warna dalam larutan.

Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat mengatasi gaya – gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi.

Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan adalah penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap ketiga merupakan proses yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai ukuran menentukan kecepatan celup.

Gaya – gaya ikat pada pencelupan

Agar supaya pencelupan dan hasil celupan baik dan tahan cuci, maka gaya ikatan antara zat warna dengan serat harus lebih besar daripada gaya – gaya yang bekerja antara zat warna dengan air. Pada dasarnya dalam pencelupan terdapat empat jenis gaya ikatan yang menyebabkan adanya daya serap yaitu ;

  • Ikatan Hidrogen

Merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena atom hidrogen pada gugus hidroksil atau amina mengadakan ikatan yang lemah dengan atom lainnya. Contoh : zat warna direk, naftol, dispersi.

  • Ikatan Elektrovalen

Ikatan antara zat warna dengan serat yang kedua merupakan ikatan yang timbul karena gaya tarik menarik antara muatan yang berlawanan. Contoh : Zat warna asam, zat warna basa.

  • Ikatan non polar/ Van der Waals

Pada proses pencelupan daya tarik antara zat warna dan serat akan bekerja lebih sempurna bila molekul – molekul zat warna tersebut berbentuk memanjang dan datar. Contoh : zat warna direk, zat warna bejana, belerang, dispersi, dan sebagainya.

  • Ikatan kovalen

Misalnya zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang sifatnya lebih kuat daripada ikatan – ikatan lainnya sehingga sukar dilunturkan.

Sifat – sifat pencelupan suatu zat warna sering direpresentasikan dalam suatu kurva pencelupan tertentu. Dari kurva tersebut diharapkan dapat diperoleh interpretasi yang lebih nyata tentang karakteristik zat warna dalam proses pencelupan.

Afinitas sesuatu zat warna umumnya merefleksikan kurva isotherm penyerapan, yakni kurva yang melukiskan perbandingan antar azat warna yang tercelup di dalam serat dengan zat warna di dalam larutan pada berbagai konsentrasi, diukur pada suhu yang sama. Apabila isotherm tersebut merupakan larutan sesuatu zat dalam sistem cairan dua fasa, maka akan diperoleh isotherm garis lurus menurut rumus Nerst.

Gambar 1. : Kurva Isoterm Penyerapan

Isotherm Langmuir, yaitu yang kerap kali dipergunakan dalam peristiwa pencelupan dimana serat-serat tekstil dianggap mempunyai tempat-tempat tertentu yang aktif dan terbatas yang dapat ditempati oleh molekul-molekul zat warna. Apabila tempat-tempat tersebut telah terisi, maka penyerapan zat warna akan berhenti meskipun konsentrasinya dalam larutan ditambah.

Gambar 2. : Kurva Isoterm Langmuir

Ds = Konsentrasi zat warna dalam larutan (g/liter).

Df = Konsentrasi zat warna dalam serat (g/ kg).

Kemudian isotherm yang ketiga yang juga banyak dipergunakan dalam pencelupan adalah isotherm Freundlich. Isotherm tersebut tidak mempunyai batas penempatan molekul-molekul zat warna dalam molekul serat, dan dapat dituliskan dalam suatu rumus atau bentuk kurva.

Gambar 3. : Kurva Isoterm Freundlich

Df = k (Ds)X

Dimana : Df = konsentrasi zat warna dalam serat

Ds = konsentrasi zat warna dalam larutan

x = pangkat suatu bilangan pecahan

k = suatu konstanta

Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Dalam pencelupan mempunyai tujuan – tujuan dan sasaran yang hendak dicapai antara lain :

  • Kerataan hasil pencelupan

    1. Keadaan bahan sebelum celup

  • Bebas dari minyak

  • Scouring/ Bleaching yang merata

  • Hasil merserisasi yang merata

  • Bahan tidak kusut

  • Tidak terjadi kostiksasi setempat

  • Penempatan bahan dalam mesin yang rapi

    1. Karakteristik zat warna

  • Kurva penyerapan zat warna

  • Kurva fiksasi zat warna

  • Sifat migrasi zat warna

    1. Proses pencelupan

  • Ikuti program yang telah ditentukan

  • Perhatikan urutan proses pemasukan zat warna dan obat bantu

  • Pemasukan zat warna garam alkali sesuai dengan waktu yang ditentukan.

    1. Pengaruh mekanisme bahan, mesin dan larutan.

  • Penempatan bahan dimesin

  • Kecepatan bahan dalam mesin – mesin menit per cycle

  • Bahan terlalu cepat terjadi kemacetan, friksi dan berbulu.

  • Bahan terlalu lambat mengakibatkan belang

  • Reproduksi yang baik

    1. Pengaruh liquor ratio

  • Jumlah garam dan alkali yang sama zat warna, dengan LR yang tinggi warna akan menjadi muda

  • Konsentrasi garam dan alkali berubah

    1. Stabilitas kualitas bahan

  • Gunakan asal material yang sama

  • Proses merserisasi yang sama

  • Proses dan kondisi S/B yang konsisten

  • Hilangkan sisa – sisa hidrogen peroksida dari S/B

    1. Pengaruh temperatur

  • Reaksi antara zat warna dengan bahan ditentukan oleh jenis dan jumlah alkali dan temperatur.

  • Effisiensi yang tinggi

Menyangkut beberapa hal :

    1. Faktor waktu, berhubungan ke produktifitas dan biaya.

    2. Penggunaan air, berhubungan dengan bagian konservasi air.

    3. Penyabunan, hubungannya dengan daya tahan luntur.

    4. Fiksasi yang tinggi, hubungannya dengan penyabunan dan air limbah.

Proses persiapan pencelupan meliputi pelarutan zat warna, penggunaan air dan zat pelunak air yang dipakai, persiapan bahan, pemasakan, pengelantangan. Metode pencelupan bermacam – macam tergantung efektifitas dan efisiensi yang akan diharapkan. Metode pencelupan bahan tekstil diantaranya adalah :

  • Metode pencelupan, Mc Winch, Jet/ over flow, package, dan beam.

    1. Metode normal proses, penambahan garam secara bertahap.

    2. Metode all – in proses.

    3. Metode migrasi proses.

    4. Metode isotermal proses.

  • Metode pencelupan cara jigger

  • Metode pencelupan cara pad – batch.

Teknik pencelupan lainnya adalah sistem kontinyu atau semi kontinyu, exhoution, teknik migrasi, cara carrier atau pengemban, cara HT/HP atau tekanan dan suhu tinggi, cara thermosol, dengan pelarut organik, dengan larutan celup tuggal/ ganda, cara satu bejana celup, dengan pemeraman, dan sebagainya.

Sebelum dilakukan pencelupan maka bahan tekstil harus dilakukan pretreatment terlebih dahulu supaya hasil celup sempurna. Diantara proses tersebut adalah :

Singieng : Menghilangkan bulu – bulu yang timbul pada benang atau kain akibat gesekan – gesekan yang terjadi pada proses pertenunan, proses ini dimaksudkan supaya permukaan kain akan menjadi rata, sehingga pada proses pencelupan akan didapatkan warna yang rata dan cemerlang.

Dezising : Menghilangkan zat – zat kanji yang melapisi permukaan kain atau benang, sehingga dengan hilangnya kanji tersebut penyerapan obat – obat kimia kedalam kain tidak terhalang.

Scouring : Menghilangkan pectin, lilin, lemak dan kotoran atau debu – debu yang ada pada serat kapas. Zat – zat ini akan menolak pembasah air sehingga kapas yang belum dimasak susah dibasahi yang menyebabkan proses penyerapan larutan obat – obat kimia dalam proses – proses berikutnya tidak terjadi dengan sempurna.

Bleaching : Menghilangkan zat – zat pigmen warna dalam serat yang tidak bisa hilang pada saat proses scouring, sehingga warna bahan menjadi lebih putih bersih dan tidak mempengaruhi hasil warna pada saat proses pencelupan dan pemutihan optical.

Mercerizing : Memberikan penampang serat yang lebih bulat dengan melepaskan putaran serat atau reorientasi dari rantai – rantai molekul selulosa menyebabkan deretan kristalin yang lebih sejajar dan teratur. Proses ini akan menambah kilap, daya serap terhadap zat warna bertambah, memperbaiki kestabilan dimensi, kekuatan tarik bertambah, memperbaiki dan menghilangkan efek negative kapas yang belum matang/kapas mati.

Beberapa pretreatment kadang tidak harus semua dilakukan hal ini tergantung pada kebutuhan. Setelah selesai pengerjaan tersebut pencelupan dapat dilakukan misalnya pencelupan dengan sistem exhoution/ perendaman dan sistem kontinyu.

Hal – hal yang mempengaruhi proses pencelupan.

    • Pengaruh elektrolit

Pada intinya penambahan elektrolit kedalam larutan celup adalah memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh serat, meskipun beraneka zat warna akan mempunyai kesepakatan yang berbeda.

  • Pengaruh Suhu

Pada umumnya peristiwa pencelupan adalah eksotermis. Maka dalam keadaan setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan tetapi dalam praktek keadaan setimbang tersebut sukar dapat dicapai hingga pada umumnya dalam pencelupan memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi

  • Pengaruh perbandingan larutan

Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan terhadap berat bahan tekstil yang diproses. Dalam kurva isotherm terlihat bahwa kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akan menambah besarnya penyerapan.

Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan untuk memakai perbandingan larutan celup yang kecil, sehingga zat warna yang terbuang atau hilang hanya sedikit. Untuk mengurangi pemborosan dalam pemakian zat warna dapat mempergunakan larutan simpan bekas (standing bath) celupan. Dengan menambahkan zat warna baru pada larutan bekas tadi maka dapat diperoleh larutan celup dengan konsentrasi seperti semula.

  • Pengaruh pH

Penambahan alkali mempunyai pengaruh menambah penyerapan. Meskipun demikian kerap kali dipergunakan soda abu untuk mengurangi kesadahan air yang dipakai atau untuk memperbaiki ke larutan zat warna.

Hal – hal yang perlu diperhatikan pada proses pencelupan.

Untuk memperoleh kerataan pencelupan ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu dengan pengendalian adsorpsi dan peningkatan migrasi terutama dengan adisi Leveling Agent. Kurva pencelupan diproyeksikan untuk mengendalikan proses pencelupan. Beberapa kurva yang sering dipakai adalah :

  • Exhoustion curve (kurva isotermis)

Yaitu kurva yang menunjukkan jumlah zat warna yang teradsorpsi sebagai persentasi dari jumlah zat warna yang digunakan mula – mula pada berbagai unit waktu dan temperatur yang konstan.

  • Temperature curve

Kurva ini menggambarkan persentasi penyerapan zat warna pada berbagai temperatur pencelupan pada suatu konsentrasi tertentu.

  • Time, Temperature curve

Kurva ini dibuat terlebih dahulu menentukan waktu dan temperatur yang dicapai sehubungan dengan waktu tersebut. Zat warna yang terserap pada setiap waktu/ temperatur dinyatakan sebagai persentasi dari konsentrasi yang digunakan, pada temperatur maksimum penerapan zat warna dinyatakan sebagai fungsi dari waktu.

  • Adsorption curve

Kurva adsorpsi ini dapat diperoleh dengan mencelup bahan dengan zat warna pada konsentrasi tertentu.

  • Daerah Pencelupan Kritis

Berdasarkan uji statistik diperoleh ketentuan bahwa kerataam pencelupan ditentukan oleh kerataan distribusi dari 80% zat warna yang dipakai. Penyerapan zat warna pada prinsipnya mengikuti kurva distribusi statistik normal. Karena kerataan pencelupan ditentukan pada daerah penyerapan 80% zat warna maka daerah ini disebut pula daerah pencelupan kritis. Karena pada daerah pencelupan kritis pembagian zat warna yang menentukan kerataan terserap, maka sudah selayaknya pada daerah ini kecepatan pemanasan dilakukan lebih perlahan.

  • Diagram Proses Pencelupan

Proses pencelupan yang optimal ialah proses yang mengatur parameter – parameter pencelupan sedemikian rupa hasil pewarnaan yang baik diperoleh dalam waktu yang sesingkat mungkin tanpa mengurangi daya kerataan dan reproduksi yang baik. Parameter proses pencelupan yang paling utama adalah waktu dan temperatur.

Diagram proses pencelupan adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara temperatur dan waktu pencelupan atau dengan kata lain diagram yang menunjukkan kecepatan penaikan/ penurunan temperatur dan lamanya waktu pada suatu temperatur tertentu. Makin lambat penaikan temperatur makin kecil resiko ketidakrataan tapi dilain pihak makin rendah produktivitas.

Diagram proses pencelupan yang rasional adalah diagram yang mengatur kecepatan penaikan temperatur sehingga hasil yang baik dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memperlambat penaikan temperatur pada daerah pencelupan kritis dan mempercepat penaikan temperatur diluar daerah kritis tersebut.

* Referensi ada pada penulis.

PENGOLAHAN LIMBAH SECARA BIOLOGIS.

<!– @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } –>

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Karakteristik limbah:

  1. Berukuran mikro

  2. Dinamis

  3. Berdampak luas (penyebarannya)

  4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:

  1. Volume limbah

  2. Kandungan bahan pencemar

  3. Frekuensi pembuangan limbah

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:

  1. Limbah cair

  2. Limbah padat

  3. Limbah gas dan partikel

  4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:

  1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan

  2. pengolahan menurut karakteristik limbah


Indikasi Pencemaran Air

Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian.

1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggukehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parahjika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.

2. Perubahan warna, bau dan rasa Air normak dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal darilimba industri atau dari hasil degradasioleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.

3. Timblnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendapdidsar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangibahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD. Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari :

  • Bahan buangan padat

  • Bahan buangan organik

  • Bahan buangan anorganik

Pengolahan air limbah berdasarkan tingkatannya:

  • Pengolahan primer

Memisahkan (secara fisik) komponen limbah yang akan menganggu proses pengolahan.

  • Pengolahan sekunder

Menurunkan BO (bahan organik) atau TTS (total padatan terlarut) dengan perlakuan kimia/biologis. Selanjutnya bila diperlukan dapat diteruskan dengan pengolahan tersier.

  • Pengolahan tersier (lanjut)

Dilakukan bila efluen akan dimanfaatkan kembali. Merupakan kombinasi perlakuan fisik, kimia, dan biologis. Menurunkan N, P, atau komponen beracun lainnya.

Perencanaan sistem pengolahan limbah cair:

  1. Pembuatan diagram alir proses

  2. Penentuan kriteria dan ukuran setiap UPL (unit pengolahan limbah)

  3. Persiapan keseimbangan/neraca padatan

  4. Evaluasi tekanan hidrolik

  5. Pembuatan lay out UPL

Pengolahan limbah cair secara biologis:

Peranan mikroorganisme:

  1. Bakteri

  • Paling penting

  • Kemoheterotropik: BO sebagai sumber energi (umum)

  • Kemoautotropik: bahan anorganik sebagai sumber energi

  • Fotosintesis: sinar sebagai sumber energi

  • Setiap jenis punya substrat spesifik (jenis bakteri yang berbeda menguraikan substrat yang berbeda pula)

  • Rumus umum C5H7O2N

  • Punya kemampuan untuk menggumpal

  1. Kapang

  • Nonfotosintesis, bersel jamak, aerobik

  • Banyak terdapat pada limbah pH , kadar air , N

  • Rumum umum C10H17ON

  • Kurang diinginkan karena sulit diendapkan

  1. Protozoa

  • Motil, bersel tunggal

  • Penting dalam pengolahan limbah karena akan ________ bakteri mutu efluen (jernih)

  1. Ganggang (alga)

  • Autotrof, fotosintesis

  • Rumus umum: C106H180O45N16P

  • Metabolisme: CO2 + H2O sinar matahari CH2O + O2

  • Mensuplai oksigen untuk pertumbuhan bakteri

  • Spesies yang penting: ganggang biru – hijau, dan ganggang hijau

TIPE METABOLISME:

  1. Aerobik

    • Mengoksidasi BO

    • Memerlukan O2 sebagai aseptor elektron

  2. Anaerobik

    • Tidak memerlukan oksigen (obligat)

  3. Fakultatif

    • Sebagian besar mikroorganisme

    • Dapat hidup tanpa oksigen (tapi lebih sempurna bila ada O2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGOLAHAN LIMBAH SECARA BIOLOGIS:

  1. Nutrien

    • Makro: C, N, P

    • Mikro: cukup

    • Pendekatan ~ rumus sel

    • BOD : N : P = 100 : 5 : 1

  2. Oksigen

  • Diperlukan untuk proses anaerobik, min: 1.0 mg/l

  • Untuk anaerobik tidak perlu

  1. Suhu

    • 25 – 35°C (mesofilik)

    • 45 – 60°C (thermofilik)

  1. pH

    • Umum = 6,5 – 8,5

    • Limbah asam/alkali netralisasi

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH SECARA BIOLOGIS

  • AEROBIK

  1. Pertumbuhan tersuspensi (suspended growth)

    • Activated sludge

    • Sequenzing batch reactor

    • Contact stabilization

    • Aerobic digestion

    • Aerated tagoons

    • Parit oksidasi

  2. Pertumbuhan melekat (attached growth)

  • Tricking filter (filter menetes)

  • Rotating biological contractors

  • ANAEROBIK

  1. Pertumbuhan tersuspensi

    • Anaerobik digestion

    • Anaerobic contact process

    • Upflow anaerobic sludge – blanked

  2. Pertumbuhan melekat

  • Anaerobic filter process

  • Expanded bed

  • ANOXIC PROCESSES

    1. Suspended – growth denitrification

    2. Fixed film denitrification

  • KOMBINASI AEROBIK, ANOXIC, ANAEROBIK

  1. Pertumbuhan tersuspensi

Proses: fase, atau multifase

  1. Kombinasi pertumbuhan tersuspensi melekat

Proses: fase atau multifase

  • SISTEM KOLAM

  • Kolam fakultatif

  • Kolam anaerobik

  • Kolam aerobik

  • Kolam pematangan (stabilisasi/tertiary pond)

PENCERNAAN ANAEROBIK

  • Waktu retensi padatan lama (15-20 hari)

  • Padatan yang dihasilkan minimum

  • Reaksi endogenes metabolisme dominan

  • Dalam digesteranaerobik (aerasi tidak terlalu intensif)

  • Cocok untuk menangani limbah/sludge dari proses lumpur aktif/jenis limbah yang pekat

  • Reduksi padatan menguap 40-60%

  • Keuntungan VS pencernaan aerobik:

    • Tidak perlu insulasi, panas tambahan ‹ penutup

    • Punya kemampuan untuk menangani konsentrasi lumpur

@_pararaja

KHASIAT JAHE

Banyak sekali jenis tumbuhan yang berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Diantara sekian banyak jenis tumbuhan yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh adalah tumbuhan jahe.


Beberapa Khasiat Jahe
1. Rasa jahe yang hangat membantu sirkulasi keringat, yang bisa memberi efek baik untuk mencegah flu dan masuk angin.
2. Jahe dikenal dapat mengurangi inflamasi sendi dan jaringan otot pada penderita reumatik
3. Obat herbal ini mujarab mengatasi mual pada wanita hamil
4. Mengurangi efek migram
5. Banyak wanita percaya, jahe bisa meminimakan kram pada saat haid
6. Dapat merangsang pencernaan dan mengurangi rasa kembung akibat masuk angina
7. kandungan antisapriknya, membantu mengurangi penyerapan kolesterol darah dan hati
8. Aromanya yang khas bisa dijadikan aroma terapi untuk obati stres
9. Sering mengkonsumsi jahe membuat tubuh jauh dari penyakit, meningkatkan kekebalan tubuh dari virus.
10. Rasanya yang hangat sangat baik untuk Anda yang sedang merasa kedinginan
11. Membantu menyembuhkan batuk, asma, dan sakit kepala


Institut Pertanian Bogor (IPB), melalui lembaga Pusat Studi Biofarma mengadakan penelitian tentang jahe yang sangat berguna bagi kesehatan, bahkan jahe merupakan tumbuhan yang menjadi salah satu bahan untuk minuman tradisional jamu.
Menurut Prof Dr Ir Latifah K Darusman, Kepala Pusat Studi Biofarma IPB, jahe merupakan tanaman obat yang telah dikenal sejak lama dan digunakan secara luas.


Berikut ini, simak daftar tanya jawab yang dilakukan dengan Prof Dr Ir Latifah K Darusman seputar penelitian jahe yang dilakukan oleh Pusat Studi Biofarma IPB. Dalam memberi keterangannya, Prof Dr Ir Latifah K Darusman dibantu oleh dua orang stafnya, yakni Rudi Heryanto, SSi, MSi (keahlian separasi bahan aktif) dan Dr Min Rahminiwati (keahlian farmakologi).

Sejauh mana inovasi yang dilakukan IPB pada jahe?


Penelitian-penelitian terkait dengan khasiat/kegunaan jahe memang banyak yang sudah melakukannya. Namun, IPB melalui Pusat Studi Biofarmaka mencoba melakukan kajian terkait dengan jahe pada segmen yang belum banyak disentuh yaitu segmen budidaya, potensi pasar dan kontrol kualitas simplisia jahe. Walaupun begitu beberapa kajian khasiat jahe seperti sifat antioksidannya ataupun cara formulasinya menjadi suatu produk juga tetap dilakukan.


Beberapa penelitian terkait dengan jahe yang telah dilakukan oleh Pusat Studi Biofarmaka adalah, pembuatan prosedur operasi standard untuk budidaya jahe, dengan keunggulan sistem budidaya berbasis bahan bioaktif. Pengembangan teknik analisis untuk kontrol kualitas simplisia jahe. Dalam kajian ini telah dicoba dikembangkan metode penentuan bahan aktif jahe secara langsung dari simplisianya. Juga pengkajian strategi untuk menjadikan jahe sebagai komoditas ekspor. Kajian-kajian ini dilakukan baik secara mandiri ataupun dilakukan bekerjasama dengan instansi lain seperti Departemen Pertanian dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Berdasarkan penelitian, ada berapa macam/jenis jahe?

Sampai saat ini, Pusat Studi Biofarmaka tidak melakukan penelitian untuk identifikasi keragaman jenis jahe. Mungkin untuk hal ini Balittro-Deptan, telah melakukannya. Adapun untuk penelitian tentang jahe yang selama ini dilakukan, Pusat Studi Biofarmaka menggunakan tiga jenis jahe yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah. Untuk aplikasi budidaya yang sedang kami lakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan di Kalimantan Timur (kerjasama ITTO-PSB, IPB-Dephut-PT Inhutani), jenis jahe yang dibudidayakan adalah jahe merah.


Apakah kandungan zat yang berbahaya pada jahe?


Tidak ada efek berbahaya yang akan ditimbulkan oleh komponen kimia dalam jahe selama penggunaannya dilakukan sesuai dengan anjuran. Namun yang harus diperhatikan adalah keberadaan bahan kimia lain (misalnya flatoksin) yang disebabkan kontaminasi simplisia jahe oleh misalnya Aspergillus sp.

Seberapa penting atau besar/dominant jahe dibanding tumbuhan lain untuk kesehatan?


Jahe merupakan salah satu tanaman obat yang paling sering digunakan untuk komponen jamu. Pusat Studi Biofarmaka bekerjasama dengan Oxford Natural Product telah melakukan studi inventori tumbuhan obat yang digunakan jamu untuk sembilan jenis penyakit. Hasil studi menunjukkan bahwa jahe tercatat sebagai komponen jamu untuk 7 jenis penyakit dan merupakan tanaman obat yang paling umum digunakan untuk jamu yang berkhasiat sebagai penghilang sakit/antiinflamasi dan penghilang gangguan saluran pencernaan.

Bahan-bahan apa saja yang boleh atau dilarang dicampur dengan jahe?


Beberapa studi menunjukkan bahwa pada penggunaan sesuai dosis klinik, jahe tidak berinteraksi dengan pengobatan yang lain.

Lebih baik mana, jahe dimanfaatkan untuk tubuh apakah sesudah makan atau sebelum makan?


Terkait dengan kandungan senyawa bioaktif jahe yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka pada lambung maka ada baiknya jahe dikonsumsi sebelum makan.


Bagaimana proses pengolahan jahe yang aman sehingga struktur kandungannya tidak berubah?


Senyawa bioaktif yang dikandung jahe (misalnya gingerol atau minyak atsirinya) merupakan senyawa thermolabile. Untuk itu pengolahan yang menggunakan panas yang berlebihan patut untuk dihindari. Walaupun demikian, dalam larutan berair, gingerol dapat bertahan sampai suhu 100 derajat celcius.


Ada kontradiksi yang dialami tubuh bila jahe dikonsumsi setiap hari. Berbahaya atau tidak?


Dalam suatu monograf disebutkan bahwa penggunaan serbuk jahe secara oral pada kadar 2 gram perhari (dalam satu dosis atau dibagi menjadi beberapa kali) dapat dilakukan dalam waktu yang tidak dibatasi.


Ada kontradiksi bila jahe dikonsumsi oleh penderita maag, karena dalam jahe ada zat yang bertolak belakang dengan asam lambung?


Belum ada informasi terkait dengan kontradikasi jahe pada dosis yang dianjurkan selama ini. Hanya saja, satu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari India menunjukkan bahwa penggunaan serbuk jahe pada dosis 6 gram perhari dapat menyebabkan iritasi lambung.


Komposisi jahe akan bermanfaat pada kondisi apa saja? Penyakit apa saja yang bisa dicegah oleh kandungan jahe dan dosisnya berapa dan bila dibuat sendiri pengolahannya bagaimana? Untuk penyembuhan? Penyakit apa saja?


Secara prekinik baik in vitro maupun in vivo, jahe telah dibuktikan memiliki efek antimikrob, antifungal, antihelmintik, antioksidatif, antiimflamasi, antitumor, bersifat imunomodulatori, antilipidemic, bersifat analgesik, dan memiliki efek perlindungan terhadap saluran pencernaan. Sedangkan secara klinik, efek yang paling nyata dari jahe adalah untuk menghilangkan gejala mual pada perempuan hamil. Untuk efek yang lainnya misalnya mencegah mual setelah operasi, mencegah mabuk karena perjalanan, dan sakit karena osteoartitis, secara studi klinik sampai saat ini cukup efektif tapi masih harus dikonfirmasi dengan studi yang lebih jauh.


Beberapa Tips membuat minuman jahe :
Cara membuat wedang jahe dan Kopi Susu Jahe

– Wedang Jahe

Bahan :
1 liter air
100 gr gula pasir
2 buah jahe dimemarkan
1 lembar dau pandan wangi (diikat simpul)

Cara membuatnya :

Didihkan air, lalu masukan semua bahan kedalam rebusan air, aduk sampai gulanya larut, dan pandan menjadi layu, cicipi bila kurang manis tambahkan gula. Nikmat dihidangkan dalam keadaan hangat.

– Kopi Susu Jahe

Bahan :
1 potong jahe, memarkan
3/4 gelas air
1 sendok makan kopi bubuk
2 sendok makan gula pasir
3 sendok makan susu bubuk

Cara membuat :

masak sekaligus jahe, air, kopi sampai dengan mendidih, tuangkan pada gelas yang sudah diberi susu bubuk dan gula, aduk, dan sajikan.

Selamat mencoba..!
Info : Kami juga mempoduksi Jahe, Kunyit, Temulawak, dsb. dalam bentuk kristal berbagai ukuran yang diproduksi oleh anak – anak sekolah kami di Unit Produksi dan Jasa SMK NEGERI 3 KIMIA MADIUN.
Kami siap melayani anda.

Kepala Sekolah : Sutradara Sekaligus Aktor Lingkungan Sekolah

Oleh : Pank.

Kadang masyarakat awam, khususnya para orang tua yang menyekolahkan anak – anaknya, beranggapan bahwa kata ‘pendidikan’ hanyalah terpaku pada pengajaran mata pelajaran yang tiap harinya diterima para murid di sekolah. Mereka seolah dengan menyekolahkan anaknya, beranggapan kalau mereka telah memberikan pendidikan kepada anaknya.

Sebenarnya anggapan itu tidak sepenuhnya salah. Memang pengajaran mata pelajaran yang diterima oleh para murid adalah salah satu definisi dari pendidikan. Namun, apakah kata pendidikan hanya sebatas itu saja? Tentu saja tidak. Makna pendidikan jauh lebih luas daripada hanya sekedar memberi ilmu tentang pelajaran – pelajaran sekolah. Arti pendidikan yang sebenarnya, di samping memberikan pelajaran juga mendidik akhlak yang baik kepada orang lain. Dan definisi yang kedua inilah yang jauh lebih sulit diaplikasikan jika dibandingkan definisi yang pertama tadi. Sebab, pendidikan tentang akhlak yang baik membutuhkan contoh seorang figur yang baik pula. Bayangkan jika seorang guru yang seharusnya memberikan contoh akhlak yang baik kepada para muridnya, justru bertingkah laku buruk entah di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Bisa dibayangkan akan seperti apa tingkah laku para siswa-siswinya?

Berbicara tentang pendidikan dalam koridor lingkungan sekolah, maka siapakah orang yang paling bertanggungjawab atas kelangsungan pendidikan itu? Jika kita merunut jawaban secara global, maka tiap instansi dan individu di dalam ligkungan sekolah itu bertanggungjawab atas pendidikan di sekolah tersebut. Namun jika kita harus menyebut sebuah nama, pihak yang paling bertanggungjawab atas kelangsungan pendidikan di lingkungan sekolah, maka orang itu adalah Kepala Sekolah.

Bagaimana seorang kepala sekolah selaku pemimpin sebuah sekolah berperilaku akan sangat terpantau oleh guru – guru maupun murid – murid yang ia bawahi. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah tak hanya bisa mengajar pelajaran di kelas-kelas, namun yang lebih penting lagi, ia harus bisa menjaga sikapnya baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.

Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan

Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu professional di antara para guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.

Sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah harus mampu menolong stafnya untuk memahami tujuan bersama yang akan dicapai. Ia harus memberi kesempatan kepada staf untuk saling bertukar pendapat dan gagasan sebelum menetapkan tujuan.

Di samping itu kepala sekolah juga harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan suasana kerja yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat. Ia juga harus mampu mengembangkan staf untuk bertumbuh dalam kepemimpinannya. Ini berarti ia harus mampu membagi wewenang dalam pengambilan keputusan, sebab banyaklah tanggung jawab yang harus dilaksanakan kepala sekolah.

Agar tugas-tugas ini berhasil baik ia perlu memperlengkapi diri baik dengan perlengkapan pribadi maupun perlengkapan profesi. Ia harus memahami masalah kepemimpinan dan prinsip-prinsip kepemimpinan. Adapun prinsip – prinsip kepemimpinan yang dimaksud adalah :

1. Prinsip Demoktratis

Dalam menjalankan kepemimpinannya, kepala sekolah hendaknya bersikap dan bertindak demokratis, mengutamakan musyawarah untuk mufakat, meskipun suatu saat dia dapat pula menjalankan kepemimpinan situasional (dasar sikap dan tindakan kepemimpinan yang berdasarkan situasi).

2. Prinsip Kekeluargaan

Sebagai pemimpin, kepala sekolah perlu menciptakan dan membina situasi hubungan sosial yang karab dan harmonis di dalam lingkungan kerjanya, yang didasari oleh semangat kekeluargaan.

3. Prinsip Kesederhanaan

Dalam menjalankan kepemimpinan pendidikan, kepala sekolah perlu memberikan keteladanan sikap dan tingkah laku yang menunjukkan kesederhanaan dan kemandirian kepada guru-guru agar sikap dan tingkah lakunya yang demikian itu mengimbas/menular kepada para siswa. Kedua sikap tersebut juga perlu ia tunjukkan dalam pengelolaan sumber daya yang terbatas baik kuantitasnya, sehingga akan dapat membantu mengatasi keterbatasan kemampuan sekolah yang dipimpinnya.

Kepala Sekolah dan Fungsinya

Atas tanggung jawab yang begitu besar itu pulalah yang menjadikan seorang Kepala Sekolah harus bisa mengatur sedemikian rupa sebuah lingkungan sekolah dengan baik layaknya seorang sutradara film. Di samping itu, seorang Kepala Sekolah juga harus mampu untuk menjalankan perannya sendiri sebagai seorang guru dan pendidik layaknya seorang aktor.

Seorang kepala sekolah menduduki jabatannya karena ditetapkan dan diangkat oleh atasan (Kepala Kantor Departemen Pendidikan Nasional atau yayasan). Tetapi untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan lancar ia perlu diterima dengan tulus ikhlas oleh guru–guru yang dipimpinnya. Dengan kata lain ia diakui kemampuan serta kepemimpinannya oleh guru–guru.

Kedudukan kepala sekolah adalah kedudukan yang cukup sulit. Pada satu pihak ia adalah orang atasan karena diangkat oleh atasan. Tetapi di lain pihak ia adalah wakil guru-guru atau stafnya. Ia adalah suara dan keinginan guru-guru. Sebagai seorang atasan, ia mempunyai tanggung jawab sebagai tangan kanan atasan untuk membina sekolah, guru-guru serta anggota staf yang lain. Dan sebagai wakil guru-guru ia harus mampu menerjemahkan aspirasi-aspirasi dan keinginan-keinginan mereka. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kedudukan kepala sekolah adalah “kedudukan tengah” antara atasan dan staf. Dalam kedudukannya yang demikian itu, kepala sekolah mengemban tugas pokoknya yaitu membina atau mengembangkan sekolahnya secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman.

Di dalam usaha meningkatkan mutu sekolahnya, seorang kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengembangkan fasilitas sekolah; misalnya gedung, perlengkapan / peralatan, keuangan, sistem pencatatan / pendataan, kesejahteraan dll yang semuanya ini tercakup dalam bidang administrasi pendidikan. Dalam hal yang demikian ini maka kepala sekolah berfungsi sebagai administrator pendidikan.

Usaha peningkatan mutu dapat pula dilakukan dengan cara meningkatkan mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah, misalnya melalui rapat-rapat, diskusi, seminar, observasi kelas, penataran, perpustakaan, dsb. Kegiatan-kegiatan yang demikian ini dapat digolongkan pada kegiatan supervisi. Oleh karena itu, dalam hal ini dapatlah dikatakan bahwa fungsi kepala sekolah adalah sebagai supervisor (penyelia) pendidikan.

Peningkatan dalam bidang adminstrasi dan supervisi saja belum merupakan jaminan akan keberhasilan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Ada faktor lain yang tidak kalah penting yaitu masalah kepemimpinan.

Peningkatan mutu hanya dapat berjalan dengan baik apabila guru-guru bersikap terbuka (open mindedness), kreatif dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Semua hanya dapat terjadi apabila mereka berada dalam suatu suasana kerja yang menyenangkan, aman dan menantang.

Suasana yang demikian ditentukan oleh bentuk dan sifat kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah harus terus-menerus berusaha mengembangkan diri agar kepemimpinannya terus berkembang pula. Hal ini merupakan kewajiban yang penting sekali karena fungsinya sebagai pemimpin pendidikan (educational leader.).

Kepala Sekolah Sebagai Peningkat Kinerja Guru

Performance yang diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan atau hasil kerja atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Menurut Sedarmayanti (2001) kinerja adalah hasil atau keluaran dari suatu proses. Menurut Prawirosentono (1999), performance (kinerja) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Jadi bisa disimpulkan, jika kita melihat dalam hal pendidikan, kinerja guru yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru tersebut mampu untuk mendidik para siswa-siswinya menjadi orang yang berhasil, baik dalam hal pendidikan, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dan itu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Sedangkan tugas Kepala Sekolah di sini adalah untuk meningkatkan kinerja para guru tadi sehingga mampu untuk mendidik para siswa – siswanya dan menyampaikan pelajaran serta berakhlak yang mulia, sehingga para guru akan bisa menjadi contoh yang baik bagi para siswanya.

Kesimpulan

Hampir tak ada seorang kepala sekolah pun yang menyangkal bahwa jabatan yang ia emban itu sulit. Tak berlebihan memang jika seorang kepala sekolah merasa berat memangku jabatannya, terlebih lagi setelah kita melihat apa tanggung jawab dan tugas – tugas dari seorang kepala sekolah. Namun, kepala sekolah dengan tingkat kewenangan yang dimiliki, sangat dominan dalam upaya meningkatkan kinerja dan kualitas guru menjadi seorang pengajar dan pendidik yang profesional. Ia pun sangat berpeluang untuk mengharumkan nama sekolah yang dipimpinnya dengan inovasi-inovasi yang ia ciptakan untuk memajukan lingkungan sekolah. Selain dapat mengharumkan namanya sendiri tentunya.

Pun tak berlebihan jika kita menyebut seorang kepala sekolah sebagai sutradara sekaligus aktor dalam sebuah lingkungan sekolah. Sutradara, karena ia harus pintar – pintar mengatur para guru dan staf serta murid-muridnya dengan peraturan dan keputusan – keputusan yang ia ambil. Selain itu, ia adalah orang pertama yang bertanggungjawab atas keberhasilan jalannya roda pendidikan di sebuah sekolah. Ia pun langsung bertanggungjawab kepada atasannya (Kepala Kantor Pendidikan Nasional atau Yayasan) layaknya seorang sutradara yang bertanggungjawab kepada sang produser. Aktor, sebab selain ia membuat peraturan-peraturan dalam sekolahnya, ia pun harus bisa mengaplikasikan dan mematuhinya sendiri. ia pun juga seorang guru yang harus berkewajiban mendidik para murid dan juga anak-anaknya.

Namun, seberat apapun tugas dan tanggung jawab jabatan seorang kepala sekolah, jabatan itu tetaplah sebuah jabatan yang mulia. Jabatan yang mungkin hampir tiap guru mengidam-idamkannya.

PEMURNIAN MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORPSI LEMPUNG TERAKTIVASI ASAM.

Lempung bentonit sangat menarik untuk diteliti karena lempung ini mempunyai struktur berlapis dengan kemampuan mengembang (swelling) dan memiliki kation-kation yang dapat ditukarkan (Katti and Katti, 2001). Meskipun lempung bentonit sangat berguna untuk adsorpsi, namun kemampuan adsorpsinya terbatas (Cool and Vanssant, 1998). Kelemahan tersebut dapat diatasi melalui proses aktivasi menggunakan asam (HCl, H2SO4 dan HNO3) sehingga dihasilkan lempung dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi (Kumar and Jasra, 1995). Asam sulfat merupakan asam yang memiliki bilangan ekivalen H+ lebih tinggi dibanding dengan asam klorida ataupun asam nitrat. Aktivasi lempung menggunakan asam akan menghasilkan lempung dengan situs aktif lebih besar dan keasamaan permukan yang lebih besar, sehingga akan dihasilkan lempung dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum diaktivasi (Komadel, 2003).
Sementara itu dewasa ini, khususnya di daerah penghasil cengkeh, sangat banyak terdapat penyulingan minyak daun cengkeh. Namun kualitas minyaknya masih sangat rendah sehingga harganyapun relatif murah. Adapun penyebab rendahnya kualitas ini karena minyak daun cengkeh yang dihasilkan masih mengandung pengotor yang kemungkinan berupa zat warna organik atau anorganik sehingga minyak ini berupa cairan yang berwarna gelap. Minyak daun cengkeh yang diproduksi dengan alat destilasi yang dibuat dari stainless steel umumnya mempunyai kualitas yang lebih baik, akan tetapi alat ini terlalu mahal sehingga petani memilih menggunakan alat yang terbuat dari besi (Guenther, 1990; Sastrohamidjojo, 2002). Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu cara yang murah untuk menghilangkan pengotor pada minyak daun cengkeh sehingga kualitasnya menjadi lebih baik.
Salah satu cara sederhana dan telah banyak dikembangkan oleh banyak peneliti untuk menghilangkan pengotor adalah metode adsorpsi. Beberapa peneliti menggunakan karbon aktif untuk mengadsorpsi material organik terlarut. Tetapi karena tingginya harga adsorben karbon aktif serta sulitnya diregenerasi, mendorong para peneliti untuk mencari material lain sebagai penggantinya. Salah satu bahan yang menarik untuk digunakan sebagai adsorben adalah material anorganik alam, misalnya lempung (McCabe, 1996). Penggunaan lempung sebagai adsorben mempunyai beberapa keunggulan karena lempung khususnya jenis bentonit mempunyai struktur antar lapis yang dapat dimodifikasi sehingga dapat memperbaiki sifatnya. Disamping itu pemanfaatan lempung sebagai adsorben dapat diregenerasi (Ryanto, 1994).
Pada penelitian ini akan dipelajari metode aktivasi lempung menggunakan H2SO4 serta uji adsorpsinya pada minyak daun cengkeh. Adapun kajian yang ditekankan pada pembuatan lempung teraktivasi asam yakni penentuan kondisi optimum reagen pengaktivasi. Diharapkan dengan perlakuan optimum akan menghasilkan lempung teraktivasi dengan aktivitas adsorpsi yang tinggi terhadap pengotor minyak daun cenkeh.
Lempung teraktivasi asam telah diuji adsorpsinya pada proses penjernihan minyak daun cengkeh. Pada proses sintesis dikaji pengaruh konsentrasi asam sulfat terhadap kualitas lempung hasil sentesis dan kemampuan adsorpsinya. Karakterisasi lempung hasil sintesis dilakukan dengan Gas Sorption Analyzer untuk menentukan luas permukaan spesifik, spektrofotometer FTIR untuk penentuan gugus-gugus fungsional .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan di atas menyebabkan terjadinya peningkatan pada: luas permukaan spesifik. Luas permukaan spesifik berturut-turut 48,27; 48,75; 54,31; 65,21; 62,91; dan 51,86 m2/g, untuk variasi konsentrasi asam sulfat = 0; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6 dan 2,0 M. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa lempung dengan aktivasi = 1,2 M menunjukkan aktifitas adsorpsi terbaik, yakni mampu mengadsorpsi pengotor paling banyak: 284,2 mg/g lempung dan menghasilkan minyak hasil adsorpsi paling jernih dengan perbandingan adsorben : minyak = 1 g : 40 mL.

Adopted by @_pararaja from : Jurnal Kima 2(1). Januari 2008 : 19-24; P. Suarya. 2008. Adsorpsi Pengotor Minyak Daun Cengkeh Oleh Lempung Teraktivasi Asam. Bukit Jimbaran, Bali : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana.

Belajar Manajemen Perusahaan. Chapter. 16 : Benchmarking

Definisi :
Bencmark adalah :
– Suatu pengukuran terhadap pelaksanaanfungsi, operasi atau bisnis yang berkaitan dengan yang lain, seperti : referensi
– Proses pengukuran produk, jasa dan praktek kegiatan yang dilakukan secara terus menerus terhadap para pesaing yang paling ulet.

Benchmarking juga dapat didefinisikan :
• sebuah alat yang bermanfaat bagi keefektifan sebuah biaya
• memperbolehkan organisasi untuk belajar dari pengalaman organisasi lain

Tujuan Benchmarking
• Untuk mempertinggi keefektifan organisasi
• Untuk mempertinggi prestasi organisasi
• Untuk mencapai status kelas dunia

Tiga pendorong utama Ledakan Benchmarking (Benchmarking boom)

1. Persaingan Global : perusahaan perusahaan harus mengikuti persaingan, untuk melebihi atau sama dengan praktek-praktek terbaik
2. Tanda Penghargaan Mutu : Minat yang terus meningkat untuk memperoleh quality award
3. Perbaikan Terobosan kesadaran manajemen yang meningkat tentang sampai sejauh mana perusahaan dapat tertinggal di belakang para pesaing global mereka.

Jenis jenis benchmarking berdasarkan bentuknya :
1. Benchmarking internal, pembuatan perbanding dengan bagian lain di dalam organisasi yg sama
2. Benchmarking pesaing, lebih sulit dilaksanakan karena merupakan kerahasian suatu organisasi,
3. Benchmarking fungsional, perbandingan organisasi yang tidak bersaing seperti pergudangan, jasa boga dll.
4. Bencmarking umum (Generic Benchmarking): perbandingan proses-proses bisnis yang berlaku pada berbagai fungsi dan dalam indiustri yang berbeda.

3 Macam Benchmarking
• Benchmarking proses berfokus pada proses tertentu dan sistem operasi
• Benchmaking pelaksanaan kerja (kinerja) Berfokus pada harga, mutu teknis, ciri tabahan pada produk/jasa, kecepatan, daya tahan dan karakteristik kinerja lainnya
• Benchmarking strategi menjelajahi industri industri, mencari tahu strategi terbaik yang telah mensukseskan suatu perusahaan untuk bertahan dalam persaingan

Benchmarking memungkinkan anda untuk :
• Meningkatkan prestasi bisnis
• Mempelajari & Meningkatkan praktek terbaik
• Mencapai sasaran yang realistis
• Memasukkan peningkatan² dlm strategi
• Menggunakan praktek terbaik sebagai inspirasi dalam mengadakan pembaharuan
• Berfokus keluar
• Mempunyai tujuan tertentu mengenai peningkatan
• Mengukur peningkatan

Darimana Anda Harus Memulai :
• Jangan tunggu krisis
• Kerjakan ditempat yg secara realistis mungkin untuk dilaksanakan
• Bentuk tim benchmarking, terdiri dari pengambil keputusan dan ahli di suatu proses
• Ketahuilah perusahaan perusahaan lain yang masuk kelas dunia dalam bidang yang serupa
• Tetapkan kunci untuk mensukseskan bisnis yang hendak ditingkatkan
• Tentukanlah pengukuran pelaksanaan kerja perusahaan
• Seleksi proses proses inti
• Dipadukan dng kegiatan perbaikan mutu yg lain
• Dihubungkan dengan kegiatan² perencanaan diperusahaan

Darimana informasi dapat diperoleh ?
• Relasi (pemasok/pelanggan
• Media massa, karya ilmiah,
• konsultan & perantara
• Asosiasi dagang
• Karyawan

Kapan Benchmark dilakukan :
• Saat proses sedang berlangsung
• Saat pengecekan pelaksanaan secara teratur sedang dilakukan
• Saat meng-update benchmark untuk peningkatan berkelanjutan
• Saat peninjauan kegiatan yang sedang dibencmark untuk memastikan bahwa kegiatan tsb masih merupakan faktor sukses yang penting
• Saat mengetahui adanya faktor dan parameter baru

Apa yg dapat di benchmark ?
• Setiap bagian dari bisnis seperti :
o Penjualan per karyawan
o Biaya kegiatan distribusi
o Pengiriman yang terlambat
o Tingkat penolakan (rejects)
o Luas gudang
o Waktu yang diperlukan untuk satu kali proses
o Waktu untuk melayani pesanan
o Waktu yang diperlukan untuk memperkenalkan produk baru
o Jumlah perubahan yang terjadi pada perekayasaan

Siapa yg dapat dibenchmark ?
• Depertemen atau divisi lain
• Pesaing
• Industri lain yg berbeda

Siapa yg akan dilibatkan ?
• Para karyawan – yang mengetahui dengan baik tentang proses dan dapat mengevaluasi peningkatan yang potensial
• Para manajer – dapat menyiapkan kepemimpinan dan dukungan, dan
bertanggung jawab bagi strategi dan proses komunikasi
• Dukungan eksternal – Dapat menyediakan fasilitas bagi ahlinya, pemindahan keahlian ke dalam organisasi dan membantu belajar mengenai keorganisasian

2 Jenis Proses Dalam Organisasi
• proses inti yaitu bahwa proses tersebut merupakan proses dasar untuk menuju ke tujuan strategis organisasi, contoh pabrik.
• proses pendukung yaitu bahwa proses tersebut mendukung kegiatan infrastruktur organisasi, contohnya SDM.

Keempat dimensi dari pengukuran proses adalah :
• Produktivitas
• Kualitas
• Pengiriman/Ketetapan waktu
• Pembaharuan

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum, selama, dan setelah memulai prakarsa benchmarking.
1. Adakah kesenjangan kinerja didalam organisasi anda?
2. Komitmen dari atasan.
3. Team kerja benchmarking kita memerlukan satu atau dua orang yang mau bertindak sebagai fasilitator bagi tim kerja itu.
4. Sindrom potong kompas, mengharapkan terlampau cepat bila memecahkan persoalan.
5. Memadukan benchmarking dengan upaya mutu terpadu lainnya.
6. Proses bisnis internal harus akrab dengan proses-proses bisnis didalam organisasi.
7. Melaksanakan penelitian bencmarking

Proses bencmarking
1. Mengidentifikasi subyek benchmarking
2. Mengidentifikasi perusahaan-perusahaanpembanding.
3. Menentukan metode pengumpulan data dan mengumpulkan data.
4. Menentukan kesenjangan pesaingan yang ada.
5. Memproyeksikan kinerja masa depan.
6. Mengkomunikasikan penemuan dan mendapatkan pengakuan.
7. Menetapkan sasaran-sasaran berdasarkan fungsi.
8. Mengembangkan rencana kegiatan.
9. Menerapkan rencana dan memantau kemajuan.
10. Menyesuaikan kembali ukuran Benchmarking.

Kunci untuk melakukan benchmarking yang berhasil
1. Pahami dahulu proses anda sendiri dengan seksama dan menyeluruh.
2. Kunjungan jangan direncanakan sebelum penelitian diatas meja cukup dilakukan untuk memperoleh informasi perusahaan yang terbaik.
3. Fokusnya harus pada penerapan terbaik bidang industri.
4. Harus ada kemauan membagi informasi, kunjungan timbal balik direncanakan bila mana perlu.
5. Informasi peka selalu dijaga kerahasiaannya.
6. Jangan memusatkan pada hasil akhir, praktek dan prosesnya yang perlu dipahami.
7. Benchmarking harus merupakan proses yang berkesinambungan

Keuntungan Benchmarking
• Meningkatkan mutu organisasi
• Mengantar ke posisi “hemat biaya”
• Menciptakan keterlibatan untuk Merubah
• Memaparkan ide baru dan memperluas sudut pandang
• Meningkatkan kepuasan karyawan lapangan Mempertinggi tingkat maksimum potensi kinerja organisasi
• Kepuasan relasi

@_pararaja

Alat Penghemat Bahan Bakar dan Mengurangi Polusi Udara Untuk Generator Set

Ir. Sugiono
Electric Fuel Treatment, konsep desainnya mengacu pada metoda Magnetic Resonance Imaging (M.R.I) yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas bahan bakar Solar dan biodiesel sehingga kinerja motor bakar diesel menjadi lebih baik. Dengan menggunakan alat ini, penghematan BBM pada motor bakar diesel mencapai 5~20% dan manfaat lain yang diperoleh selain hemat BBM, juga meningkatkan power mesin, mengurangi kadar emisi gas buang Hidro carbon (HC), Carbon Monoksida (CO) berikut menekan opasitas (Asap gelap) .
Metoda alat ini telah didaftarkan dan dalam proses memperoleh Hak Paten dari Departemen Kehakiman dan HAM RI atas nama LIPI No.P00200400434.
Fungsi kerjanya Electric Fuel Treatment adalah merubah sifat asli BBM yang rantai molekul hidrokarbonnya masih menggumpal diresonansi menjadi terbuka , sehingga oksigen yang masuk dari filter udara lebih banyak dari yang semula (artinya oksigen harus bersih dan bebas dari kotoran debu). Dari proses ini jumlah BBM yang tidak terbakar lebih sedikit dari sebelumnya, ini artinya power yang diperoleh oleh mesin menjadi meningkat dan emisi gas buangnya menjadi menurun.
Kegunaan dari EFT apabila dipasang pada genset :
• Meningkatkan sifat bahan bakar menjadi lebih efisien pada berbagai type genset
• Meningkatkan power mesin dan mengurangi getaran mesin
• Mengurangi emisi gas buang, serta mengurangi pemeliharaan sistem injection dan mencegah timbulnya kerak pada ruang bakar.

Type-type EFT dapat dipasangkan ke beberapa spesifikasi genset di antaranya :
EFT 110 LHD untuk genset 80 HP dengan dia pipa input BBMnya ialah 9 mm dan EFT 135 LHD untuk genset 120 HP, dia pipa input BBMnya 12 mm, sedangkan untuk genset di atas 120 HP, maka EFT 135 LHD dipasang lebih dari satu dengan cara seri.
Harapan yang di inginkan adalah emisi gas buang menurun, power engine bertambah dan Spesific Fuel Consumption (SFC) menurun dalam satuan gr/kw.jam.
@_pararaja

Tukang Komplain, Apa Kita Termasuk di Dalamnya ?

Oleh : Achmad faisol

Almarhum ayah penulis pernah memberi nasihat, “Di sebuah kepanitiaan, umumnya terdapat dapartemen/seksi yang otomatis ada walaupun tidak dibentuk, yaitu seksi nyacat (bahasa Jawa, artinya komplain)… Hal ini layaknya sebuah template bagi pembentukan sebuah kepanitiaan…”

Nasihat itu memang benar adanya. Ketika penulis menjadi ketua remaja masjid Roudhotul Jannah, Kutisari Utara—Surabaya, berbagai bentuk saran, kritik dan komplain cukup sering penulis dapatkan. Bagi penulis, semua kritik adalah sarana untuk memperbaiki diri.

Namun, ada juga komplain yang menurut penulis saat itu termasuk kategori “agak lucu”. Komplain berasal dari orang yang tidak terlibat dalam kegiatan. Tapi, ketika diajak untuk aktif agar bisa turut serta memperbaiki secara kongkret, tidak mau ikut.

Memang, kita seringkali hanya pandai memberi saran, menyampaikan kritik dan mengajukan komplain. Tetapi, tak ada langkah nyata yang kita lakukan kecuali hanya berkata-kata. Kita menginginkan orang lain ‘tuk memperbaiki diri, namun kita lupa bahwa diri kita pun perlu perbaikan.

أَتَأْمُرُوْنَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri? (QS al-Baqarah [2] : 44)

Al-birr adalah segala perbuatan baik.
Al-birr adalah penyucian jiwa.
Al-birr adalah kebersihan hati.
Al-birr adalah keshalehan.

Kenapa kita memberi nasihat orang lain sedangkan kita tidak menjalankannya? Kita peringatkan orang lain sedang kita tidak ingat. Kita menganjurkan orang lain untuk berbuat baik sedang kita tidak melakukannya. Kita mencegah orang lain untuk berbuat jahat sedangkan kita melakukannya. Indah kata-kata kita, tetapi buruk perbuatan. Ucapan kita bagus tapi diri sendiri gersang dari kebajikan dan hidayah. Ibnu Rumi berkata :

Di antara keanehan zaman adalah
Engkau menginginkan orang lain sopan
Tapi engkau sendiri bertindak tidak sopan

Penulis teringat sebuah konsultasi di radio. Seseorang mengadukan permasalahannya, “Saya pusing baca koran tiap hari. Ada saja berita yang membuat saya agak naik darah karena ternyata banyak orang tidak becus mengurus tanggung jawab yang diemban. Bagaimana solusinya agar saya tidak dipusingkan oleh pemberitaan-pemberitaan yang ada?”

Sang konsultan menjawab, “Kita sering berlaku sebagai gubernur dunia. Setiap ada permasalahan langsung kita komentari. Bahkan kejadian-kejadian di luar negeri pun tak luput dari komentar dan komplain kita. Oleh karena itu, kurangilah pekerjaan kita sebagai gubernur dunia.”

Sungguh, sebuah jawaban sederhana tapi sangat mengena. Kita memang pandai sekali berkomentar, sampai-sampai sebuah anekdot telah disebar-luaskan, “Menjadi komentator, memang kita ahlinya.” Saking ahlinya, sebuah komentar bisa disampaikan secara berapi-api bahkan dengan nada emosi. Ya, itulah salah satu spesifikasi teknis keterampilan kita.

Sebenarnya, pesan-pesan kebajikan telah disampaikan kepada kita. Nasihat agar kita lebih melihat kekurangan diri daripada mengurusi aib orang lain telah kita dapatkan. Namun, mengapa semua nasihat itu berhenti hanya sebagai pengetahuan?

Mengapa berbagai nasihat itu tidak mengubah perilaku kita? Mengapa kita bisa berkomentar “Kuman di seberang lautan tampak jelas tapi gajah di pelupuk mata tak tampak”, namun hal itu sebatas ucapan dan retorika semata? Mengapa kita bangga bila disebut pintar, cerdas serta berwawasan luas padahal hakekatnya kita jauh dari apa yang kita katakan? Bukankah itu berarti sekadar kamuflase belaka?

Mari kita bersama-sama muhasabah (introspeksi) diri sendiri, tak perlulah mencari siapa orang yang berjuluk “tukang komplain.” Mari kita tanya diri sendiri, adakah kita termasuk anggota kumpulan orang yang senang mengkritik? Adakah kita termasuk orang yang bisa melihat kekurangan orang lain, sementara kesalahan sendiri kita abaikan, dengan dalih kekeliruan kita termasuk kategori mukhaffafah sehingga mudah dimaafkan dan kurang perlu dihiraukan?

Jenis Limbah Cair Pada Industri

Dengan pesatnya pertumbuhan industri – industri di Indonesia maka air limbah industri perlu perhatian yang ekstra hati – hati.

Air imbah industri dapat merupakan campuran komplek mengandung zat –zat tertentu, baik organic maupun anorganik.

Susunan kimia dari limbah industri tergantung pada jenis bahan yang diproses dan zat – zat yang dipakai dalam proses tersebut.

Untuk mempermudah pemantauan perlu mengetahui karakteristik air limbah industri. Tabel dibawah ini menunjukan beberapa contoh jenis limbah cair pada industri

Table : limbah cair dari industri

Jenis Industri

Jenis Limbah

Farmasi

Roti

Gula

Bir

Pengolah susu

Makanan dalam kaleng

Semen

Plastik dan bahan sintetis

Detergen

Pulp dan kertas

Kulit

Tekstil

BOD, suspensi solid, vitamin.

BOD, lemak gula.

BOD, COD, suspensi solid, total dissolved solid, ammonia,panas (suhu.)

BOD, nitrogen, pati, alcohol,.

BOD, COD, total dissolved solid, pH, sulfida.

BOD, suspensi solid, koloid, pH, minyak, bakteri, klorida

Total dissolved solid, suspensi solid, pH, panas (suhu).

BOD, COD, suspensi solid, logam – logam

BOD, COD, suspensi solid, minyak dan lemak, pH, detergen.

BOD, COD, suspensi solid, total dissolved solid, zat warna, zat pengisi, ammonia, pH, bakteri.

BOD, COD, total solid, pH, sulfida, krom.

BOD, COD, zat warna, pH, suspensi solid, detergen, minyak, logam – logam, panas, bau.

Dari table tersebut di atas diketahui bahwa :

Secara umum parameter yang digunakan dalam pencemaran air antara lain, Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB = BOD) Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK = COD), bentos dan plankton, ditambah dengan karakteristik air buangan industri yang bersangkutan.

Pengukuran adanya pencemaran air buangan industri, domestik, dan air buangan dari aktivitas lainnya, dilakukan secara kimia, biologi, dan fisika.

Berat ringannya pencemaran, tergantung dari banyaknya buangan, jenis buangan dan jumlah air yang menampungnya.

SRATEGI DALAM PENAGGULANGAN BAHAYA NARKOBA DI KALANGAN PEMUDA

PENGERTIAN NARKOBA
1. Narkotika
Istiah narkotika berasal dari bahasa Inggris “Narcotics” yang berarti obat bius, sama artinya dengan “Narcosis” dalam bahasa Yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Secara umum pengertian narkotika adalah : suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan/penglihatan karena pengaruhnya terhadap susunan saraf pusat.
Dalam Undang-Undang RI No 22/1997 tentang narkotika, yang termasuk narkotika adalah:
 Tanaman Papaver Somniverum, Opium mentah, Opium masak, Opium obat, Morfina.
 Tanaman Koka, daun Koka, Kokaina mentah, kokaina, Ekgonina
 Tanaman Ganja, daun Ganja
 Garam-garam dan turunan dari Morfina dan Kokaina.
 Bahan-bahan lain baik ilmiah maupun sintetic yang dapat dipakai sebagai pengganti Morfina dan Kokaina.
 Campuaran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan dalam a,b dan c yang secara keseluruhan dibagi atas tiga golongan (I, II dan
2. Psikotropika
Psikotropika bukan narkotika, tetapi memiliki efek samping dan bahaya yang hampir sama dengan narkotika. Secara umum Psikotropika adalah obat yang dapat menyebabkan ketergantungan, menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku disertai dengan timbulnya halusinasi, ilusi dan gangguan cara berfikir.
Jenis-jenis narkotika antara lain:
 Depressant : bekerja mengendorkan atau mengurangi aktivitas susunan saraf pusat, contoh: Sedati (pil KB),Rohipnol,Mogadom,Valium.
 Stimulat : bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat, contoh: amphetamine dan turunannya (ecstacy).
 Ecstacy : Merupakan obat yang sangat populer di kalangan para remaja Indonesi. Nama lain ecstacy dipasaran adalah : Ice, Adam, Eva, Flash, Dolpin, Dollar dll. Dimana dikalangan Interpol dikenal sebagai obat rekayasa (Drug Disigner) yang bersifat stimulatia (zat yang dapat meningkatkan daya tahan psikis dan phisik.
 Halusinogen: bekerja menimbulkan perasaan halusinasi atau khayalan, contoh: Lysergid Acid Diethylamide (LSD).
3. Bahan Berbahaya
Yang dimaksud bahan berbahaya, yaitu: bahan kimia meledak, mudah menyala/terbakar (minuman keras/spritus),oksidator,racun korosif (kosmetik/alat kesehatan), timbulkan iritasi, sentilasi luka dan nyeri, timbulkan bahaya elektronik, karsinogentik dan mutagenic (Zat pewarna/pemanis), etiologik/biomedik.
DAMPAK PENYALAH GUNAAN NARKOBA
1. Aspek Yuridis
Tindak Pidana narkotika
Sangsi bagi pelaku penyalahgunaan narkotika sesuai UU. 22 Th 11997, diklasifikasikan sebagai berikut:
 Sebagai pengguna dikenakan ketentuan pidana pasal 78 dengan pidana 4 tahun.
 Sebagai pengedar dikenakan ketentuan pidana pasal 81 dengan ancaman hukuman paling lama 20 tahun/seumur hidup/mati + denda.
 Sebagai produsen dikenakan ketentuan pidana pasal 80 dengan ancaman hukuman paling lama 20 tahun/seumur hidup/mati + denda.
Tindak Pidana Prikotropika
Sangsi bagi pelaku penyalahgunaan Prikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 sebagai berikut:
 Sebagai pengguna dikenakan ketentuan pasal 59 dan 62 dengan ancaman hukuman minimal 4 tahun, maksimal 15 tahun + denda.
 Sebagai pengedar dikenakan ketentuan pasal59 dan 60 dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun + denda.
 Sebagai prodosen dikenakan ketentuan pasal 80, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun + denda.
2. Aspek Medis
Kesehatan
Gangguan kesehatan yang bersifat kompleks diantaranya : merusak organ tubuh seperti jantung, ginjal, susunan saraf pusat, paru-paru dll, bahkan sampai pada kematian.
Mental
Merubah sikap dan prilaku secara drastic, karena gangguan persepsi daya piker, kreasi dan emosi sehingga perilaku menjadi menyimpang dan tidak mampu hidup secara wajar.
3. Aspek Sosial
Terhadap Pribadi
 Merubah keperibadian secara drastic, pemurung, pemarah dan tidak takut dengan siapapun.
 Timbul sikap masa bodoh,lupa sekolah ,rumah,tempat tidur.
 Semangat belajar/bekerja turun bahkan dapat seperti orang gila.
 Tidak ragu melakukan sex bebas karena lupa dengan norma-norma.
 Tidak segan-segan menyiksa diri untuk menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan sifat ketergantungan obat bius.
 Pemalas bahkan hidup santai.
Tehadap Keluarga
 Tak segan mencuri uang/ menjual barang di rumah untuk beli narkoba.
 Tidak menghargai barang milik di rumah, seperti memakai kendaraan sembrono hingga rusak bahkan hancur sama sekali.
 Mengecewakan harapan keluarga, keluarga merasa malu di masyarakat.
Terhadap Kehidupan Sosial
 Berbuat tidak senonoh (jahil/tidak sopan) terhadap orang lain.
 Tak segan mengambil milik tetangga untuk tujuan yang sama.
 Mengganggu ketertiban umum,seperti mengganggu lalu lintas.
 Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum misalnya tidak menyesal bila melakukan kesalahan.
FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA
a. Lingkungan
Faktor lingkungan menyangkut teman sebaya, orang tua,dan remaja (individu) itu sendiri.Pada masa remaja, teman sebaya menduduki peran utama pada kehidupan mereka, bahkan menggantikan peran keluarga/orang tua dalam sosialisasi dan aktivitas waktu luang dengan hubungan yang bervariasi dan membuat norma dan sistim nilai yang berbeda.
Faktanya: Pada masa remaja terjadi jarak fisik dan Psikologis yang cendrung berakibat penurunan kedekatan emosi,dan kehangatan, bahkan cendrung timbul konflik remaja denganorang tua. Konflik keluarga membuat remaja tergantung pada teman sebaya uantuk dukungan emosi.
b. Faktor Individu
Selain faktor lingkungan,peran genetik juga merupakan komponen yang berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba, setidaknya untuk beberapa individu. Sederhananya, orang tua pelaku penyalahgunaan narkoba cendrung menurun kepada anaknya, terlebih pada ibu yang sedang hamil.
Contoh: Variabel Intra Individu : Seperti agresifitas, pemberontak, kurang percaya diri.
Satu studi menunjukan bahwa agresi pada anak kelas 1 SD terlibat penggunaan narkoba pada usia 10 tahu kemudian. Kecemasan dan depresi juga berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba.
Faktor-faktor individu lainnya adalah: Sikap positif terhadap “minum*quot;. Sifat mudah terpengaruh, kurangnya pemahaman terhadap agama, pencarian sensasi atau kebutuhan tinggi terhadap “excitment”.
c. Faktor Teman Sebaya
Teman sebaya memiliki pengaruh yang paling dasyat terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Anak dari keluarga baik-baik, nilai sekolah baik, lingkungan baik cenderung telibat narkoba jika teman-temannya menggunakan narkoba.
d. Faktor Sekolah, Kerja, dan Komunitas
 Kegagalan Akademik
 Komitmen rendah terhadap sekolah : datang sekolah hanya untuk ketemu teman , merokok, lalu bolos.
 Transisi sekolah : peralihan jenjang sekolah yang berakibat penurunan prestasi memberi andil dalam penyalahgunaan narkoba.
e. Faktor komunitas
Biasanya akibat : komunitas permisif terhadap hukum dan norma, kurang patuh terhadap aturan,status sosial ekonomi.
STRATEGI PENANGANAN
Secara prinsip penangulangan penyalahgunaan narkoba akan lebih baik dan efektif jika dilakukan sejak dini (upaya preventif) secara simultan dan holistik,yaitu sinergi peran keluarga/orang tua, masyarakat termasuk pemuda, aparat kepolisian dan individu pemakai yang bersangkutan.
Faktor-faktor penyebab merupakan demand yang mempengaruhi orang menjadi pemakai.Sementara produsen dan pengedar bertindak sebagai supply. Ini merupakan mata rantai yang harus diputus sebagai upaya penanggulangannya. Keluarga dan masyarakat mungkin lebih tepat melakukan penanganan dari aspek demandsupply. Upaya teknis yang dapat dilakukan berdasarkan aspek demand antara lain sebagai berikut: sementara aparat kepolisian dapat terfokus pada Pendektesian Terhadap Anak.
 Perhatikan perubahan pada diri si anak (bohong,bolos,bengong bego, dan bodoh);
 Perhatikan prestasi, aspirasi dan masalh yang ada di sekolah.Perhatikan kegiatan keagamaan si anak dan harga diri si anak.
 Perhatikan perubahan emosi dan hubungan anak dan orang tua.
Pendekatan Psikologis
Faktor Individu
 Ciptakan hubungan akrab dalam keluarga.
 Ciptakan kesadaran bahwa keberhasilan dan kegagalan merupakan usaha sendiri, orang lain hanya Fasilitator
 Libatkan secara intensip si anak terhadap aktivitas keagamaan.
Faktor Keluarga
 Ciptakan keharmonisan dalam keluarga , hilangkan jarak antara orang tua dengan membangun suasana demokratis.
 Ciptakan komunikasi yang produktif dan terapkan aturan yang jelas.
Faktor Teman Sebaya, Sekolah dan Lingkungan
 Perhatikan prestasi belajar anak dan terus memberi semangat.
 Cermati latar belakang dan prilaku teman-teman terdekat si anak.
 Cermati jika ada perubahan kebiasaan si anak dari biasanya.
 Lakukan pengawasan terhadap alat-alat sekolah, jikalau ada hal yang aneh.
PERAN PEMUDA
a. Penting sekali menumbuhkan kesadaran akan bahayanya penyalahgunaan narkoba, sehingga paling sedikit dapat memproteksi diri dari pengaruh luar (ajakan teman).
b. Penting sedikit mengenal dan memahami apa itu narkoba, agar tahu mana sesuatu yang berbahaya sehingga memperkecil diperdaya orang.
c. Menjadi yang terdepan dalam keluarga untuk menghidarkan anggota keluarga dari bahaya penyalahgunaan narkoba, jangan sebaliknya menjadi pelaku.
d. Menumbuhkan gagasan-gagasan dalam bentuk kegiatan positif (kreatif) yang dapat mengalihkan perhatian teman-teman sebaya untuk terpengaruh oleh narkoba.
e. Dapat menjadi mitra aparat, setidaknya sebagai informasi terhadap indikasi penyalahgunaan narkoba

I Ketut Gde Adi Saputra. 2007”Peran Generasi Muda Dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba”.Bali : BITD-Kerta Sabha

Menilai dari Dalam : UN dan Peningkatan Mutu Pendidikan

Oleh : Kunadar

Ujian nasional atau UN 2007 memang telah berakhir. Dilaksanakan di tengah protes dari beberapa kelompok masyarakat yang menentangnya, pemerintah tetap berkeyakinan bahwa UN bisa dijadikan alat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
UN yang menelan dana ratusan miliar rupiah itu oleh banyak kalangan memang dipertanyakan signifikansinya terhadap peningkatan mutu pendidikan di Tanah Air. Pertanyaan besar yang muncul itu adalah sebagai berikut.
Apakah UN yang hanya menguji tiga mata pelajaran lalu bisa dijadikan alat untuk mengukur mutu pendidikan? Apakah dengan menjadikan salah satu pelajaran dari tiga mata pelajaran yang di-UN-kan sebagai persyaratan kelulusan seorang peserta didik memenuhi unsur keadilan? Benarkah UN dapat mendorong semangat belajar siswa?
Tidak signifikan
Harapan UN dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang dianggap masih rendah sepertinya kurang memiliki signifikansi. Pertama, UN yang hanya menguji tiga mata pelajaran tidak serta-merta dapat dijadikan indikator tentang mutu pendidikan.
Menjustifikasi mutu pendidikan hanya dari tiga mata pelajaran merupakan sikap kurang bijaksana dan terlalu menyederhanakan persoalan. Untuk mengukur standar mutu pendidikan harus dilihat struktur pendidikan secara menyeluruh, termasuk non-akademis, input, proses dan output bahkan out come pendidikan.
Meningkatkan mutu pendidikan tentu tidak sesederhana hanya dengan menguji tiga mata pelajaran lalu dijadikan generalisasi dan justifikasi tentang mutu pendidikan. Sudah saatnya pemerintah menempatkan semua mata pelajaran secara sama (tidak menganakemaskan mata pelajaran tertentu dan memarjinalkan mata pelajaran yang lainnya).
Di lapangan sering terjadi kecemburuan antara mata pelajaran yang masuk UN dan mata pelajaran yang tidak masuk UN. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, dengan hanya tiga mata pelajaran yang diujikan dalam UN, mengakibatkan para guru dan siswa memfokuskan pada latihan bagaimana menjawab soal-soal ujian nasional tanpa memaknai secara mendalam mata pelajaran tersebut dari segi struktur keilmuan. Hal ini bisa menyebabkan anak kurang semangat untuk mempelajari mata pelajaran yang tidak di-UN-kan, sebab biasanya mata pelajaran non-UN mudah untuk lulus.
Kondisi ini bisa menyebabkan sekolah beralih fungsi dari wahana internalisasi nilai-nilai positif menjadi hanya sebagai bimbingan belajar untuk tiga mata pelajaran yang di-UN-kan. Kalau hal ini terjadi, berarti UN telah mengebiri hakikat pendidikan.
Kedua, dengan standar kelulusan nilai rata-rata 5,00 untuk tiga mata pelajaran yang di-UN-kan sulit dijadikan parameter peningkatan mutu pendidikan. Bagaimana bisa mutu pendidikan dikatakan meningkat dengan standar kelulusan yang rendah.
Ketiga, dalam penyelenggaraan UN ada indikasi terjadi rekayasa hasil UN di lapangan. Tradisi kelulusan 100 persen seolah “menghipnotis” para pelaku pendidikan di lapangan, terutama guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan agar siswanya dapat lulus 100 persen. Maka, dibentuklah “tim sukses” dengan tugas agar tingkat kelulusan UN bisa mencapai 100 persen. Kesan adanya “mark up” nilai dalam UN sulit dihindari.
Tradisi kelulusan 100 persen sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip pendidikan karena tidak mendorong siswa untuk belajar keras dan guru untuk bekerja keras. Guru tidak tertantang oleh keadaan untuk lebih mempersiapkan diri sebelum masuk ruang kelas. Tidak ada budaya kompetisi, baik bagi siswa maupun guru sebab nantinya juga lulus 100 persen. Seolah-olah guru, kepala sekolah, dan pihak-pihak lain yang berkecimpung dalam dunia pendidikan malu kalau siswanya banyak yang tidak lulus.
Ada budaya malu untuk mengakui kekurangan diri sendiri. Ada kekhawatiran melalui hasil UN akan menunjukkan lemahnya kinerja dan kompetensi para praktisi pendidikan di lapangan selama ini. Alhasil, ada kesan bahwa selama ini ada upaya mengadakan manipulasi terhadap hasil UN.
Perubahan paradigma
Harapan pemerintah agar UN dapat dijadilan alat untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat terwujud jika pemerintah dan pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mampu berpikir dan bertindak secara proporsional dan profesional dalam pelaksanaan UN. Pihak pemerintah—melalui Departemen Pendidikan Nasional— harus merancang sistem ujian atau penilaian yang sistematis, bertahap dan berkelanjutan.
Sistem penilaian harus dapat difungsikan untuk mendeteksi potensi dan kompetensi siswa sekaligus bisa memetakan kompetensi guru dalam keberhasilan pembelajaran di kelas. Hasil UN juga harus ditindaklanjuti dengan berbagai program yang dapat meningkatkan mutu pendidikan secara komprehensif.
Sistem penilaian (UN) harus mampu memberi informasi yang akurat, mendorong siswa untuk belajar, memotivasi guru dalam pembelajaran, meningkatkan kinerja lembaga, dan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan sistem penilaian yang demikian diharapkan secara berangsur namun pasti mutu pendidikan di Tanah Air akan meningkat.
Di lain pihak, para praktisi pendidikan di lapangan—terutama guru dan kepala sekolah—harus meningkatkan kompetensi dan kinerjanya sehingga kualitas pembelajaran di kelas akan meningkat dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu pendidikan. Dengan demikian, standar kelulusan dapat ditingkatkan ke angka yang rasional sehingga dapat dijadikan parameter untuk mengukur mutu pendidikan nasional.
Di sisi lain, para siswa dan orangtua juga perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa untuk mencapai hasil yang memuaskan harus ditempuh dengan kerja keras. Anggapan dalam ujian pasti lulus 100 persen harus dihilangkan dari pikiran siswa dan para orangtua.
Kalau semua pihak sudah pada pemikiran, kesadaran, dan tindakan yang sama, maka mutu pendidikan di Indonesia perlahan-lahan namun pasti akan meningkat. Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional tidak bisa ditempuh dengan cara parsial, tetapi harus holistik dengan melibatkan semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan dengan didukung sarana dan prasarana yang memadai.
Kunadar Widyaiswara di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta, Ditjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Depdiknas

Besaran Mekanis Beton Polimer Kinerja Tinggi

Djuanda Suraatmadja D, Dicky R Munaf, B Lationo, dan A Cahyani
Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung
Beberapa kekurangan beton yang menggunakan semen portland sebagai matriks pengikat antara lain ialah waktu pengikatannya lamban, kekuatan tariknya rendah, penyusutan setelah mengeras cukup besar, serta tidak tahan terhadap agresi kimia. Proses pembuatan semen portland banyak memerlukan material bumi yang tidak terbarui (kapur, lempung, pasir besi). Untuk mengantisipasi kekurangan tersebut telah diteliti beberapa sifat mekanis statis dan dinamis terhadap beton yang disusun dari matriks polimer sebagai pengikat agregat kasar, agregat halus, dan filler.
Untuk agregat kasar digunakan batu andesit pecah mesin dari Banjaran kering oven yang memiliki diameter maksimum 20 mm (C 136-92), bobot jenis kering 2.44 (C 127-88), serapan 4.475% (C 127-88), bobot isi 1.1440 kg/m3 (C 29/C 29M-91a), gradasi memenuhi spesifikasi (C 33-92), modulus kehalusan 6.56 (C 33-92a). Untuk agregat halus digunakan pasir gunung api Galunggung kering oven yang memiliki bobot jenis kering 2.225 (C 128-93), serapan 9.04% (C 128-93), bobot isi 1.516 kg/m3 (C 29/C 29M-91a), kadar lumpur 5.82% (C 87-83/Reapproved 1990), gradasi memenuhi spesifikasi (C 33-92a), modulus ketahanan 2.57 (C 33-92a). Filler diproduksi dari penghancuran batu bata kering oven menggunakan mesin abrasi Los Angeles. Hancuran bata ini kemudian diseparasi menggunakan separator Baldor menurut ukuran-ukuran 0.075, 0.15, dan 0.30 mm. Dalam kajian ini telah digunakan bata dari 3 sumber komersial Garut (warna merah terang, kuat tekan 2.44 MPa, bobot jenis 2.304, bobot isi kering 1.046 kg/m3), Nagrek (warna merah terang, kuat tekan 4.91 MPa, bobot jenis 2.53, bobot isi kering 857 kg/m3), dan Sapan (warna merah terang, kuat tekan 6.57 MPa, bobot jenis 2.551, bobot isi kering 1.013 kg/m3). Untuk polimer digunakan 2 jenis, yaitu resin poliester takjenuh dari polietilena tereftalat daur-ulang yang mempunyai bobot isi (1.05-1.3) x 103 kg/m3, kuat tekan 90-250 MPa, kuat tarik 30-90 MPa, modulus elastisitas Young 1.5-6 MPa, dan monomer stirena yang mempunyai bobot isi (1.0-1.1) x 103 kg/m3, kuat tekan 70-150 MPa, kuat tarik 45-90 MPa, modulus elastisitas 2.0-5.0 GPa. Larutan kobalt naftenat 12% digunakan sebagai promoter, dan metil etil keton peroksida digunakan sebagai initiator. Proporsi campuran yang digunakan ialah agregat kasar 45%, pasir dan bahan pengisi 40%, filler 12% atau 20%, matriks 15%.
Dari hasil penelitian ini diperoleh parameter-parameter fisik dan mekanis sebagai berikut: waktu pengerasan 15 menit, bobot isi (γ) 2200kg/m3 , fc 53.40 MPa, f 3.17 MPa, E 4421.80 MPa, µ 0.17, kehilangan bobot akibat abrasi 0.03 g, indeks daktilitas struktur balok 0.12 dengan model keruntuhan lentur bila ρ 1.05%, diagonal tekan bila ρ 1.77%, diagonal tarik bila ρ 2.68%.
Kadar polimer pengikat efektif di dalam beton polimer berkisar 10-25%. Setelah 84 hari di dalam rendaman larutan 10% H2SO4 mortar polimer bata (fc 79.41 MPa) bobotnya berkurang 0.5% dan kuat tekannya meningkat 27.4%, di dalam rendaman larutan 10% HCl bobotnya berkurang 0.3% dan kuat tekannya meningkat 18.0%, di dalam rendaman larutan 10% NaOH bobotnya bertambah 3.1% dan kuat tekannya berkurang 18.2%, di dalam rendaman larutan 10% NaCl bobotnya bertambah 0.3% dan kuat tekannya berkurang 3.8%.
Setelah 84 hari di dalam rendaman larutan H2SO4 kemudian diabrasi, mortar polimer bata bbotnya berkurang 0.08 g, demikian halnya dengan di dalam rendaman larutan 10% HCl dan di dalam larutan NaCl 10%, di dalam larutan 10% NaOH bobotnya berkurang 0.57 g. Modulus of rupture sekitar 11.29 MPa, besaran uji lelah terhadap mortar polimer bata beban maksimum 6950 N dengan defleksi maksimum 9.9 mm dan jumlah siklus N = 49. Ketahanan tumbuk mortar polimer F = 5.23 N, penetrasi rembesan d = 0.0 mm. Material ini memiliki lekatan sangat baik dengan beton semen, pada pengujian tarik langsung terlihat daerah patahan berada pada beton semennya. Material ini mampu dicor di dalam air (antiwashout material) dengan besaran mekanis kuat tekan fc = 53.07 MPa, kuat tarik belah ft = 9.01 MPa, modulus elastisitas E= 8505 MPa, nisbah Poisson µ = 0.23. Besaran susut mortar polimer bata 0.0097 dan regangan rangkak 0.01603, serta koefisien rangkak 9.326. Besaran-besaran loss factor material komposit ber-filler bata dengan polimer 20% ialah 2.75%, sedangkan bila kandungan polimernya 25% ialah 9.50%.

Hibah Bersaing III

Strategi pengelolaan lingkungan akibat perubahan iklim global.

Sering kita kurang memahami perbedaan istilah antara iklim (climate) dan cuaca (weather).
Iklim adalah besaran rata-rata dari fenomena fisis cuaca, yaitu variasi ekstrem dari musim yang berlangusng secara lokal, regional atau global. Pada suatu daerah tertentu cuaca dapat berubah dengan cepat dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam. Perubahan ini antara lain dapat meliputi terjadinya perubahan suhu, fenomena pergeseran waktu terjadinya presipitasi, fenomena perubahan intensitas angin dan akumulasi awan. Itulah mengapa “ramalan cuaca” menjadi sangat penting, khususnya di negara-negara seperti di Eropa dan di Amerika, yang disiarkan berulang kali dalam sehari melalui radio atau televisi. Berbeda dengan cuaca, iklim dipengaruhi oleh terjadinya perubahan orbit bumi terhadap matahari, perubahan enersi matahari yang memancar ke bumi, perubahan-perubahan fenomena fisis yang terjadi di lautan dan didaratan. Jadi pada dasarnya iklim dikontrol oleh fenomena alamiah kesetimbangan enersi antara bumi dan atmosfer yang berlangsung dalam kurun waktu yang lebih lama. Sinar matahari yang sampai ke bumi (visible light) diserap oleh permukaan bumi dan oleh atmosfer. Sebagian dari energi yang diserap tersebut secara seimbang dipancarkan kembali sebagai enersi infra merah yang lebih bersifat panas. Gas karbon dioksida, metana, uap air, awan dan partikel-partikel aerosol yang terdapat di atmosfer bumi, mempunyai sifat menyerap panas dari radiasi infra merah tersebut. Dengan terjadinya peningkatan konsentrasi gas-gas tersebut di atmosfer maka lebih banyak panas yang diserap dan dipantul balikkan, sehingga menyebabkan kenaikan suhu di permukaan bumi kita. Inilah yang dinamakan efek rumah kaca (greenhouse effect).
Angin dan arus laut mendistribusikan panas ke permukaan bumi. Kondisi inilah yang kemudian meyebabkan kecenderungan terjadinya peru-bahan iklim yang ditandai dari berbagai peru-bahan fenomena alam, misalnya naiknya suhu udara, perubahan intensitas presipitasi, pergeseran dan ketidak aturan pergantian musim, perubahan tekanan udara dan lain sebagainya. Dampak dari segala perubahan tersebut akan membawa pengaruh terhadap pola kehidupan di muka bumi ini.
Seperti telah dikemukakan bahwa terjadinya efek rumah kaca disebabkan oleh sejumlah massa berupa gas atau pertikel-pertikel halus yang ada di atmosfer, misalnya gas karbon dioksida, methane uap air dan partikel-partikel halus berupa debu yang berasal dari letusan gunung berapi. Efek rumah kaca ini sebenarnya sudah terjadi sejak beratus bahkan beribu tahun yang lalu, karena uap air dan karbon dioksida secara alamiah sudah hadir secara seimbang di atmosfer bumi ini. Adanya karbon dioksida dan uap air alamiah di atmosfer yang dalam keadaan seimbang inilah yang menciptakan variasi suhu udara seperti yang kita rasakan selama ini. Sebab kalau misalnya di atmosfer ini tidak terdapat gas karbon dioksida dan uap air maka suhu udara di bumi akan menjadi 340C lebih rendah dari yang kita rasakan saat ini. Namun apabila kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi ini meningkat terus melebihi kadar alamiahnya akibat perilaku dan tindakan manusia (external factors) maka akan diikuti peningkatan suhu udara global. Akselerasi pertambahan kadar karbon dioksida di alam ini seharusnya agak dapat dikurangi oleh vegetasi kawasan hutan dan tanaman lainnya yang memerlukan gas karbon dioksida dalam proses fotosintesa. Namun ironisnya, manusia dengan dalih ingin memper-cepat laju pembangunan justru banyak mem-babat hutan dan membuka lahan.
Aktivitas manusia yang dapat menambah kadar karbon dioksida di atmosfer adalah semua kegiatan yang dikerjakan dengan menggunakan energi dimana energi tersebut diperoleh dari pembakaran bahan fosil, seperti batubara, minyak bumi dan gas alam. Sebagai produk samping utama dari energi yang diperoleh dari pembakaran bahan fosil tersebut adalah gas karbon dioksida yang makin lama akan makin memenuhi atmosfer bumi. Berapa banyak gas karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer bumi dapat di-ilustrasikan dengan data pada kondisi pada tahun 1997. Pada tahun 1997 tersebut telah diproduksi 5,2 milyard ton batubara, 26,4 milyard barrel minyak bumi dan 81,7 triliun kubik feet gas alam. Apabila bahan-bahan fosil tersebut dibakar untuk memperoleh energi maka akan dihasilkan karbon dioksida sebanyak 6,2 milyard metrik ton yang akan menyebar ke atmosfer bumi. Dari data yang dihimpun oleh UNEP menunjukkan bahwa kadar gas karbon dioksida di amosfer telah meningkat 31% sejak tahun 1975. Peningkatan gas karbon dioksida selama 20 tahun terakhir ini 75% berasal dari hasil pembakaran energi fosil (minyak bumi, gas alam dan batubara).
Apabila penggunaan energi fosil terus berlangsung dan makin bertambah maka akumulasi gas karbon dioksida juga akan makin bertambah. Pada saat sekarang ini kadar gas karbon dioksida di atmosfer sudah mencapai lebih dari 360 ppm. Gas ini bersama dengan uap air dan gas rumah kaca lainnya seperti metana, menyelimuti atmosfer dan menyerap serta memantul balikkan sinar infra merah yang mengandung panas yang dapat meningkatkan suhu di muka bumi.
Kondisi ini akan menyebabkan efek berantai dimana dengan meningkatnya suhu udara akan menyebabkan terjadinya peningkatan intensitas penguapan air permukaan dan air laut. Dengan meningkatnya intensitas penguapan air permukaan berarti menambah kadar uap air di atmosfer dan ini menambah konsentrasi gas rumah kaca. Dengan makin meningkatnya intensitas penguapan juga mengakibatkan meningkat dan berubahnya pola presipitasi di wilayah tertentu yang menyebabkan terjadinya banjir di suatu wilayah dan kekeringan di wilayah lainnya. Meningkatnya suhu udara secara global juga akan menyebabkan mencairnya es di kutup dan salju di pegunungan yang menyebabkan meningkatnya muka air laut dan terjadinya banjir besar di negara-negara wilayah sub tropis. Meningkatnya suhu akan menyebabkan juga terjadinya penurunan kadar air tanah (soil moisture content), sehingga tanah menjadi cepat kering dan memerlukan lebih banyak air untuk irigasi pertanian. Apabila kondisi tersebut berlangsung terus, apalagi kalau makin meningkat, maka akan terjadi apa yang dinamakan perubahan iklim (climate changes).
Pada abad ke 20 ini suhu udara di bumi rata-rata meningkat 0,6 ± 0,20C. Tahun 1998 adalah merupakan tahun terpanas sejak 1861. Antara tahun 1950 – 1993 suhu udara minimum pada malam hari naik 0,20 C setiap dekade. Akibat dari kenaikan suhu udara ini dari foto satelit diketahui bahwa sejak tahun 1960 luasan hamparan salju di wilayah kutub dan sekitarnya telah menyusut 10 %. Demikian pula ice cover di pegunungan-pegunungan juga mengalami penyusutan. Dari data paras air laut dicatat bahwa paras air laut pada abad 20 ini telah meningkat antara 0,1 – 0,2 m.
Pada bulan Februari 2001 UNEP (United Nations Environmental Programme) dan WMO (World Meteorogical Organization) telah mensponsori diadakannya suatu pertemuan para ahli di Geneva Switzerland. Pertemuan tersebut dinamakan Intergovernmental Panel on Climate Change 2001 (IPCC). Ada empat topik utama dimana salah satunya adalah yang dibahas oleh Working Group II yaitu tentang: Impact, Adaption and Vulnerability of Climate Change. Dalam laporanyang dipersiapkan oleh lebih dari 70 orang tenaga ahli dari berbagai negara, secara singkat dapat dikemukakan bahwa sistem alam dan kehidupan akan terpengaruh oleh terjadinya perubahan iklim, yang dimanifestasi-kan dari gejala-gejala sebagai berikut, yaitu:
• perubahan suhu udara yang variatif
• perubahan pola dan intensitas siklus hidrologi
• perubahan jumlah dan pola presipitasi
• terjadinya extreme weather events
• meningkatnya permukaan air laut akibat mencair-nya es di kutub bumi
• perubahan kadar air tanah (soil moisture) dan kondisi sistem hidrologi pada umumnya
Dari berbagai gejala yang dikemukakan tersebut maka dampak dari perubahan iklim ini akan mempengaruhi faktor-faktor kemanusian dalam aspek kebutuhan dasar, aspek sosial dan aspek budaya. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain akan menimbulkan berbagai masalah dalam:
• Ketersediaan sumber daya air
• Sekuriti suplai pangan
• Ekosistem perairan air tawar
• Ekosistem zona kelautan
• Pemukiman penduduk, egergi dan industri
• Sistem asuransi, financial services lainnya
• terjadinya ledakan timbulnya hama (baru)
• terjadinya perubahan distribusi vektor penya-kit dan sasaran penderitanya (host)
Dari masalah-masalah yang dapat timbul sebagai akibat perubahan iklim seperti yang dikemuka-kan di atas maka sangatlah penting apabila masalah perubahan iklim ini juga dimasukkan sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam menyusun strategi jangka panjang pengelolaan lingkungan.

*Wandowo, 2005; “Mewaspadai Terjadinya Krisis Sumber Daya Air Bersih”, P3TIR – BATAN

Mulailah dari Diri Sendiri (Ibda’ Binafsika)

Oleh : Achmad faisol

Setiap kita adalah pendakwah karena kita telah dipesan agar menyampaikan kebaikan walaupun sedikit (satu ayat saja)—sesuai kemampuan kita. Dalam menyeru ke arah kebaikan, sebuah kaidah dakwah telah ditetapkan, yaitu :

إِبْدَأْ بِنَفْسِـكَ

Mulailah dari dirimu sendiri.

Bagaimana mungkin kita meminta orang lain bersikap santun sementara kita sendiri tidak menerapkannya? Bagaimana bisa kita mengharap orang lain menghargai pendapat kita apabila kita tak terlebih dahulu menunjukkan sikap menghargai pendapatnya? Bukankah selain mau‘izhah hasanah (nasihat baik) juga diperlukan uswah hasanah (contoh perbuatan baik)?

Penulis pernah mendapatkan penjelasan yang cukup sederhana mengapa kita harus memulai dari diri sendiri. Ketika penulis mengikuti sebuah pelatihan kepemimpinan, sang mentor, Mas Ahmad Heri (Surabaya), menerangkan hal ini dengan metode cerita.

Inti cerita berikut ini tetap sama dengan yang penulis dapatkan dari mentor penulis, meskipun penulis menyajikannya dengan cara berbeda. Hal ini untuk memberikan kesan kuat dalam diri kita sehingga bisa kita ambil pelajaran dan hikmah darinya. Mari kita baca cerita ini perlahan-lahan serta melarutkan diri di dalamnya.

Di sebuah desa ada seorang ustadz yang ditugaskan untuk berdakwah selama beberapa bulan. Ketika masa akhir tugas sang ustadz, kepala desa mengumpulkan semua penduduk. Beliau berkata,

“Bapak/Ibu sekalian… Esok malam kita akan mengadakan malam perpisahan dengan Pak Ustadz di balai desa… Karena desa kita penghasil madu, maka saya berharap masing-masing keluarga membawa satu botol madu terbaik yang dimiliki sebagai kenang-kenangan bagi ustadz kita.”

Selesai pengumuman, para penduduk pun berpencar pulang ke rumah masing-masing. Di sebuah ruang keluarga nan sederhana, sepasang suami-istri sedang bercengkrama membahas madu yang akan dipilih.

“Bu, menurut Bapak tidak perlulah kita berikan madu terbaik kita… Cukup madu biasa-biasa saja,” kata sang bapak memulai pembicaraan sambil sesekali menyeruput kopi panas di sampingnya.

“Tapi, Pak… Bukankah Pak Kepala Desa sudah berpesan agar madu terbaik yang kita kasihkan?” tanya si ibu sambil melanjutkan sulamannya.

“Iya, Bapak tahu… Tapi, madu terbaik itu kan bisa dijual dengan harga lebih tinggi. Toh, nanti para penduduk lain akan memberikan madu terbaik mereka. Kalau kita memberi madu biasa, tidak akan banyak efeknya, karena hanya madu kita yang biasa, sedangkan madu-madu lain adalah madu terbaik.”

Suasana sejenak berubah hening. Tak pernah terbersit sedetik pun di benak perempuan paruh baya itu untuk melanggar pesan kepala desa. Ia sebenarnya tak ingin menuruti saran pendamping hidup yang telah menemaninya selama ini, tapi argumentasi yang diberikan masuk akal juga.

Selang beberapa saat kemudian, ia pun menjawab,
“Kalau menurut Bapak itu yang terbaik, ibu setuju saja… Semoga saja penduduk lain ada yang membawa lebih dari satu botol madu terbaik mereka.”

******************

Mentari telah beristirahat di peraduannya. Malam yang ditunggu-tunggu telah tiba. Cahaya rembulan memancar begitu teduh, terlihat laksana sebuah senyum bidadari yang menyejukkan jiwa dan meneduhkan diri. Angin berhembus semilir menambah syahdu suasana.

Balai desa tak kalah cantik. Hiasan indah telah disiapkan oleh pemuda-pemudi anggota karang taruna. Sebuah background bertuliskan kata-kata perpisahan digunting dan ditata begitu rapi dalam berbagai model huruf. Jajan pasar dan aneka gorengan lengkap dengan sambal petis serta cabe hijau tak lupa disajikan, sungguh menggoda selera setiap orang ’tuk mencicipinya. Benar-benar Mak Nyusss!!!

Sound system telah dicek berulang kali semenjak sore. Dengan suara bas, sang operator mengecek untuk terakhir kali,
“Jek, jek, jek… satu… satu…satu-dua-tiga…suara dicoba…”

Entah mengapa hitungan untuk mengetes sound system hanya segitu saja sejak zaman antah berantah. Mengapa tak ada yang memulai hitungan dari angka seribu, sejuta dan selainnya? Mengapa pula bukan “mikrofon dicoba”, tapi “suara dicoba”? Entahlah, mungkin memang konvensi itu sudah dari sono-nya. Tak ada guna dipermasalahkan, yang penting semuanya berjalan sesuai harapan.

Semua penduduk hadir di balai desa guna melepas sang ustadz yang telah membimbing mereka selama beberapa bulan terakhir. Namun, sesuatu yang kontradiktif terjadi. Madu mereka berbuah masalah. Apa yang terjadi dengan madu yang mereka kumpulkan?

Ternyata, semua penduduk membawa madu berkualitas sama, seolah sudah berembug di alam mimpi. Seakan sudah mufakat, mereka membawa madu biasa, bukan madu terbaik sebagaimana saran kepala desa. Tak ada seorang penduduk pun membawa madu terbaik produksi desa itu.

Menyaksikan perilaku warga yang tak hendak memberikan madu terbaik bagi sang ustadz, guratan kesedihan tampak jelas di wajah sang kepala desa. Air mata nan bening merayap lambat menuruni hamparan pipi yang mulai keriput dimakan usia. Beliau membenamkan muka ke arah kedua telapak tangan yang masih terlihat kuat dan kokoh. Itu semua beliau lakukan untuk menahan malu. Beliau juga merasa gagal memimpin dan mengarahkan warga.

Penduduk saling berpandangan, seolah tak percaya apa yang sedang terjadi. Sungguh, mereka tak mengira sama sekali peristiwa itu bakal mereka alami. Sontak kedua pipi mereka merona merah karena rasa malu menyerang dengan begitu sengit.

Tanpa ada yang mengomando, para hadirin membubarkan diri. Panitia kalang kabut melihat apa yang mereka tonton. Pembawa acara (MC) segera meraih mikrofon,
“Bapak/Ibu sekalian, mohon tetap menempati kursi yang telah disediakan… Acara segera kita mulai…”

Bagi penduduk, suara MC ibarat igauan orang yang lagi asyik tidur, tak ada yang menggubris. Semakin jauh, suara itu pun hilang ditelan angin. Ke manakah gerangan para penduduk desa itu?

Ternyata mereka pulang ke rumah masing-masing. Tanpa diperintah oleh siapa pun, akhirnya mereka mengambil botol-botol madu terbaik yang dimiliki. Ada yang cuma sebotol, namun tak sedikit pula yang membawa beberapa botol sebagai oleh-oleh bagi sang ustadz.

Ketika semua penduduk sampai di halaman balai desa sambil menenteng botol-botol madu terbaik mereka, senyum indah menghiasi wajah kepala desa. Lagi-lagi, air mata mengalir membasahi pipi beliau. Namun, kali ini bukan air mata kesedihan, tapi air mata bahagia. Hati beliau benar-benar terharu-biru melihat ketulusan warga.

Saat memberikan sambutan, beliau menuturkan, “Bapak/Ibu/Saudara/i-ku sekalian… Kalau setiap kita memulai kebaikan dari diri sendiri, tidak menunggu apalagi menuntut orang lain terlebih dahulu, niscaya kualitas kehidupan kita akan jauh lebih baik…”

Jangan Tidur Larut Malam

Para dokter di National Taiwan Hospital baru-baru ini mengejutkan dunia kedokteran karena ditemukannya kasus seorang dokter muda berusia 37 tahun yang selama ini sangat mempercayai hasil pemeriksaan fungsi hati (SGOT, SGPT), tetapi ternyata saat menjelang Hari Raya Imlek diketahui positif menderita kanker hati sepanjang 10 cm!


Selama ini hampir semua orang sangat bergantung pada hasil indeks pemeriksaan fungsi hati (Liver Function Index). Mereka meng angga p bila pemeriksaan menunjukkan hasil index yang normal berarti semua OK. Kesalahpahaman macam ini ternyata juga dilakukan oleh banyak dokter spesialis. Benar-benar mengejutkan, para dokter yang seharusnya memberikan pengetahuan yang benar pada masyarakat umum, ternyata memiliki pengetahuan yang tidak benar. Pencegahan kanker hati harus dilakukan dengan cara yang benar.


Tidak ada jalan lain kecuali mendeteksi dan mengobatinya sedini mungkin, demikian kata dokter Hsu Chin Chuan. Tetapi ironisnya, ternyata dokter
yang menangani kanker hati juga bisa memiliki pandangan yang salah, bahkan menyesatkan masyarakat, inilah penyebab terbesar kenapa kanker hati sulit untuk disembuhkan.


Penyebab utama kerusakan hati adalah :
1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang adalah penyebab paling utama
2. Pola makan yang terlalu berlebihan.
3. Tidak makan pagi.
4. Terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan.
5. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, pemanis buatan.
6. Minyak goreng yang tidak sehat! Sedapat mungkin kurangi penggunaan minyak goreng saat menggoreng makanan hal ini juga berlaku meski menggunakan minyak goreng terbaik sekalipun seperti olive oil. Jangan mengkonsumsi makanan yang digoreng bila kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh yang fit.
7. Mengkonsumsi masakan mentah (sangat matang) juga menambah beban hati. Sayur mayur dimakan mentah atau dimasak matang 3/5 ba gian . Sayur yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan.
Kita harus melakukan pencegahan dengan tanpa mengeluarkan biaya tambahan. Cukup atur gaya hidup dan pola makanan sehari-hari. Perawatan dari pola makan dan kondisi waktu sangat diperlukan agar tubuh kita dapat melakukan penyerapan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna sesuai dengan jadwalnya,
Sebab:

@ Malam hari pk 9 – 11: adalah pembuangan zat- zat tidak berguna/beracun (de-toxin) diba gian sistem antibodi (kelenjar getah bening). Selama durasi waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana tenang atau mendengarkan musik. Bila saat itu seorang ibu rumah tangga masih dalam kondisi yang tidak santai seperti misalnya mencuci piring atau mengawasi anak belajar, hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan.


@ Malam hari pk 11 – dini Hari pk 1: saat proses de-toxin di ba gian hati, harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas.


@ Dini hari pk 1 – 3: proses de-toxin di ba gian empedu, juga berlangsung dalam kondisi tidur.


@ Dini hari pk 3 – 5: de-toxin di ba gian paru-paru. Sebab itu akan terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini. Karena proses pembersihan (de-toxin) telah mencapai saluran pernafasan, maka tak perlu minum obat batuk agar supaya tidak merintangi proses pembuangan kotoran.


@ Pagi pk 5 – 7: de-toxin di ba gian usus besar, harus buang air di kamar kecil.


@ Pagi pk 7 – 9: waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, harus makan pagi. Bagi orang yang sakit sebaiknya makan lebih pagi yaitu sebelum pk 6:30. Makan pagi sebelum pk 7:30 sangat baik bagi mereka yang ingin menjaga kesehatannya. Bagi mereka yang tidak makan pagi harap merubah kebiasaannya ini, bahkan masih lebih baik terlambat makan pagi hingga pk 9-10 daripada tidak makan sama sekali. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat tidak berguna. Selain itu, dari tengah malam hingga pukul 4 dini hari adalah waktu bagi sumsum tulang belakang untuk memproduksi darah. Sebab itu, tidurlah yang nyenyak dan jangan terlalu sering begadang.

MAMPUKAH SERTIFIKASI GURU MENDONGKRAK MUTU PENDIDIKAN?

Oleh : Sawali Tuhusetya


Tak seorang pun dapat membantah bahwa guru berada di garda depan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka telah melahirkan banyak dokter, insinyur, menteri, bahkan presiden. Tidak heran apabila guru dielu-elukan sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”.
Namun, banyak kalangan menilai, kesejahteraan guru belum sepadan dengan gelar luhur dan mulia yang disandangnya. Iwan Fals lewat lirik “Oemar Bakri” pun tersentuh hatinya menyaksikan nasib guru yang tak pernah berubah sepanjang zaman. “Datang ke sekolah membawa tas dari kulit buaya, naik sepeda kumbang di jalan berlubang, selalu begitu dari dulu waktu zaman Jepang. Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang, banyak polisi bawa senjata berwajah garang …” Sungguh ironis, sampai-sampai polisi pun tidak lagi hormat pada guru. Begitulah sosok guru Oemar Bakri di mata sang “seniman rakyat” itu. Guru tidak lagi menjadi figur yang terhormat dan berwibawa.


Zaman memang telah berubah. Pergeseran nilai menyergap di segenap lapis dan lini kehidupan masyarakat. Nilai-nilai keluhuran budi dan cerahnya akal budi (nyaris) luntur tergerus oleh derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang cenderung memanjakan nilai konsumtivisme, materialisme, dan hedonisme. Banyak orang yang makin cuek dan masa bodoh terhadap keagungan nilai kejujuran, keuletan, atau kebersahajaan. Sukses seseorang pun semata-mata dinilai dari kemampuannya menumpuk harta, tanpa memedulikan dari mana harta itu diperoleh.


Dalam kondisi zaman yang makin memberhalakan gebyar duniawi semacam itu, profesi guru pun makin tidak dilirik dan diminati generasi muda. Secara sosial, pamor guru pun semakin redup. Kalau hanya mengandalkan penghasilannya sebagai guru, hampir mustahil seorang guru bisa hidup layak di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang kian gencar memanjakan nafsu keduniawian. Jangan heran apabila banyak guru yang terpaksa nyambi jadi tukang ojek, penjual rokok ketengan, atau calo, sekadar untuk bisa mengikuti “ombyaking zaman”.
Bagaimana mungkin seorang guru bisa menjalankan tugas dan fungsiya secara profesional kalau masih dibebani oleh thethek-mbengek urusan perut? Bagaimana mungkin seorang guru bisa menjalankan tugasnya dengan tenang dan nyaman kalau harus terus memikirkan keluarganya yang sakit akibat minimnya jaminan kesehatan? Bagaimana mungkin seorang guru bisa mengikuti laju informasi yang demikian cepat kalau tak sanggup langganan koran atau internet? Padahal, dunia ilmu pengetahuan dan informasi terus berkembang. Bagaimana bisa membikin siswa didiknya cerdas kalau dirinya sendiri buta informasi dan “gaptek” (baca: gagap teknologi)? Tidak berlebihan jika pada akhirnya mutu pendidikan di negeri ini hanya “jalan di tempat”, bahkan mengalami kemunduran.


Sungguh menarik data yang dikemukakan oleh Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Fasli Djalal, sebagaimana dilansir sebuah surat kabar nasional. Menurutnya, terdapat hampir separo dari sekitar 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar. Kualifikasi dan kompetensinya tidak mencukupi untuk mengajar di sekolah. Lebih rinci disebutkan, saat ini yang tidak layak mengajar atau menjadi guru sekitar 912.505. Terdiri atas 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA, dan 63.961 guru SMK.
Kondisi ini jelas amat kontras dengan mutu pendidikan di negeri jiran yang dulu menimba ilmu kepada bangsa kita. Konon, guru-guru di negeri jiran, seperti Malaysia atau Singapura bisa hidup lebih dari cukup hanya dengan mengandalkan penghasilannya sebagai guru. Para penguasa negeri itu benar-benar memosisikan guru pada aras yang mulia dan terhormat dengan memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan, dan perlindungan hukum yang amat memadai. Implikasinya, mutu pendidikan di negeri itu melambung bak meteor, makin jauh meninggalkan dunia pendidikan kita yang (nyaris) tak pernah bergeser dari keterpurukan. Hal itu bisa dilihat dari kualitas HDI (Human Development Index) negeri-negeri tetangga yang jauh berada di atas kita.

“Kemauan Politik”
Sudah banyak kalangan yang risau terhadap nasib guru. Organisasi profesi semacam PGRI, misalnya, sudah pernah “nglurug” besar-besaran ke Jakarta agar pemerintah memperhatikan kesejahteraan guru. Demikian juga para pakar, pengamat, dan pemerhati pendidikan. Tak henti-hentinya mereka berteriak menyuarakan opininya melalui berbagai media massa.


Gerakan massa dan berbagai tekanan terhadap pemerintah baru surut setelah presiden dengan persetujuan DPR memutusan dan menetapkan Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada 30 Desember 2005 yang lalu. Lahirnya UU ini jelas membawa angin segar bagi guru dan dosen. Setidaknya, pemerintah sudah menunjukkan “kemauan politik” untuk mengangkat harkat dan martabat guru pada aras yang lebih terhormat.


Dalam pasal 14 ayat (1), misalnya, dinyatakan bahwa setiap guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Apakah yang dimaksud penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum? Pasal 15 ayat (1) menyatakan bahwa yang dimaksud penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Bahasa sederhananya, ke depan seorang guru profesional berhak mendapatkan tambahan penghasilan yang jumlahnya sangat “aduhai” untuk ukuran guru di Indonesia pada umumnya.


Bagi kebanyakan guru di Indonesia, tambahan penghasilan merupakan sesuatu yang sangat diharapkan mengingat penghasilan guru di Indonesia pada umumnya relatif rendah. Rendahnya penghasilan guru di Indonesia semakin terasa apabila dibandingkan dengan penghasilan guru di negara yang kinerja pendidikannya relatif memadai seperti Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat (AS).


Akan tetapi, tunggu dulu! Untuk mendapatkan tambahan penghasilan yang “aduhai” itu bukanlah persoalan yang mudah. Dalam pasal 16, misalnya, ditetapkan bahwa (1) Pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat; (2) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Itu artinya, guru yang belum memiliki sertifikat pendidik jangan bermimpi untuk mendapatkan tunjangan profesi yang setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok. Persoalannya sekarang ialah bagaimanakah cara guru untuk memperoleh sertifikat pendidik itu?


Sekarang ini sedang diperbincangkan kualifikasi guru yang dapat diuji sertifikasi; artinya tidak semua guru dapat dilakukan uji sertifikasi. Guru yang dapat diuji sertifikasi ialah guru yang memenuhi kualifikasi akademik sebagaimana diatur dalam PP dan UU; dalam hal ini PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan UU Guru.
Untuk menjadi guru SD (atau MI) misalnya. Pasal 29 ayat (2) PP SNP secara eksplisit menyebutkan pendidik (guru) pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a) kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), b) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi; dan c) sertifikat profesi guru untuk SD/MI. Implikasinya ialah, untuk mendapatkan sertifikasi pendidik atau dapat diuji sertifikasi maka seorang guru SD setidak-tidaknya harus berpendidikan D-IV atau S1.


Berapakah guru SD yang telah memenuhi kualifikasi akademik D-IV atau S1? Menurut data Balitbang Depdiknas, secara nasional baru sekitar 8 persen guru SD yang memiliki pendidikan minimal sarjana. Itu berarti, dari sekitar 1,2 juta guru SD yang dimungkinkan diuji sertifikasi hanya 8 persen saja. Permasalahannya sekarang ialah bagaimana nasib guru yang 92 persen atau sekitar 1,1 juta orang jumlahnya. Di luar SD banyak guru SMP, SMA dan SMK yang bernasib sama; demikian pula dengan guru (pendidik) TK dan PAUD, meskipun dengan variasi angka yang berbeda-beda. Itu artinya, untuk mendapatkan tunjangan profesi, guru yang belum memiliki kualifikasi akademik D-IV atau S1 harus melalui perjalanan yang cuku panjang dan berliku.


Lantas, bagaimana dengan guru yang telah memenuhi syarat kualifikasi akademik?


Untuk Jawa Tengah, menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Widadi, sebagaimana dilansir Kompas (2/11/2006), pada akhir tahun 2006 sebanyak 2.000 guru dari tingkat sekolah dasar hingga menengah, dijadwalkan mengikuti program sertifikasi guru. Jumlah ini merupakan sebagian kecil dari 140.000 guru di Jawa Tengah yang perlu mendapat sertifikasi guru. Jumlah guru seluruhnya mencapai 235.000 orang.


“Kemarin kami sudah dipanggil, katanya akhir tahun ini akan ada 2.000 guru dari Jateng yang akan mengikuti program sertifikasi,” ungkapnya di Pondok Pesantren Assalaam.


Sertifikasi guru menjadi amanat Pasal 82 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mewajibkan pemerintah mulai melaksanakan program sertifikasi pendidik paling lama dua belas bulan sejak diundangkannya aturan tersebut, yakni pada akhir tahun 2005 lalu. Diharapkan dalam jangka waktu 10 tahun setelahnya, semua guru sudah memiliki kualifikasi akademik setidaknya S1 atau diploma IV dan memiliki sertifikat pendidik.


“Jawa Tengah sendiri menargetkan semua guru di sini sudah mendapatkan sertifikasi pada tahun 2010 mendatang. Meskipun sulit, tapi kami harus optimistis hal ini tercapai. Dalam hal ini memang kami sangat bergantung pada pemerintah pusat karena ini program pusat,” kata Widadi. Meski demikian, untuk sementara ini pihaknya belum mengetahui lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) mana yang ditunjuk pemerintah yang akan menyelenggarakan proses sertifikasi bagi 2.000 guru tersebut. Sambil menunggu proses sertifikasi guru berjalan, pihaknya untuk sementara ini memberikan stimulan berupa beasiswa kepada para guru untuk meningkatkan kualifikasinya.

Tunjangan Fungsional
Sementara itu, untuk tunjangan fungsional, menurut Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Fasli Jalal, sebagaimana dilansir sebuah media cetak nasional, tahun 2007 sudah pasti akan dialokasikan anggarannya. Meski demikian, tunjangan fungsional masih dimungkinkan untuk diberikan pada guru bila terjadi perubahan APBN 2006. Besaran tunjangan fungsional beragam, dan pemerintah sedang menghitung. Diperkirakan tunjangan fungsional sedikit lebih rendah dibanding gaji pokok. “Kami memperkirakan tunjangan fungsional untuk seluruh guru, baik negeri maupun swasta memerlukan dana Rp 17 triliun. Kalau ada anggarannya di APBN 2006, mungkin tunjangan fungsional bisa mulai diberikan. Tetapi yang pasti, tahun 2007 pasti sudah kami anggarkan,” jelas Fasli.


Sementara menyangkut tunjangan profesi, pemerintah akan segara membuat peraturan agar guru bisa segera mendapat sertifikat pendidik. Dalam enam bulan, akan segera turun peraturan mengenai akreditasi perguruan tinggi yang berhak mengeluarkan sertifikat pendidik. “Akan kita atur agar proses mendapat sertifikat profesi tidak KKN, bagaimana guru yang ada di daerah juga dapat mengambil sertifikat profesi. Siapa yang harus didahulukan mengambil sertifikat pendidik, akan kita buat aturannya,” katanya.


Guru-guru berstatus sarjana dan sudah mempunyai pengalaman kerja lebih dari 20 tahun akan didahulukan. Diharapkan pada tahun ajaran 2006/2007, proses sertifikasi pendidik sudah dimulai. Direncanakan pada tahun 2006 akan dilakukan proses sertifikasi pada 150.000 guru negeri dan 100.000 guru swasta. Sementara bagi guru yang belum bergelar sarjana tetapi mengajar puluhan tahun, akan diberi kemudahan. “Kita akan minta ada perlakuan khusus bagi mereka. Masa kerja, dan cara mengajar mereka di kelas, semua akan diperhitungkan. Tidak harus mereka harus kuliah sarjana baru kemudian profesi,” jelasnya. Saat ini diperkirakan 470.000 guru negeri yang sudah mempunyai gelar sarjana. Sementara dari 900.000 guru swasta, belum diketahui berapa yang bergelar sarjana.


Seandainya sudah banyak guru yang memiliki sertfikat profesi, apakah ada jaminan adanya peningkatan mutu pendidikan? Jika berkaca pada pengalaman negara-negara maju, program peningkatan kualitas dan profesionalisme guru memang diperlukan, apa pun namanya. Hal ini dapat dilihat dari sejarah beberapa negara dalam rangka peningkatan kompetensi guru. Di Amerika Serikat, dimulai dengan munculnya reformasi pendidikan yang diinisiasi oleh keberadaan laporan federal yang berjudul A Nation at Risk pada 1983. Laporan ini lantas melahirkan laporan penting berjudul A Nation Prepared: Teachers for 21st Century. Dalam laporan tersebut, direkomendasikan adanya pembentukan National Board for Professional Teaching Standards, dewan nasional standar pengajaran profesional di Amerika Serikat pada 1987. Demikian juga di Jepang, UU Guru ada sejak 1974 dan UU Sertifikasi pada 1949. Sementara di Cina, UU Guru hadir pada 1993 dan PP Kualifikasi Guru pada 2001.


Jika program sertifikasi guru dijalankan, maka pada 2011 sekitar 1,3 juta guru dengan predikat pendidik profesional yang memerlukan gaji dan tunjangan profesi mencapai 77,46 triliun rupiah. Jumlah tersebut lebih besar dua kali lipat dari total pengeluaran untuk gaji pada 2005.
Angka yang fantastis itu pun belum menyangkut berbagai hal yang secara substansial perlu dibenahi untuk menciptakan guru berkualitas sesuai tuntutan masa depan. Peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi guru, bukan jaminan kinerja guru akan menjadi lebih baik. Pada masa penjajahan, dengan kualifikasi pendidikan yang jauh lebih rendah, guru dipandang lebih berhasil melahirkan lulusan yang bermutu.


Meski tidak bisa diperbandingkan sepenuhnya dengan situasi saat ini, tetapi setidaknya kenyataan itu mengingatkan bahwa kualifikasi akademik hanya menyelesaikan sebagian kecil masalah. Apalagi bila formalitas yang lebih dikejar, bukan substansinya. Peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1, menjadi tidak bermakna bila gelar kesarjanaan yang diperoleh guru tidak relevan dengan yang ia ajarkan sehari-hari di kelas, atau didapat melalui jalan pintas. Profesionalisme guru bukan barang sekali jadi, bim salabim. Hambatan menjadi guru profesional sangat banyak. Hubungan antarsesama guru dan kepala sekolah lebih banyak bersifat birokratis dan administratif, sehingga tidak mendorong terbangunnya suasana dan budaya profesional akademik di kalangan guru. Guru pun kian terjebak jauh dari prinsip profesionalitas. Jauh dari buku, kebiasaan diskusi, menulis, apalagi riset. Oleh karena itu, pembenahan dan peningkatan mutu guru harus berlaku sepanjang kariernya.


Pekerjaan rumah yang tak kalah besar ialah mendidik calon guru demi menciptakan generasi guru baru yang intelek, transformatif dan profesional. Bukan sekadar tukang dan operator. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Mau tidak mau, perlu dikaji terlebih dahulu lembaga yang selama ini menghasilkan tenaga guru. Tidak ada salahnya, lembaga pendidikan yang melahirkan tenaga guru belajar dari Fakultas Kedokteran yang mencetak tenaga dokter. Sebuah proses pembelajaran yang ajeg dan meyakinkan, semua pihak percaya dan yakin pada profesionalisme dokter (meski akhir-akhir ini banyak kasus tentang mal praktik). Setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan dokter, ia berhak atas gelar akademis sarjana kedokteran atau dahulu disebut dokter muda. Kemudian dilanjutkan dengan mengikuti kegiatan profesi dokter (ko-asistensi) di rumah sakit yang ditentukan, minimal dua tahun. Di sinilah kawah candradimuka untuk menjadi seorang dokter. Merupakan medan nyata (emphirical field) kerja dokter setelah proses teoritis selama manjalani pendidikan kedokteran. Setelah dinyatakan lulus ujian profesi dokter, barulah ia berhak disebut dokter (dr).


Pemeliharaan profesi dokter pun didukung oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang mewajibkan dokter untuk mengabdi sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) di daerah yang ditentukan, atau dapat diganti dengan kompensasi tertentu yang dianggap tidak mengurangi nilai pengabdian dan profesionalisme. Demikian juga Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) atau asosiasi profesi guru apa pun namanya, harus dapat berjuang untuk memelihara profesi guru.
Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik; bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.


Menjadi guru bukan sebuah proses yang yang hanya dapat dilalui, diselesaikan dan ditentukan melalui uji kompetensi dan sertifikasi. Karena menjadi guru menyangkut perkara hati, mengajar adalah profesi hati. Hati harus banyak berperan atau lebih daripada budi. Oleh karena itu, pengolahan hati harus mendapatkan perhatian yang cukup, yaitu pemurnian hati atau motivasi untuk menjadi guru.


Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru. Kerasan dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru yang profesional.


Harus disadari, kondisi guru seperti yang tecermin saat ini, merupakan keprihatinan bersama. Kondisi ini yang harus dihadapi, bukan menjadi ajang untuk menyangkal atau malah menyalahkan pihak tertentu. Dari itu semua, yang paling berkepentingan adalah pribadi guru sendiri. Namun, itu jangan sampai untuk mematahkan semangat rekan guru yang masih ingin menghidupi keguruannya.

Penanggulangan Pencemaran oleh Limbah Cair Industri Pengolahan Hasil Pertanian Tingkat Menengah dan Rendah dengan Teknik Kolam Ganggang

Suwedo Hadiwiyoto, Supriyadi, dan Endang Sutriswati Rahayu
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Penanggulangan limbah oleh industri besar tidak menjadi masalah, berbeda halnya dengan industri menengah dan kecil, mengingat sarana dan biaya pengoperasiannya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mencari cara atau metode alternatif penanganan limbah cair dengan memodifikasi teknik kolam ganggang sehingga teknologi dan biaya pengadaan serta pengoperasiannya terjangkau oleh industri menengah ke bawah.


Teknik kolam ganggang atau lagoon merupakan cara pengolahan limbah cair dengan menafaatkan pertumbuhan ganggan fotosintesis dengan proses fakultatif anaerob serta merupakan cara yang paling sederhana dibandingkan cara-cara lainnya. Cara ini sangat cocok untuk negara berkembang. Kebutuhan oksigen hayati (BOD) dan kebutuhan oksigen kimia (KOK) dapat dikurangi sampai 60-80%. Pada dasarnya teknik kolam ganggang terdiri atas banyak kolam yang terbuat dari semen atau logam dengan kapasitas yang besar dan dilengkapi dengan berbagai peralatan pengendali, pengatur kondisi untuk menumbuhkan ganggang, penyaring, sedimentasi, denitrifikasi, dan klorinasi. Teknik ini dapat dimodifikasi sehingga menjadi peralatan yang sederhana dengan biaya relatif murah bagi industri menengah ke bawah. Modifikasi tersebut pernah dikerjakan di India pada tahun 1970-an dengan menggunakan dua kolam pengolah untuk mengolah limbah cair di pedesaan. Kolam pertama untuk menumbuhkan ganggang dan yang kedua untuk penjernihan. Meskipun demikian masih diperlukan beberapa alat seperti pompa dan bak penyaring.

Adopted from : Hibah Bersaing I

PERAN TEKNIK ISOTOP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

Teknik isotop alam adalah salah satu teknik yang sangat berguna dalam penelitian yang berkaitan dengan perubahan iklim serta respon dari lingkungan terhadap perubahan tersebut. Hal ini dimungkinkan karena isotop alam tersebut, baik yang bersifat stabil atau radioaktif, terdapat dalam berbagai matriks alam seperti sediment di danau dan lautan, sebagai komponen dari molekul air dalam bentuk es yang terdapat di kutub bumi, glasir dan lapisan es di daerah dingin dan puncak pegunungan, sebagai presipitasi dan bahkan yang terdapat pada pepohonan.

Kandungan isotop dapat diukur dan datanya dapat digunakan untuk merekonstruksi terjadinya perubahan iklim. Data tersebut juga dapat digunakan untuk studi adanya interaksi kompleks antara atmosfer, lautan dan biosfer yang ketiganya saling mempengaruhi faktor-faktor terjadinya perubahan iklim. Salah satu contoh penggunaan teknik isotop adalah teknik penanggalan dengan karbon-14 yang dapat digunakan untuk mengestimasi waktu kapan suatu material mengabsorb karbon-14.

Teknik ini biasa digunakan untuk mengestimasi waktu tinggal (residence time) air dalam akuifernya, untuk penanggalan fosil dan sediment serta dapat digunakan dalam studi atmosfer karena karbon dioksida terdapat di atmosfer bumi dalam jumlah yang besar. Inter relasi antara karbon-14, karbon-13 dan oksigen-18 dalam gas karbon dioksida di atmosfer dapat digunakan dalam studi interaksi antara lautan dan atmosfer. Dengan mengetahui kandungan isotop stabil hydrogen-2 dan oksigen-18 dalam kerang (shell) yang diambil dari sediment dasar lautan, memungkinkan untuk mengetahui suhu air pada saat kerang tersebut masih hidup.

Data komposisi isotop pada lapisan paling bawah dari es dan glasir yang diambil dengan core sampling dapat memberikan informasi tentang curah dari presipitasi, suhu, kecepatan angin dan konsentrasi gas rumah kaca pada masa yang lalu. Metodologi teknik perunut isotop dapat digunakan untuk mengetahui asal dari gas rumah kaca yaitu dari kadar karbon-13 dalam karbon dioksida gas rumah kaca tersebut. Isotop deuterium dan oksigen-18 juga dapat digunakan sebagai indikator parameter yang berkaitan dengan iklim misalnya suhu udara, kelembaban udara dan banyaknya curah hujan.

Dari uraian singkat ini dapat dicatat bahwa teknik isotop merupakan teknik yang sangat bermanfaat dalam menyajikan data dimana para ilmuwan dapat melihat ke belakang ke masa lalu dan mengembangkan suatu opsi modelling untuk memprediksikan kondisi mendatang dan meminimalkan dampak dari perubahan iklim global.

*Wandowo, 2005; “Mewaspadai Terjadinya Krisis Sumber Daya Air Bersih”, P3TIR – BATAN

TURUT BERDUKA CITA ATAS WAFATNYA

 

Bpk. Hari Subekti

Guru: OTK/ PIK Smkn 3 Kimia Madiun

 

Semoga Amal Ibadahnya Diterima Di sisi-NYA,

dan Kesabaran serta Ketabahan bagi Keluarga Yang Ditinggalkannya.

 

Regards.

Skimaters.

Belajar Manajemen Perusahaan : chapter. 15 : Bagaimana menetapkan tujuan/ sasaran yang S-M-A-R-T ? (Quality, Cost, Productivity, & Costumer Service).

Sementara kita mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan – tantangan tahun depan, fokus kita haruslah tertuju pada Quality, Safety (Produk dan Manusia), Cost, Produktivitas (Efisiensi dan keefektifan) dan pelayanan pelanggan (internal/eksternal). Ukuran berkala terhadap kinerja akan didasarkan pada pencapaian tujuan dan/ atau tujuan yang ditetapkan. Karenanya setiap fungsi diharapkan untuk mengadakan analisis situasi dan mempersiapkannya hingga akhir tahun sekarang.

Secara Mayor, tipe dari tujuan harus dikelompokkan sebagai berikut  :

Rutin (40%)

Tujuan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan dengan cara “VIRTUE” posisi atau Fungsi.

Finance / Keuangan (20%)

Tujuan mengenai alokasi, anggaran, monitoring dan pengaturan biaya.

Fungsi Silang (20%)

Tujuan berkaitan dengan kegiatan koordinasi, kerjasama (ko-operasi), partisipasi dalam tim dan komite, misalnya Permintaan Tindakan Korektif & Preventif, Audit).

4.     Pengembangan Pribadi (10%)

Tujuan mengenai analisis kebutuhan training dan pelaksanaannya, dan

5.      Keterlibatan dalam Masyarakat (10%)

     Tujuan mengenai lingkungan, hubungan dengan penduduk sekitar, program peningkatan. Diharapkan bahwa dengan pedoman ini, pencapaian tujuan dan/atau sasaran akan ditingkatkan.

Langkah – langkah menetapkan tujuan/ sasaran :

Step 1 Identifikasi perhatian, issue dan kesempatan didalam setiap Tipe Tujuan yang Mayor

         Harus dilakukan (Mendasar yang berarti mendesak dan penting, bahkan jangka pendek atau segera)

         Perlu dilakukan (Pemecahan Masalah dengan menggunakan siklus Deming : Plan-Do-Check/Study-Act).

         Sebaiknya ada (Inovatif yang berarti jangka panjang, penting, tapi tidak mendesak).

 

Step 2 Tuliskan tujuan/sasaran yang S-M-A-R-T untuk masing² jenis tujuan yang bersifat Mayor (gunakan blanko Tujuan Mutu).

         Specific                : Terperinci, partikular dan/atau terfokus.

         Measurable          : Dapat dihitung dan ada batasannya.

         Action-Oriented   : Ada hasilnya ; gunakan kata kerja yang bermakna tindakan, seperti : meningkatkan, menurunkan/mengurangi, membuat, menambah dll.

         Realistic               : Dapat dilaksanakan, dapat dicapai dan tersedianya sumber daya.

         Time Bound          : Skala prioritas, diatur dengan batasan waktu.

Step 3 Membuat tujuan dan/atau sasaran untuk setiap tipe tujuan yang mayor.

         Klasifikasi tujuan dalam setiap jenis tujuan yang mayor, seperti mendasar, pemecahan  masalah, inovatif, atau kombinasinya.

         Prioritaskan dalam setiap tipe, seperti penggunaan pareto atau alat QCC lainnya.

         Tetapkan standar kinerja.

         Identifikasi rintangan, penghalang dan/atau hambatan lainnya yang akan dihadapi dalam mencapai tujuan mutu.

         Tetapkan “WIIFM” (What’s In It For Me ?)  (apa bagian saya ?).

Step 4 Rumuskan rencana tindakan

         Analisa dan jawablah 5W dan 1H (mengapa, apa, kapan, dimana, siapa, dan bagaimana).

         Dokumenkan rencana (lampirkan pada blanko tujuan mutu).

         Ajak tim untuk bekerjasama dalam menentukan tujuan dan merumuskan rencana tindakan.

         Sediakan.

         Tetapkan frekuensi pelaporan dan kepada siapa dilaporkan.

         Tujuan dan/atau sasaran dapat ditetapkan

Step 5 Kiat – kiat untuk mencapai tujuan

         Lakukan sesuai rencana (perencanaan harus bersifat menyeluruh, silakan lihat setp 4).

         Monitor kemajuannya (bandingkan hasil yang dicapai dengan hasil yang direncanakan, tetapkan elemen – elemen yang berjalan dan apa yang tidak).

         Perbaiki tujuan (lebih baik ubah taktik dan/atau strategi, jangan ubah tujuan).

         Mulai lagi siklus PDCA (lihat siklus Deming, mengenai peningkatan yang berkelanjutan).

Step 6 Pertimbangkan   3   faktor kritis   tentang   Pimpinan  atau  Juara yang disebut dengan “Faktor  DEF”. 

“D” è Merupakan   singkatan dari Peter Drucker, seorang  profesional dalam  hal mutu dan  pemikir   mengenai   manajemen,    yang  berkata    bahwa   orang  harus  memotivasi dirinya sendiri.  Para  pemimpin yang hebat, secara naluriah mengakui hal ini.

“E” è Merupakan   singkatan   dari   Entrepreneurial,   adalah  kata  lain  dari   risiko.  Para pemimpin   harus   mengambil risiko,  mempelajari  risiko. Memimpin hari ini berarti mengambil risiko.

“F” è Merupakan    singkatan  dari    Fokus,   kita harus    berfokus    pada  masalah   untuk dipecahkan. Kita harus menghilangkan hal yang tidak perlu.

Step 7 Harus  ada  tindakan,  dengan mengingat   3   hal kritis, pimpinan  harus  melakukan  “Faktor ROI”.

”R” è Merupakan singkatan dari Removing Barriers, yang mencegah motivasi diri.

”O” è Merupakan singkatan dari Obtaining the right result,  atau  mendapatkan  hasil  yang   benar.  hal ini melibatkan pengakuan dan pekerjaan pada masalah yang tepat.

”I” è Merupakan  singkatan dari  Inspirasi.  Para   pemimpin   harus  tahu  bagaimana cara   menginspirasi orang lain untuk memotivasi diri mereka sendiri.

Contoh tujuan yang S-M-A-R-T

Tipe goal Mayor rutin :

1.      Meningkatkan hasil pengetikan  surat/dokumen  dibidang  administratif hingga 40 surat/dokumen perhari mulai dari keadaan sekarang yaitu 20 sampai 30 perhari pada tanggal 31 Januari 2001 tanpa menambah staff administrasi baru.

Spesifik                       :  “ Hasil Pengetikan ”

Measurable                  : “ Dari 20-30 ” dokumen/hari hingga 40/hari

Action-Oriented            :  “ Meningkatkan ”

Realistic dan Limiting      : “ Tanpa menambah staff administratif baru “

Time Bourd                   : “ Pada tanggal 31 Januari 2001

 

MODEL PENINGKATAN

Kerangka kerja untuk peningkatan sebagaimana digambarkan dibawah ini secara luas dapat diterima dan dapat diterapkan. Model ini merupakan refleksi atas fakta yang kita pilih secara rasional, apakah dilakukan atau tidak, didasarkan pada pengetahuan dan ketertarikan yang ada mengenai pencapaian tujuan/sasaran yang dipilih. Model ini juga merupakan kerangka kerja yang fleksibel untuk mengadakan dan menguji perubahan, dan bahkan penggunaan aplikasinya spesifik dan metedologi :

Keadaan Sekarang ==è

 

Apa yang mau kita coba kerjakan ?

Bagaimana kita akan tahu bahwa perubahan ini merupakan peningkatan ?

Perubahan apa yang dapat kita buat, yang menghasilkan peningkatan ?

==è  Siklus Pembelajaran Dan Peningkatan

ACT     ==è      PLAN    ==è CHECK   ==è      DO

CONTOH – CONTOH KARAKTERISTIK MUTU, ISSUE DAN PERTIMBANGANNYA

Marketing/Sales/Service

Waktu memproses permintaan pelanggan

Keluhan pelanggan

Kesalahan dalam mengisi pesanan ke dealer

Salah hitung

Kelebihan hitung

Kinerja Penjualan

Kepuasan pelanggan

Pengiriman yang lambat/terlewatkan

 

ENGINEERING

Waktu untuk memproses perubahan engineering/job order

Waktu kegagalan produk

Jumlah perubahan desain

Permintaan perubahan

Keterbatasan part

Informasi teknis

 

ADMINISTRATIF

Waktu memproses laporan

Pemakaian telepon

Kesalahan pembukuan yang dapat diterima

Waktu tunggu

Biaya inspeksi

Waktu singgah/transit

Panggilan telepon

Waktu membuat order

Komputer down time

Jumlah supplier

Kesalahan dalam purchase order

Kesalahan kerja

Waktu tunggu kendaraan, mobil, alat kantor

Biaya garansi

 

MANUFACTURING

Downtime, tindakan korektif dan prefentif

Jumlah serap

Keakuratan laboratorium

Jumlah kerja ulang

Waktu perbaikan

Tingkat inventory

Dimensi fisik

Biaya inspeksi

Mutu yang dihasilkan

Usulan karyawan

Viskositas proses batch

High TPC pada produk DC

 

MANAJEMEN

Jumlah kecelakaan

Waktu yang terbuang karena kecelakaan

Persen lembur

Jam kerja karyawan yang terbuang

Absensi/ketidakhadiran

Varian dari anggaran

Keluar masuk karyawan (turnover)

Penilaian karyawan (kinerja atas tujuan)

Biaya perawatan kesehatan

Pelatihan dan pendidikan karyawan

Aspek dan dampak lingkungan

Pembuatan proyek dan program

 

Referensi  :

1.       Moen, Ronald D dan Nolan, Thomas. W dan Provost Lioyd P (1999) : “ Quality Improvement    Through Planned experimentation “. Mc Graw Hill.

2.       Philip Morris.1998. “ Managing and Appraising performance (Map Goals) ”. USA

 

 

 

SEKOLAH, DARI MASA KE MASA.

Di dalam jagad pewayangan dikenal istilah padhepokan sebagai tempat penggemblengan bagi para calon ksatria agar kelak dapat megabdikan diri bagi kepentingan darma kemanusiaan. Para calon ksatria tersebut biasanya diajar oleh seorang ajar atau guru. Untuk mendapatkan kesempurnaan ilmu, para cantrik (calon ksatria yang berguru), diajarkan ilmu kanuragan, tata negara dan tentunya ilmu agama.

Dalam sejarah praja Majapahit, barangkali tercatat dalam sejarah adanya sebuah institusi untuk mencetak calon pejabat negara atau tanda, istilahnya PPCT (Pusat Pendidikan Calon Tanda). Lembaga ini mendidik calon pejabat mulai tingkat wedana, perwira prajurit hingga pangeran adipati anom. Para siswa tanda biasanya berasal dari para putra pejabat (kasta ksatria), namun demikian ada juga kalangan Sudra maupun Waisya yang dapat mengikuti pendidikan dikarenakan dharma bakti luar biasa yang diberikan kepada negara. Kuti dan Semi adalah contoh perwakilan rakyat awam yang menjadi siswa tanda. Baca lebih lanjut

PENGGUNAAN MEDIA PENDIDIKAN PADA PENGAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH

Adi Suarman Situmorang 1

1FKIP Universitas Darma Agung Medan, Jl. Sriwijaya Medan, Sumatera Utara, Indonesia

ABSTRACT

The uses of educational media for the teaching of mathematics in high school is explained in the paper. The research was conducted onto the high school students in Medan. The research was carried out through teaching the students with a Concept map media and analises the effectivity of the media in enhanching the ability of students in understanding the concept of mathemetics. Based on the preliminari test it was foud that most of the student 65%) have low understanding ability on the concept of mathematics. After³( teaching the students by using educational media it was found that most of the students (89%)understand the concept of the mathematics.

Kata kunci: Media pendidikan, petakonsep, belajar tuntas, pangkat rasional, dan bentuk akar Baca lebih lanjut

Pilihlah Pendamping Hidupmu Maka Jodohmu Akan Mengikuti

“Dan diantara tanda – tanda kekuasaan Allah ialah menciptakan ruang angkasa & bumi, berbeda – beda bahasa dan warna kulitmu. Yang demikian itu adalah tanda – tanda (kebesaran Allah) bagi orang – orang yang mengetahui”(QS. Ar Ruum 30:22)

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu. Dan Allah maha tahu dan mengenal dirimu.” (QS. Al. Hujarat, 49:13) Baca lebih lanjut

Isotherm Adsorpsi

Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan isoterm adsorpsi.

1. Isoterm Langmuir  

Isoterm ini berdasar asumsi bahwa:

a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap.

b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.

c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.

                        Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut: selalu ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorpsi tidak inert dan mekanisme adsorpsi pada molekul pertama sangat berbeda dengan mekanisme pada molekul terakhir yang teradsorpsi.

                         

                        Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah sebagai berikut: A(g) + S AS, dimana A adalah molekul gas dan S adalah permukaan adsorpsi.

                         

2. Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET).

Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di permukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsoprsi untuk setiap proses adsorpsi berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah:

Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan untuk adsoprsi fisik

3. Isoterm Freundlich

Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah

     x/m = kC1/n

dengan x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)

m = massa dari adsorben (mg)

C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan

k,n,= konstanta adsorben

Dari persamaan tersebut, jika konstentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersep k. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisiensi dari suatu adsorben.

Hal-hal yang dapat dilihat dari kurva isoterm adalah sebagai berikut.

            1. Kurva isoterm yang cenderung datar rtinya, isoterm yang digunakan menyerap pada kapasitas konstan melebihi daerah kesetimbangan.

            2. Kurva isoterm yang curam artinya kapasitas adsorpsi meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi kesetimbangan.

Adsorpsi ion logam oleh material padat secara kuantitatif mengikuti persamaan Langmuir. Persamaan Langmuir merupakan tinjauan teoritis proses adsorpsi.

 C/(x/m) = 1/Kb + C/b

Persamaan tersebut dapat digunakan pada adsorpsi oleh padatan. Konstanta pada persamaan adsorpsi Langmuir menunjukan besarnya adsorpsi maksimum (b) oleh adsorben, dan K menunjukkan konstanta yang dihubungkan dengan energi ikat. Harga adsorpsi maksimum secara teoritis seperti yang dicantumkan pada tabel 3.

Keterangan: *per berat membran

Terdapat perbedaan antara berat teradsorp teoritis dan eksperimen. Hal tersebut menunjukan bahwa berkurangnya konsentrasi ion logam tidak hanya terjadi karena adsorpsi secara pertukaran ion, tetapi terjadi juga pemerangkapan ion logam pada pori-pori membran.

Data hubungan persamaan :

(PEMBUATAN) MANISAN BENGKUANG

I. PENDAHULUAN
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya untuk mengempukkan daging dan melancarkan air susu ibu (ASI) terutama daun pepaya jantan.
Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale.
Manisan buah adalah buah yang diawetkan dengan gula. Tujuan pemberian gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, selain untuk memberikan rasa manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme (jamur, kapang). Dalam proses pembuatan manisan buah ini juga digunakan air garam dan air kapur untuk mempertahankan bentuk (tekstur) serta menghilangkan rasa gatal atau getir pada buah. Baca lebih lanjut

Mencantumkan Gelar, Apa Niat Kita? (Bagian 3).

Oleh : Achmad Faisol.
Lebih detail tentang kesombongan, al-Ghazali menerangkan bahwa kesombongan dibagi dua, yaitu kesombongan batin dan kesombongan zhahir. Kesombongan batin adalah kesombongan yang terdapat dalam hati, sedangkan kesombongan zhahir dilakukan oleh anggota tubuh.
Kesombongan batin lebih berbahaya, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari yang terjadi di hatinya. Apabila seseorang mewujudkan kesombongannya dalam perbuatan, maka hal itu disebut takabbur (berlaku sombong), sedangkan jika hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut kibr (sifat sombong).

Menurut definisinya, kesombongan adalah menolak kebenaran dan melecehkan atau merendahkan orang lain.
مَنْ سَـفَهَ اْلحَقَّ وَغَمَصَ النَّاسَ

(Orang sombong adalah) orang yang menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. (HR Muslim)
Larangan Allah kepada kita untuk menjauhi kesombongan tercantum dalam Al-Qur’an al-‘Azhîm :
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَتَمْشِ فىِ ٱْلأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُخْتـَالٍ فَخُـوْرٍ

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqmân [31] : 18)

Jika kita terjangkit penyakit sombong berarti kita menggabungkan dalam diri kita kebodohan dan kebohongan. Kebodohan karena kita tidak mengetahui bahwa kebesaran hanya milik Allah sehingga akibat kebodohan, kita menduga dirinya besar. Kita juga melakukan kebohongan, karena dengan takabbur kita membohongi diri sendiri sebelum orang lain. Bukankah takabbur berarti membuat-buat kebesaran kepada diri yang pada hakikatnya tak pernah wujud?
Jika kita sombong maka kita menciptakan keburukan di atas keburukan. Kesombongan sendiri telah merupakan keburukan. Selanjutnya dengan sikap takabbur, sesungguhnya kita memaksa orang lain memendam rasa dendam dan antipati terhadap diri kita, bahkan menghina dan mencela kita. Kalau tidak di hadapan kita dengan suara keras, maka di belakang kita dengan suara sayup atau di dalam hati.
Jika kita sombong maka kita adalah manusia yang sangat tidak terpuji. Bagaimana mungkin kita sombong padahal asal kita adalah nuthfah dan akhirnya menjadi mayat tak berdaya, sedangkan masa antara awal dan akhir hidup kita selalu membawa (di dalam tubuh) urine serta kotoran yang berbau menusuk.
Manusia sombong harus disombongi, karena menyombongi orang sombong adalah sedekah. Ber-takabbur kepada mereka dimaksudkan agar yang bersangkutan menyadari dirinya dan tidak larut dalam keangkuhannya.
التَّكَـبُّرُ عَلَى الْمُتَكَـبِّرِ صَدَقَةٌ

Menyombongi orang sombong adalah sedekah.
Entah apa jadinya kehidupan ini jika semua orang telah terjangkit sifat sombong. Setiap orang saling melecehkan, tak ada lagi penghormatan kepada orang lain, hilanglah kewibawaan dan sopan santun terhadap orang lain.
Entah apa yang akan terjadi jika setiap orang menolak ketika kebenaran diperlihatkan. Semua orang tidak dapat saling memberikan pemahaman atau melakukan diskusi dengan baik, kecuali dengan cara memaksa.
Sama halnya mereka tidak dapat bersatu dalam kebenaran, mereka pun tidak dapat bersatu dalam kebatilan. Hukum rimbalah yang akan muncul, yaitu siapa yang kuat dialah yang menang. Bersamaan dengan itu akan muncul gejala-gejala sosial seperti kezhaliman, emosi, pertengkaran, permusuhan, peperangan dan pelanggaran hak asasi. Itu semua berawal dari penyakit hati, yang masyhur dengan nama “sombong”.
Mari kita bersama-sama berusaha agar tidak terinfeksi penyakit “sombong” ini. Tak perlu kita mencari siapa orang yang di dalam hatinya terjangkit penyakit ini. Introspeksi diri harus didahulukan. Janganlah kita mudah menyalahkan orang lain akan tetapi kita tidak mau menyalahkan diri sendiri. Bukankah sudah kita pahami bersama kaidah “Mulailah dari dirimu sendiri (ibda’ binafsika)?”
Mungkin ada di antara kita yang mempertanyakan, “Mengapa saya harus menyalahkan diri sendiri? Bukankah hidup ini ada sistem yang juga melibatkan orang lain? Sebagai contoh, kalau saya mengantuk/tidur ketika khutbah, itu karena khatibnya tidak menguasai sosiologi dakwah. Begitu pun dengan tindakan-tindakan saya yang lain. Semua itu hanyalah reaksi akibat aksi yang saya terima dari lingkungan. Mengapa harus saya yang disalahkan? Mengapa bukan orang lain atau sistem yang ada?”
Sekadar menyalahkan orang lain apalagi mencari kambing hitam termasuk pekerjaan mudah. Kita tidak perlu sekolah untuk menumpahkan kesalahan pada orang lain. Anak kecil pun bisa melakukannya. Namun, tidakkah kita sadari bahwa hidup ini antara kita dan Allah? Bukankah di akhirat nanti, kita akan dimintai pertanggungjawaban atas semua perbuatan kita, bukan perilaku orang lain?

Pemanfaatan Batang Kelapa Sawit sebagai Bahan Bangunan dan Furnitur

Edi Suhaimi Bakar, O Rachman, Muh Yusram Massijaya, dan Bahruni
Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor

Kelapa sawit sangat besar potensinya di Indonesia dengan luas tanaman lebih dari 2.9 juta ha sehingga Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia setelah Malaysia. Dengan laju pertumbuhan sekitar 8.5% per tahun, diperkirakan Indonesia akan melewati Malaysia pada tahun 2014 nanti. Namun, pemanfaatan biomassa kelapa sawit masih belum efisien, terbatas hanya pada buah untuk memproduksi minyak, serta sampai pada tingkat tertentu, pada sabut, tandan, dan pelepah untuk memproduksi serat. Biomassa batang dari hasil regenerasi tanaman tua setelah berumur 25-30 tahun yang merupakan massa terbesar belum dimanfaatkan, melainkan hanya dibakar atau dibiarkan jadi tumpukan limbah yang menimbulkan berbagai dampak lingkungan dan gangguan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi kayu sawit dari hasil peremajaan tanaman, mengetahui sifat-sifat dasarnya (fisik, mekanis, kimia, keawetan, dan pemesinan), serta memperbaiki kelemahan kayu sawit sehingga dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan furnitur. Pada bagian akhir juga dilakukan kajian sosial ekonomi dari pemanfaatan kayu sawit sebagai bahan bangunan dan furnitur.
Dari penelitian tahap pertama diketahui bahwa sepertiga bagian terluar batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan dalam bentuk kayu utuh untuk bahan bangunan perumahan. Bagian ini mencapai 30% volume batang bebas pelepah, mempunyai kelas kuat III-V dan kelas awet V, yang secara umum setara dengan mutu kayu sengon (Paraserianthes falcataria). Diketahui bahwa faktor kedalaman batang sangat mempengaruhi sifat-sifat dasar yang diuji: bagian tepi mempunyai sifat yang jauh lebih baik daripada bagian medium dan pusat. Sebaliknya, faktor ketinggian tidak memiliki kecenderungan tertentu, meskipun pada sebagian sifat-sifat mekanis menunjukkan penurunan mutu dengan semakin tingginya batang.
Dari penelitian tahap kedua diketahui bahwa kayu kelapa sawit sebaiknya digergaji dengan pola yang berbeda dengan penggergajian pada umumnya, yaitu menggunakan pola modified round sawing (MRS). Meskipun dapat diawetkan dengan baik dengan bahan pengawet Basilit-CFK dan Impralit-B1, sifat dan mutu pemesinan kayu kelapa sawit tergolong sangat jelek dengan persen bebas cacat berturut-turut sebesar 6 dan 12% untuk proses penyerutan dan pelubangan segi-empat, dan tergolong sedang dengan persen bebas cacat berturut-turut sebesar 50, 66, dan 62% untuk proses pembentukan, pengeboran, dan pengampelasan. Secara keseluruhan mutu pemesinan kayu kelapa sawit tergolong jelek, sehingga perlu diupayakan perbaikan mutu agar penggunaannya dapat diperluas. Selanjutnya diketahui bahwa perbaikan mutu dengan teknik impregnasi (perendaman) tidak berhasil meningkatkan mutu kayu kelapa sawit karena imprenasi tidak mampu masuk ke dalam kayu.
Pada penelitian tahap ketiga dilakukan perbaikan mutu kayu kelapa sawit dengan teknik kompregnasi, yaitu pemasukan bahan kompregnan resin fenol dengan bantuan tekanan dalam tangki tertutup. Dari hasilnya diketahui bahwa perlakuan kompregnasi dengan resin fenol dapat memperbaiki sifat fisis, mekanis, keawetan, dan pemesinan kayu sehingga cocok digunakan untuk bahan bangunan. Kondisi kompregnasi yang optimum ialah dengan konsentrasi larutan impregnan 30% dan waktu tekanan 60 menit. Secara umum mutu proses pemesinan kayu sawit terkompregnasi sebanding dengan jenis-jenis kayu komersial (mahoni, kamper, dan jati) yang biasa digunakan untuk furnitur. Sifat pengetaman, pembentukan (shaping), dan pengeboran kayu kelapa sawit terkompregnasi termasuk sedang hingga sangat baik (III-I) dan sifat pengampelasan sangat baik (kelas I).
Meskipun perlakuan kompregnasi kayu kelapa sawit memerlukan biaya yang relatif tinggi, harga akhir kayu kelapa sawit terkompregnasi masih dapat bersaing dengan kayu utuh lain yang mutunya sebanding. Bahkan kayu kelapa sawit terkompregnasi mempunyai nilai lebih dalam hal warna dan tekstur serat sehingga sangat cocok digunakan untuk furnitur mutu tinggi. Dari hasil wawancara diketahui pula bahwa masyarakat masih menunjukkan kepercayaan yang rendah terhadap kayu kelapa sawit sebagai alternatif baru untuk bahan bangunan dan furnitur (terutama dari segi kekuatan dan keawetan), sehingga perlu dilakukan sosialisasi yang tepat dari hasil-hasil perbaikan mutu yang telah dicapai kepada masyarakat.

Adopted from : Hibah Bersaing VI

Belajar Manajemen Perusahaan. Chapter.13 : INOVASI & ACTS (Summary version)

TUJUAN
– Memahami maksud dan arti pentingnya Inovasi (ACTS)
– Memotivasi bagaimana menjadi anggota sebuah team
– Dapat berinovasi (menemukan cara-cara baru) secara proaktif dalam menyelesaikan tantangan kerja sehari-hari
– Mengefektifkan penggunaan metode ACTS
– Menstandarisasikan laporan (notulensi) inovasi
– Menghargai gaya inovasi yang berbeda
– Dapat berperan dalam menghasilkan pemecahan yg inovatif & meningkatan dengan melaksanakan proses ACTS
PROSES ACTS
– Ask (Tanya) : Apa Yang ingin kita kerjakan ; Apa yang kita takutkan/khawatirkan
– Chek (cek) : Apa yang telah kita ketahui ; apa yang telah kita kerjakan dapat membantu ; apa yang tiap anggota kerjakan ; ketrampilan yang bermanfaat apa yang dimiliki oleh tiap-tipa orang ; Masalah apa yang sebenarnya
– Think (Fikir) : Ide apa yang kita miliki ; Modifikasi faktor pengaruh ; penyelidikan simbol alam ; eksperimen ; keuntungan – kerugian
– Suggest (saran) : Minta persetujuan ; jelaskan dan lakuka ; terapkan (Action Plan)
ACTS SEBUAH MODEL PEMECAHAN MASALAH
– Keterkaitan antar poin dan pola fikir pemecahan
– Penggunaan data real dan analisa
– Penggunaan gaya inovasi dan tekhnik pengembangan ideMetode untuk memilih pemecahan yang benar
APAKAH INOVASI
– Mempunyai ide baru/dan atau yang lebih baik bisa meningkatkan produk/hasil, pelayanan dan prosedur kerja
– Bersifat Dramatis & mendapat Perhatian yang Nyata
– Kreatifitas , Individualisme
– Inovasi bisa merubah (fenomena sekali tembak) secara langsung atau bertahap
GAYA INOVASI
– Visioning : Melihat pada gambaran yang diinginkan sebagai tujuan
– Modifyng : Membuat dan meningkatkan pada apa saja yang telah dicoba dan teruji
– Experimenting : Menggabungkan dan menguji kenyataan
– Exploring : Meragukan informasi yang ada dan menemukan cara baru
NILAI TIAP GAYA INOVASI
EXPERIMENTING
– Tetap pada realitas
– Tahap pembuktian pengalaman
– Pendekatan analitik
– Mengikutsertakan orang lain dalam mengambil keputusan
– Hasil dan keuntungan bisa dicapai
– Rendah biaya
– Menggunakan sumber daya yang ada
– Menggunakan metode yang hemat waktu
EXPLORING
– Banyak ide baru
– Melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda
– Berani menantang norma-norma
– Pikiran yang terbuka
– Membangkitkan semangat
– Tidak takut kegagalan
– Menawarkan alternative
– Menemukan hal yang mustahil
– Mengenalkan variabel/faktor lain
MODIFYNG
– Tidak mereka-reka aturan
– Hemat waktu, biaya dan penggunaan
– Sumber daya yang tersedia
– Mendorong ide-ide
– Praktis, realistis
– Fleksibel dan bisa menyesuaikan
– Menghasilkan pekerjaan yang lebih bermutu
– Mudah mendapat dukungan dari atasan dan sekerja
– Sistematis, proses yang berkesinambungan
– Lebih cepat menerapannya
4 PRINSIP INOVASI
– Kita semua mempunyai kemampuan untuk menjadi inovatif
– Kita mempunyai perbedaan cara untuk menangani dan menyelesaikan masalah
– Kita menggunakan suatu kombinasi dari keempat gaya inovasi
– Gaya ini seperti bermacam-macam bahasa yang lebih seperti sebuah gambar dari kepribadian kita
MENGOPTIMALKAN KINERJA SEBUAH TIM INOVASI
– Menyadari keragaman perbedaan sudut pandang dan gaya inovasi sebagai sebuah kekayaan bukan sebaliknya
– Pengaturan Tempat Duduk
– Mendengar dan sulitnya memahami maksud orang lain
– Apakah kelompok akan membangun / merusak ide yang sudah ada
– Bagaimana Tim Sampai pada keputusan
JANGAN JADI Mr. Averageman
Dilahirkan pada tahun 1901, nilai-nilainya antara C & D, kawin dengan nona Medicore pada tahun 1924 mempunyai seorang anak laki-laki bernama Averageman Jr dan seorang anak perempuan bernama Baby Medicore. Dia mempunyai masa pengabdian tidak baik selama 40 tahun dan memegang berbagai posisi tidak penting. Dia tidak berani menghadapi resiko dan memanfaatkan peluang. Dia juga tidak berani mengasah bakat dan terlalu bersikap pasif.
Buku kegemarannya “Noninvolvement ; The Story of Playing It Save (Tiada keterlibatan ; suatu kisah bagaimana untuk tidak menyusahkan diri). Dia hidup selama 60 tahun tanpa mempunyai tujuan, rencana, kemauan, keyakinan atau tekad. Pada batu nisannya tertulis kata-kata berikut :
– Disinilah makam Mr. Averageman
– Dilahirkan pada tahun 1901, wafat tahun 1921 dikebumikan pada tahun 1964
– Dia tidak pernah mencoba sesuatu
– Harapannya pada kehidupan terlalu sedikit
– Kehidupan tidak berarti baginya.
KEKHAWATIRAN
– Mungkin saya melakukan kesalahan
– Orang² tidak menyukai saya
– Mungkin saya akan gagal
– Saya tak ingin merasa tidak enak
– Saya bisa belajar dari kesalahan
– Saya suka menolong
– Saya percaya diri
– Saya bisa menyesuaikan
BEBERAPA NILAI DAN ARTI PENTING
– Dependensi Manusia
– Tujuan ‘Kesejahteraan’
– Perhatian yang paling utama dari para manajer
– Perluasan Pasar yang cepat
– Perubahan Dari
– Prilaku Konsumen
o Kemajuan Iptek
o Mindset
MENGEMBANGKAN USULAN TEAM
– Dengarkan hal-hal yang baik dari setiap usulan
– Mendorong orang tersebut untuk memperinci ide-idenya
– Kembangkan ide tsb
UCAPAN MENDORONG ORANG LAIN
– Pekerjaan bagus, pertahankan hal tsb
– Saya bangga padamu
– Anda adalah salah satu anggota team yang penting
– Mari kita saling belajar
– Kita satukan pikiran untuk selesaikan masalah ini
– Sangat bagus
– Ayo, cobalah
– tu ide cemerlang
– Lakukan hal yang terbaik
– Sangat fantastis
KONSEP PROAKTIF
BAHASA REAKTIF
– Tidak ada yang dapat lakukan
– Memang sudah begitulah saaya
– Ia membuatku bagitu marah
– Mereka tidak akan mengizinkan itu
– Saya terpaksa melakukan it
– Saya tidak bias
– Saya harus
– Seandainya saja
BAHASA PROAKTIF
– Mari kita lihat alternatif yang kita miliki
– Saya dapat memilih pendekatan yg berbeda
– Saya mengendalikan perasaan saya sendiri
– Saya dapat memberikan presentasi yang efektif
– Saya akan memilih respons yang sesui
– Saya memilih
– Saya lebih suka
– Saya akan
SISTEM DAN STANDAR LAPORAN
– Target Tema dan Pembagian Tim
– Standar Laporan
Urutan Proses; SISTEM DAN STANDAR LAPANGAN
– Notulensi lengkap
– Besar Huruf
Tekhnik Presentasi
– Penekanan Poin penting
– Penyajian data/gambar/table
– Waktu

MENINJAU : PROSES KOAGULASI & FLOKULASI DALAM SUATU INSTALASI PENGOLAHAN AIR.

Mekanisme Koagulasi-Flokulasi
Stabilitas koloid merupakan aspek penting dalam proses koagulasi untuk menghilangkan koloid-koloid.
Stabilitas koloid tergantung ukuran koloid dan muatan elektrik, juga dipengaruhi oleh media pendispersi (dalam hal ini media pendispersi adalah air) seperti kekuatan ion , pH.
Muatan permukaan partikel-partikel koloid penyebab kekeruhan di dalam air adalah sejenis, oleh karena itu jika kekuatan ionik di dalam air rendah, maka koloid akan tetap stabil. Stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatip).
Antara koloid-koloid ada gaya tolak menolak dan gaya tarik massa (van der Waals). Dengan adanya enersi interaksi kedua gaya tersebut yang disebabkan oleh gerakan Brownian, dihasilkan suatu enersi kinetik. Jika kekuatan ionik di dalam air cukup tinggi, maka gaya tolak menolak memberi keuntungan kepada situasi dimana tumbukan yang terjadi menghasilkan aglomerasi partikel-partikel.
Ada beberapa daya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu :
1). Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak terjadi jika partikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis (negatif atau positif ).
2). Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi)
3). Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.
Mekanisme yang disebut diatas seringkali terjadi pada saat yang sama. Dalam suspensi yang keruh seringkali hanya ada partikel bermuatan negatip yang disebabkan oleh penggantian kation maupun adsorpsi zat anionik.
Mineral seperti silika, tanah liat, oksida dan hidroksida seringkali selain mempunyai daya elektrostatik, juga ada hidrasi yang mampu untuk mengadsopsi zat penyebab stabilisasi.. Suspensi atau koloid bisa dikatakan stabil jika semua gaya tolak menolak antar partikel lebih besar dari gaya tarik massa, sehingga didalam waktu tertentu tidak terjadi agregasi.
Untuk menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya interaksi diantara partikel dengan pembubuhan zat kimia (sebagai donor muatan positip) supaya gaya tarik menarik menjadi lebih besar.
Untuk destabilisasi ada beberapa mekanisme yang berbeda :
a. Kompresi lapisan ganda listrik (Compression of electric double layer) dengan muatan yang berlawanan
b. Mengurangi potensial permukaan yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang spesifik dengan muatan elektrostatik berlawanan.
c. Adsorpsi molekul organik diatas permukaan partikel bisa membentuk jembatan molekul diantara partikel.
d. Penggabungan partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari koagulan/ flokulan.
Destabilisasi yang terjadi tergantung dari mekanime destabilisasi yang mana atau bisa saja hanya ada satu mekanisme yang menyebabkan agregasi atau kombinasi dari mekanisme yang lain (diantara yang tersebut diatas). Untuk aplikasi praktis di IPA Instalasi pengolahan air) ada kombinasi dari beberapa mekanisme destabilisasi yang disebabkan adanya kompresi lapisan ganda, tetapi hal ini biasanya tidak begitu penting untuk aplikasi praktis.
Secara garis besar (berdasarkan uraian di atas), mekanisme koagulasi dan flokulasi adalah :
(1) Destabilisasi muatan negatip partikel oleh muatan positip dari koagulan
(2) Tumbukan antar partikel
(3) A d s o r p s i
Selain tumbukan antar partikel terdestabilisasi/mikroflok yang bertujuan membentuk flok dengan ukuran yang relatif besar (makroflok), adsorpsi merupakan mekanisme flokulasi diantaranya dilakukan oleh Al(OH)3, aluminium hidroksida yaitu bentuk hidroksida Al, hasil reaksi hidrolisa Al dengan air. Senyawa ini berbentuk agar-agar (jelly) yang mempunyai sifat “adsorpsi (menyerap di permukaan), seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Jika kekuatan ionik di dalam air cukup besar, maka keberadaan koloid di dalam air sudah dalam bentuk terdestabilisasi. Destabilisasi disini disebabkan oleh ion monovalen (valensi 1) dan divalen (valensi 2) yang berada di dalam air. Kejadian ini dinamakan “Koagulasi elektrostatik”, sedangkan koagulasi kimiawi adalah suatu proses dimana zat kimia seperti garam Fe dan Al, ditambahkan ke dalam air untuk merubah bentuk (transformasi) zat-zat kotoran. Zat-zat tersebut akan bereaksi dengan hidrolisa garam-garam Fe atau Al menjadi flok dengan ukuran besar yang dapat dihilangkan secara mudah melalui sedimentasi dan filtrasi.
Pada sistem pengolahan air, koagulasi terjadi pada unit pengadukan cepat (flash mixing), karena koagulan harus tersebar secara cepat dan reaksi hidrolisa hanya terjadi dalam beberapa detik, jadi destabilisasi muatan negatip oleh muatan positip harus dilakukan dalam perioda waktu hanya beberapa detik
Nilai gradien kecepatan (G), waktu tinggal/detensi ( td ) dan kecepatan aliran air adalah jarang berubah selama instalasi pengolahan air (IPA) berjalan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi koagulasi :
(1) Pemilihan bahan kimia
Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu , merupakan suatu
program lanjutan dari percobaan dan evaluasi yang biasanya
menggunakan Jar – test. Seorang operator dalam pengetesan untuk memilih bahan kimia , biasanya dilakukan di laboratorium. Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :
• S u h u
• pH
• Alkalinitas
• Kekeruhan
• W a r n a
Efek karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah sebagai berikut :
S u h u Suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi/flokulasi dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima.
pH Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap koagulasi/flokulasi, pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan (lihat tabel jenis koagulan !).
Alkalinitas Alum sulfat dan ferri sulfat berinteraksi dengan zat kimia pembentuk alkalinitas dalam air, membentuk senyawa aluminium atau ferri hidroksida, memulai proses koagulasi. Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang kurang baik, pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa ( kapur atau soda abu)
Kekeruhan Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok yang baik. Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Operator harus menambah zat pemberat untuk menambah partikel- partikel untuk terjadinya tumbukan.
Warna Warna berindikasi kepada senyawa organik, dimana zat organik bereaksi dengan koagulan, menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik tersbut berada di dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai. Pengolahan pendahuluan terhadap air baku harus dilakukan untuk menghilangkan zat organic tersebut, dengan penambahan oksidan atau adsorben (karbon aktif).
Keefektifan koagulan atau flokulan akan berubah apabila karakteristik air baku berubah. Keefektifan bahan kimia koagulan/koagulan pembantu, dapat pula berubah untuk alasan yang tidak terlihat atau tidak diketahui, oleh karena itu ada beberapa factor yang belum diketahui yang dapat mempengaruhi koagulasi – flokulasi . Untuk masalah demikian Operator harus memilih bahan kimia terlebih dahulu, dengan menggunakan jar –test dengan variasi bahan kimia, secara tunggal atau digabungkan atau dikombinasikan.
Jar–test secara subyektif masih merupakan uji yang paling banyak digunakan dalam mengontrol koagulasi dan tergantung semata-mata kepada penglihatan kita ( secara visuil ) untuk mengevaluasi suatu interpretasi/tafsiran. Selain itu seorang Operator juga harus melakukan pengukuran pH, kekeruhan, bilamana mungkin harus melakukan uji “filtrabilitas” dan “potensial zeta”.
(2) Penentuan dosis optimum koagulan
Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulang-ulang.
Perlu diingat bahwa hasil jar-test tidak selalu sama dengan operasional di IPA, jadi harus dibuat koreksi dosis yang dihasilkan jar-test dengan aplikasi dosis di IPA.
Seorang operator perlu membuat suatu grafik hubungan antara nilai kekeruhan vs dosis koagulan, melalui percobaan jar – test untuk variasi nilai kekeruhan ( rendah, sedang, tinggi ) selama periode waktu minimal satu tahun atau dari data – data yang lalu selama
beberapa tahun untuk sumber air baku yang sama. Sehingga dengan adanya grafik ini mempermudah penentuan dosis secara cepat jika ada perubahan kekeruhan secara tiba–tiba . Selanjutnya penentuan dosis dilanjutkan dengan melakukan jar-test.
(3) Penentuan pH optimum
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu (pH optimum), dimana pH optimum harus ditetapkan dengan jar-test.
Untuk kasus tertentu ( pada pH air baku rendah dan pada dosis koagulan yang relatif besar ) dan untuk mempertahankan pH optimum, maka diperlukan koreksi pH pada proses koagulasi, dengan penambahan bahan alkali seperti : soda abu ( Na2CO3 ) , kapur ( CaO ) atau kapur hidrat { Ca(OH)2 }. Dilakukan penentuan dosis alkali pada dosis optimum koagulan yang digunakan.
Proses Flokulasi
Setelah proses koagulasi partikel-partikel terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat sehingga terbentuk flok, tahap ini disebut ” Flokulasi “. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok).
Terdapat 2 (dua) perbedaan pada proses flokulasi yaitu :
1. Flokulasi Perikinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran μm dengan mengandalkan gerakan Brownian. Biasanya koagulan ditambahkan untuk meningkatkan flokulasi perikinetik.
2. Flokulasi Ortokinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran di atas 1μm dimana gerakan Brownian diabaikan pada kecepatan tumbukan antar partikel, tetapi memerlukan pengaduk buatan (artificial mixing)
Setelah destabilisasi selesai mulai terbentuk agregasi partikel yang mana diameternya lebih kecil dari 1 mikrometer untuk sementara cuma bergerak berdasarkan difusi dan akan terjadi agregasi antar mereka. Dengan ukuran flok dan partikel yang semakin besar semakin penting terjadi agregasi yang disebabkan oleh ortokinetik , maka perbedaan kecepatan diantara partikel semakin besar, akan terjadi pembentukan flok. Dilain pihak jika flok terlalu besar tidak bisa menahan tekanan abrasi didalam air, artinya dengan nilai gradien kecepatan ( G value) yang semakin besar ukuran flok rata-rata akan menurun. Untuk mempertahankan nilai G yang berhubungan dengan ukuran partikel, pada prakteknya dilakukan semacam pengadukan pendahuluan (premixing) dengan nilai G yang tinggi, kalau sudah terjadi flok, nilai G diturunkan. Semakin lama agregat akan menumpuk semakin banyak, tahap berikutnya nilai G diturunkan. Dalam beberapa instalasi, misalnya dari nilai G = 100/dt diturunkan menjadi 10/dt. Dengan demikian ada kesempatan untuk menentukan daya enersi yang akan dimasukkan ke dalam masing-masing tahap sesuai dengan kondisi air baku dan sesuai dengan sistem pemisahan yang akan dilakukan selanjutnya.
Jika ditinjau dari mekanisme tersebut di atas, maka pada proses flokulasi memerlukan waktu (yang dinyatakan oleh waktu tinggal / detensi = td , dalam detik) yaitu waktu untuk memberi kesempatan ukuran flok menjadi lebih besar dengan berbagai cara yang sudah diterangkan di atas. Disamping memperhatikan waktu, pada proses flokulasi diperhatikan pula kecepatan pengadukan (yang dinyatakan oleh gradien kecepatan = G , dalam dt−1). Kombinasi dari kedua hal penting tersebut, yaitu nilai G x td merupakan kriteria penting yang harus dipenuhi pada proses flokulasi. Nilai spesifik adalah : 104 − 105. Jika nilai spesifik G td dilampaui, maka flok yang sudah terbentuk akan pecah kembali, sebaliknya jika kurang dari nilai spesifik, maka flok tidak akan terbentuk seperti yang diharapkan.
Untuk menghasilkan flokulasi yang baik, maka perlu diperhatikan:
 Nilai G : 20 – 70 dt−1
 Waktu tinggal (waktu ditensi) : 20 – 50 menit.
Karena proses flokulasi ini memerlukan waktu, dan kecepatan yang relatif rendah, maka flokulasi dilakukan pada unit yang disebut “Pengadukan lambat” atau biasa disebut “Flokulator” dimana jenis pengadukan bisa berupa pengaduk mekanis atau hidraulik.
Dengan dosis koagulan/flokulan pembantu (+ 0,1 – 1 mg/l) kestabilan flok bisa dipertahankan terhadap abrasi yang menjadi lebih besar dengan adanya flokulan pembantu. Penambahan koagulan/flokulan pembantu yaitu jenis polimer, flok yang terbentuk akan lebih besar pada nilai G (gradien kecepatan) yang sama.. Harus ada selisih waktu antara pembubuhan koagulan/flokulan pembantu dengan pembubuhan koagulan (misalnya Al3+ atau Fe3+). Pembubuhan koagulan/flokulan pembantu paling sedikit 30 dtk setelah pembubuhan koagulan.
Jika polimer dibubuhkan terlalu awal, kebutuhannya bisa jauh lebih besar dibandingkan dengan adanya selisih waktu diantara kedua pembubuhan tersebut di atas. Jika dicampur dengan efisien, pemakaian koagulan/flokulan pembantu akan lebih baik.
Jika ada flok yang besar yang terbentuk dengan koagulan/flokulan pembantu polimer, setelah flok ini hancur maka tidak bisa dibentuk kembali (jadi bila digunakan koagulan/flokulan pembantu polimer tidak boleh ada arus yang dapat menghancurkan flok sebelum terjadi sedimentasi atau proses separasi yang diinginkan).
Efisiensi dari proses flokulasi pada prakteknya seringkali dapat dilihat dari kualitas air setelah dilakukan pemisahan flok secara mekanik. Dengan demikian, cara pemisahan zat padat atau flok sangat penting dan sangat dipengaruhi oleh bentuk flok yang ada, misalnya untuk melakukan flotasi diperlukan bentuk flok yang lain berbeda dengan flok untuk sedimentasi. Jika dipakai sedimentasi diperlukan flok dengan berat jenis dan diameter yang besar. Pada proses flotasi dibutuhkan flok yang lebih kecil dan mempunya berat jenis yang lebih ringan tetapi mempunyai sifat untuk bergabung dengan gelembung udara. Untuk filtrasi dibutuhkan flok yang kompak yang cukup homogen dengan struktur yang kuat terhadap abrasi dan dengan sifat mudah melekat diatas partikel media penyaring (filter) untuk menjamin pemisahan yang efisien dan operasional penyaringan yang ekonomis.
Untuk efek penjernihan air secara keseluruhan, belum cukup apakah flok bisa dipisahkan dari air secara efektif, karena belum dapat menjamin dengan pasti apakah kualitas air yang diinginkan bisa tercapai hanya dengan kondisi ini saja. Selain itu dibutuhkan bahwa semua zat yang akan dihilangkan dari air juga melekat pada flok.
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti misalnya :
 Waktu flokulasi,
 Jumlah enersi yang diberikan
 Jumlah koagulan
 Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
 Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
 Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
 Penetapan pH pada proses koagulasi
a. Koagulasi, Flokulasi, dan sedimentasi.
Pentingnya Koagulasi-flokulasi di IPA
Pentingnya koagulasi-flokulasi di IPA terhadap air baku air permukaan dan air tanah yang sudah mengalami pengolahan pendahuluan; seringkali terdapat zat padat dalam bentuk atau ukuran yang tidak memungkinkan mengendap pada proses sedimentasi saja atau dengan proses lain di dalam waktu dentensi yang efisien.
Zat tersuspensi yang mempunyai ukuranlebih dari 5 – 10 μm dapat dihilangkan agak mudah dengan filtrasi atau sedimentasi dan filtrasi. Sedangkan penghilangan koloid yang tidak tercemar berat dapat menggunakan Saringan pasir lambat. Timbul kesulitan bilamana kualitas air baku tidak baik sehingga tidak semua zat koloid dan kotoran lainnya dapat dihilangkan dengan saringan pasir cepat atau saringan pasir lambat. Untuk mengatasi hal ini maka proses koagulasi dengan menggunakan bahan kimia dilakukan.
Dengan aplikasi teknologi koagulasi-flokulasi zat yang berbentuk suspensi atau koloid dirubah bentuknya menjadi zat yang dapat dipisahkan dari air. Agregasi sebagai akibat dari pemakaian koagulan/flokulan adalah tahap awal dimana selanjutnya dilakukan pemisahan flok dari air misalnya dengan proses sedimentasi, filtrasi atau flotasi.
Proses koagulasi-flokulasi selain untuk menurunkan tingkat kekeruhan untuk memperoleh air yang bening, juga ada efek samping yaitu fraksi zat tersuspensi dalam air yang seringkali menyebabkan pencemaran. Dengan koagulasi-flokulasi zat suspensi tersebut yang juga sebagai pencemar, bisa dihilangkan dari air.
Selain itu juga penting bagi proses desinfeksi dengan adanya pemisahan zat padat sebelum desinfeksi dilakukan, karena sering kali mikroorgamisme terdapat di dalam zat padat, yang tidak dapat dimusnahkan oleh proses oksidasi reduksi, karena oksidan akan tereduksi oleh zat organik didalam flok sebelum bisa menembus mikroorganisme untuk dimusnahkan.
Proses koagulasi-flokulasi bisa juga menghilangkan sebagian atau seluruh zat terlarut, sehingga hal ini yang menjadi fungsi utama dari koagulasi-flokulasi.
Teknologi koagulasi-flokulasi bisa juga dipadukan dengan proses pengendapan secara kimiawi (bukan proses pengendapan flok secara fisik), akan tetapi reaksi kimia antara koagulan/flokulan dan zat terlarut didalam air yang menghasilkan senyawa kimia yang tidak larut.
Semua zat yang ada didalam air bisa terdiri dari beberapa macam komponen misalnya organik atau anorganik. Komponen ini beraneka ragam termasuk partikel dari erosi tanah, maupun sisa tanaman, hidroksida logam hasil proses oksidasi, atau plankton, bakteri maupun virus, yang merupakan tantangan utama untuk proses pengolahan yaitu dapat merubah jenis dan komposisi zat-zat tersebut yang dilakukan dalam waktu yang cepat.
Sangat sulit untuk menghilangkan algae dan bakteri dari dalam air karena ukuran maupun sifat-sifatnya yang spesifik menyulitkan dalam proses pemisahan.
Di dalam air permukaan terdapat partikel-pertikel dengan ukuran yang berbeda. Klasifikasi yang dikenal adalah :
Molekul yang mempunyai ukuran diameter lebih kecil dari 1 nm
Koloid pada umumnya mempunyai ukuran antara 1 nm – 1 μm
Zat-zat tersuspensi mempunyai ukuran lebih besar dari 1 μm
Contoh koloid yang biasa terdapat di dalam air permukaan adalah : zat humus (asam humus), tanah liat, silika dan virus. Sedangkan yang tergolong zat tersuspensi adalah bakteria, algae, lumpur, pasir, sisa berupa kotoran organik,
Diameter partikel yang ada didalam air sangat bervariasi, hal ini menjadi dasar klasifikasi zat di dalam air juga jangkauan ukuran zat di dalam air dan waktu sedimentasi untuk beberapa zat dengan berat jenis yang berbeda, yaitu waktu sedimentasi yang dibutuhkan untuk melewati jarak 1 meter oleh 2 (dua) berat jenis zat padat yang berbeda. Sebagai contoh berat jenis 2,6 kg/lt berlaku untuk partikel silikat, berat jenis 1,1, kg/lt berlaku untuk flok hidroksida. Semua partikel yang berdiameter < 10 μm, mengendap sangat lambat bila dibandingkan dengan flok yang berukuran antara 100 – 1000 μm yang mengendap jauh lebih mudah.
Partikel-partikel terdispersi yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 1 μm dan lebih besar dari ukuran molekul-molekul itu sendiri ( 1 nm ) disebut partikel-partikel koloid. Partikel-partikel ini dapat menghamburkan/menyebarkan cahaya menghasilkan apa yang disebut “Efek Tyndall”. Penyebaran cahaya ini di dalam sorotan cahaya hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Dengan cara ini adanya partikel-partikel secara individu di dalam larutan koloid akan nampak sebagai kilatan cahaya yang dihamburkan. Jika tidak ada pertikel-partikel koloid, tidak ada cahaya yang dihamburkan maka yang terlihat adalah bayangan hitam. Melalui mikroskop partikel-partikel koloid terlihat bergerak kesegala arah secara terus menerus, fenomena ini disebut ” Gerakan Brownian (Brownian movement) “, dimana gerakan ini disebabkan oleh bombardir partikel-partikel koloid oleh molekul air. Jadi gerakan partikel-partikel ini sebagai akibat langsung dari gerakan molekul-molekul disekelilingnya.
Muatan listrik yang dipunyai oleh partikel-partikel koloid merupakan dasar yang penting karena tanpa hal ini, larutan koloid (sol) menjadi tidak stabil. Muatan awal partikel dapat diadsorpsi di permukaan oleh gaya van der Waals dari ion spesifik, disosiasi grup fungsional tertentu atau mengganti kisi-kisi kristal Si dengan Al. Semua partikel koloid mempunyai muatan elektrik, dimana besarnya muatan bervariasi, tergantung dari material koloid dan dapat bermuatan positip dan negatip. Pada air alam (pada pH 6 – 8) pada umumnya koloid bermuatan negatif.
Kandungan ion yang dekat dengan koloid dalam air dipengaruhi oleh muatan permukaan. Koloid bermuatan negatip mempunyai konfigurasi lapisan ion. Lapisan pertama merupakan kation yang melekat pada permukaan muatan negatip yang melekat pada koloid dan bergerak bersama koloid tersebut. Ion-ion lainnya di sekitar koloid tersusun teratur dimana konsentrasi ion positip atau ion yang berlawanan lebih dekat dengan permukaan koloid. Susunan ini menghasilkan jaringan yang sangat kuat pada lapisan yang melekat dan akan berkurang kekuatannya sebanding dengan jarak koloid.
Dispersi koloid dalam air secara umum terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1). Sifat hidrofilik (senang air) dan
2). Sifat hidrofobik (tidak senang air)
Sifat hidrofilik menyebabkan ikatan koloid dengan air menjadi lebih kuat, sehingga koloid akan lebih stabil dan sulit dipisahkan dengan air.
Kestabilan sistem koloid hidrofobik disebabkan oleh adanya fenomena hidrasi, yaitu suatu keadaan dimana molekul-molekul air tertarik oleh permukaan koloid, sehingga menyebabkan terhalangnya kontak antara koloid yang satu dengan lainnya. Kestabilan koloid hidrofobik terjadi karena koloid-koloid bermuatan sejenis, sehingga terjadi gaya tolak menolak antar koloid. Koloid bermuatan negatip akan menarik ion yang berlawanan pada permukaan, membentuk lapisan pelindung dari air di sekelilingnya. Keadaan ini menghasilkan lapisan ganda listrik (“electrical double layer”) dari muatan positif dan negatif.
Kelebihan muatan listrik dipermukaan sering dikompensasi karena pada bagian luar dari lapisan ganda listrik, dengan konsentrasi ion yang muatannya berlawanan dan yang bersifat difusi disebabkan oleh gerakan molekul air yang disebabkan oleh termic.
Lapisan molekul air diatas permukaan partikel menghindari partikel langsung bisa bergabung dengan partikel lain dan bisa tidak mendekati cukup dekat dengan partikel yang muatannya berlawanan dan mempunyai daya tarik. Sebagai contoh untuk suspensi stabil itu adalah asam silikat yang baru mengendap, ada hidroksida maupun zat dengan molekul besar dengan proses hidrolisa lengkap misalnya ekstrak kanji (startch), protein, karbohidrat, asam humus dan polimer sintetis yang terlarut.
Permukaan zat suspensi di dalam air bisa tertutup oleh zat yang netral yang diadsorpsi diatas permukaan supaya tidak bisa terjadi lagi pendekatan dengan daya tarik ion. Terutama lapisan adsorpsi dari zat sintetis atau zat kimia alami dengan molekul besar bisa menyebabkan daya tolak yang sangat besar dan dengan ini menghindari suspensi tersebut bergabung (efek perlindungan koloid).
Edited by : @_pararaja