Mencari Politik Teknologi

Sulfikar Amir

Mahasiswa S3, Rensselaer Polytechnic Institute, Troy, New York

 

Pagi itu salah satu ruang di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi penuh sesak. Diantara hadirin tampak para peneliti senior BPPT dan beberapa tokoh elit teknologi tanah air. Tajuk utama pertemuan itu adalah sejarah dan proses pengembangan industri pesawat terbang nasional yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Banyak isyu penting yang muncul dalam diskusi tentang PTDI itu, termasuk sejarah dunia penerbangan di tanah air yang telah genap berusia 100 tahun. Tapi ada satu hal menarik dalam pertemuan itu, yaitu lontaran pentingnya politik teknologi. Lontaran ini bermaksud mengangkat teknologi sebagai komoditas politik. Mengapa para ahli teknologi yang berkutat dengan wilayah “non-politik” tiba-tiba memunculkan gagasan politik teknologi? Bukankah politik hanya permainan para politisi di Senayan? Bagaimana teknologi dapat menjadi obyek politik?

Dalam kajian akademis, istilah politik teknologi (technological politics) pertama kali dilontarkan oleh Langdon Winner dalam buku klasiknya “Autonomous Technology.” Menurut Winner, teknologi tidak pernah bisa lepas dari politik. Ada dua kategori politik teknologi. Pertama, teknologi secara inheren memiliki kandungan politik. Ini terjadi ketika manusia harus tunduk pada tuntutan teknologi (technological imperatives) sehingga pada akhirnya manusia yang beradaptasi dengan sistem teknologi, bukan sebaliknya. Kedua, teknologi adalah produk politik. Dia menjadi medium di mana kekuasaan dan kepentingan berbagai pihak bertemu, berkonflik, dan bernegosiasi satu sama lain. Kelihatannya pemahaman politik teknologi yang dilontarkan para ahli teknologi kita merujuk pada kategori yang kedua.

Jika kita cermati, sebenarnya teknologi telah lama dijadikan komoditas politik di era Orde Baru. Ini dimulai ketika B.J. Habibie diangkat menjadi Menristek pada tahun 1978 bersamaan dengan pendirian BPPT sebagai counterpart dari BAPPENAS dalam kebijakan pembangunan.

Politik teknologi pada era Orde Baru adalah hasil relasi kekuasaan antara Suharto dan Habibie. Relasi kekuasaan ini sebenarnya tidak bersifat satu arah seperti yang banyak dipahami melainkan hubungan yang saling menguntungkan (symbiosis mutualism). Pada satu sisi Habibie mendapatkan otoritas politik yang begitu besar dari Suharto untuk mewujudkan gagasan-gagasan teknologi tingginya. Di sisi lain, Suharto mendapatkan legitimasi dari keberadaan Habibie sebagai ahli teknologi terkemuka guna menjaga kesinambungan kekuasaan rejim Orde Baru.

Politik teknologi sebagai produk relasi kekuasaan dalam rejim Orde Baru adalah hal yang lumrah. Yang menjadi masalah adalah terjadinya “depolitisasi” teknologi di mana teknologi dijadikan barang ekslusif sekelompok elit teknologi seolah-olah hanya merekalah yang memiliki otoritas atas pengembangan teknologi. Kondisi ini menciptakan apa yang disebut James Ferguson sebagai “anti-politics machine.” Politik teknologi ditabukan dengan argumen bahwa teknologi adalah entitas yang steril (netral) dari politik. Akibatnya, teknologi lepas dari wilayah pengamatan publik dan hanya menjadi “political resources” bagi para ahli teknologi.

Reformasi telah membawa banyak perubahan di masyarakat. Wacana politik dan demokrasi telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Ini berdampak pula pada kesadaran akan pentingnya sebuah politik teknologi. Tapi satu hal menarik untuk dicermati di sini. Gagasan politik teknologi yang dilontarkan di pertemua BPPT tersebut sebenarnya bentuk kegelisahan termarjinalisasinya isyu teknologi dalam kebijakan pembangunan yang didominasi oleh ahli ekonomi.

Seperti kita ketahui, telah lama terjadi kompetisi teknokrasi antara para ahli teknologi (Habibie, dkk) dengan ahli ekonomi (Widjojo Nitisastro, dkk) dalam mempengaruhi kebijakan ekonomi dan industri. Pertentangan paradigma antara “Habibienomics” dengan konsep keunggulan kompetitifnya dengan “Widjojonomics” dengan keunggulan komparatifnya adalah bukti empirik yang terjadi pada level epistemologis yang berdampak signifikan pada level kebijakan. Kedua kubu yang masing-masing menguasai lembaga-lembaga pemerintah itu seakan-akan sulit untuk dikompromikan.

Kolapsnya industri dirgantara nasional setelah 20 tahun lebih menerima subsidi dari pemerintah menjadi lonceng “kekalahan” paradigma ahli teknologi. Kekalahan ini ditandai dengan semakin dominannya peran ahli ekonomi dalam kebijakan pemerintah pasca reformasi. Bagi para ahli teknologi ini tidak menguntungkan karena ahli ekonomi dianggap selalu bersikap pragmatis dan cenderung menafikan faktor teknologi dalam kebijakan ekonomi.

Pemilihan presiden tahun ini menjadi momentum bagi para ahli teknologi untuk mengangkat kembali wacana politik teknologi. Ini patut didukung karena negeri ini bagaimanapun juga membutuhkan teknologi yang dibangun secara mandiri. Sadar atau tidak sadar, begitu banyak permasalahan sosial ekonomi yang menerpa bangsa ini yang bermuara pada permasalahan teknologi. Mulai dari ketersediaan layanan kesehatan, pangan, enerji, transportasi, telekomunikasi, dan berbagai kebutuhan sehari-hari. Tanpa pengembangan teknologi yang mandiri, Indonesia akan terus bergantung dengan bangsa lain. Oleh karena itu, pencanangan politik teknologi diperlukan agar pemerintah yang akan terbentuk pasca pemilu 2004 memiliki kesadaran teknologi yang tinggi.

Walaupun begitu, ada tiga pemahaman politik teknologi yang harus dicatat. Pertama, politik teknologi bukanlah semata-mata alat bagi ahli teknologi untuk mendapatkan sumber daya politik dan ekonomi dari pemerintah. Wacana politik teknologi yang difokuskan pada tujuan ini hanya akan mengulang sejarah politik teknologi Orde Baru yang bersifat eksklusif dan cenderung distortif.

Kedua, para ahli teknologi harus menerima kenyataan bahwa politik penuh dengan konflik dan negosiasi. Karena itu mereka harus siap berkonflik dan bernegosiasi dalam politik teknologi.

Ketiga, konflik dan negosiasi dalam politik teknologi tidak semata-mata antara pemerintah dan ahli teknologi, tetapi melibatkan masyarakat luas dan kelompok intelektual lainnya, termasuk ahli ekonomi, sosial, dan budaya. Seperti kata sejarawan teknologi Thomas Hughes, “technology is far too important to leave only to engineers.” Konsekuensinya, para ahli teknologi harus membuka diri terhadap keterlibatan masyarakat luas dalam merumuskan kebijakan teknologi yang lebih memasyarakat. Inilah inti dari politik teknologi.

 

*Sulfikar Amir adalah kandidat doktor studi sosial sains dan teknologi di Rensselaer

Sumber : Dimensi vol. 6 no. 2 edisi Januari 2005 Warta Sains dan Teknologi ISTECS-Japan  

Diakses oleh : arifin_pararaja



 

 

KUNCI SUKSES ENTREPRENEUR

Paulus Winarto

Kedewasaan seorang entrepreneur amat ditentukan oleh sebarapa tegar ia menghadapi tantangan-tantangan yang datang. Ia tak mudah putus asa meski jatuh berkali-kali. Ketika jatuh, ia segera berdiri dan melihat masalah yang dihadapinya sebagai jalan menuju kesuksesan berikutnya. Risiko baginya adalah bibit kesuksesan bukan musibah.

Dalam menghadapi berbagai risiko, seorang entrepreneur unggulan harus memiliki sejumlah tips sehingga ia lebih mudah merefleksikan risiko di depan mata guna mencari jalan keluarnya. Salah satu tips menjadi entrepreneur unggulan dicetuskan oleh dari pakar manajemen bisnis, Dr. Rhenald Kasali. Menurutnya, ada 5 prinsip penting yang harus dipegang agar seseorang entrepreneur bisa sukses berwirausaha, yaitu:

1. Reputasi
Senantiasa menjaga reputasi (nama baik). Hal ini amat penting sebab tanpa nama baik tidak mungkin kita mendapatkan kepercayaan orang. Tidak ada kepercayaan, tidak ada bisnis.

2. Tumbuh dari bawah.
Sukses tidak mungkin dicapai dalam semalam. Sukses senantiasa dimulai dengan langkah kecil bahkan dari nol. Tentu titik nol bagi setiap orang tidaklah sama. Sebagai contoh, jika kita pernah kuliah atau bekerja maka setidaknya kita sudah punya jaringan dan pengetahuan dasar atau paling tidak cara berpikir yang lebih maju dibandingkan mereka yang belum pernah kuliah atau kerja.

3. Konsentrasi.
Jika kita telah memutuskan untuk masuk ke bidang tertentu maka kita harus fokus dan berkonsentrasi. Jangan satu belum beres, sudah mau memulai bidang yang lainnya. Konsentrasi juga menuntut ketekunan kita. Percayalah, di dunia ini tidak ada yang bisa mengalahkan ketekunan. Jangan mudah putus asa!

4. Anti kerumunan.
Tidak terjun ke tempat atau bidang yang telah banyak dimasuki orang (bukan pengikut) kecuali mampu memberikan nilai lebih yang membedakan kita dengan pemain sebelumnya. Misalnya kualitas produk yang lebih baik dan lebih murah dari pesaing. Maka alangkah baiknya jika kita memulai sebuah bisnis bukan dengan motivasi latah atau sekadar ikut-ikutan saja. Ciptakan sesuatu yang berbeda!

5. Modal hanya pelengkap.
Hampir semua orang yang saya temui menyatakan mereka sebenarnya ingin berwirausaha hanya saja ada kendala modal uang. Mereka berpikir untuk memulai suatu usaha harus ada modal besar, berbentuk PT, punya kantor, sekretaris, dsb. Padahal kita bisa mulai dengan modal sangat kecil atau mengajukan pinjaman ke pihak lain (bank, kenalan atau saudara).
Jika cerdas, kita bisa memulai suatu usaha tanpa modal uang sama sekali. Misalnya dengan sistem titip jual (konsinyasi).

Selanjutnya, untuk memulai suatu usaha ada tips menarik dari Purdi Chandra, entrepreneur sukses yang juga pemilik Primagama Group. Menurutnya, kunci sukses seorang entrepreneur terletak pada keberanian untuk memulai usaha. Mengambil langkah pertama (first step)! Sikap ini oleh Purdi dinamakan Entre-Q (entrepreneur qoutient). Tentu bukan asal berani tapi keberanian yang penuh optimisme. Purdi mengatakan, banyak orang di negeri ini yang kaya ide tapi miskin keberanian. Ya, akhirnya mereka tak pernah jadi kaya. HaPurdi memperkenalkan tiga kata kunci untuk memulai suatu bisnis: BODOL (Berani, Optimis, pakai Duit Orang lain), BOTOL (Berani, Optimis, pakai Tenaga Orang Lain), dan BOBOL (berani, optimis, pakai sistem Bisnis Orang Lain/ meniru Bisnis Orang Lain).

Memang tidak mudah mendapatkan dana dari orang lain, termasuk dari bank. Kita harus bisa meyakinkan orang yang punya uang bahwa usaha kita akan lebih menguntungkan daripada uangnya ditabung di bank. Jadi bukan kita saja yang harus yakin tapi juga investornya.

Memakai duit orang lain dalam memulai usaha, menurut Purdi, justru amat menantang karena ada kewajiban untuk mengembalikannya tepat waktu. Lagipula kalau duit orang lain yang dipakai maka secara logika spritual yang mendoakan supaya usaha sukses tidak hanya kita, tapi keluarga yang punya uang. Baginya, utang ibarat darah entrepreneur. Siapa pun yang ingin besar harus berani berutang tapi harus lewat perhitungan matang.

Selanjutnya, mengenai BOTOL, Purdi sendiri telah menerapkannya yakni dengan membuka restoran Padang. Karena tak tahu seluk beluk masakan Padang, ia lantas merekrut koki restoran Padang ternama. Tugas Purdi hanya sebatas menentukan standar kualitas, mengawasi dan “terima setoran”.

Untuk BOBOL, Purdi menyarankan untuk meniru sistem yang sudah sukses, misalnya waralaba. Atau untuk jenis produknya, bisa meniru yang sudah sukses dengan melakukan sedikit inovasi. Bukan mustahil, kita yang datang belakangan bisa lebih sukses dari pendahulu kita jika memang kualitasnya lebih baik dan harganya lebih murah.

Jadi menurut Purdi, seorang entrepreneur harus bisa memanfaatkan waktu, tenaga (ketrampilan) dan duit orang lain untuk mencapai kesuksesan. Artinya, yang fokus dalam berusaha bukanlah si pengusahanya melainkan para profesional yang bekerja padanya. Tentu saja para profesional ini bisa jadi lebih pandai darinya. Agar para profesional ini tidak lari, Purdi punya satu jurus: besarkan radius kepercayaan mereka. Salah satunya dengan cara berikan saham kosong atau profit sharing.

Purdi sepengamatan saya memang manusia unik. Ia seringkali tampil nyeleneh tapi jika direnungkan lebih jauh resep yang diberikannya memang mujarab. Paling tidak, Purdi sendiri telah membuktikannya. Sekarang, beranikah kita mengikuti jalan yang dibuat Purdi atau malah menciptakan jalan sendiri yang benar-benar baru?

Diakses oleh : arifin_pararaja

ECENG GONDOK (Review).

 Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) merupakan tumbuhan air yang sangat sulit diberantas. Hal ini disebabkan pertumbuhan Eceng gondok sangat cepat dan daya tahan hidupnya tinggi. Dari sisi hidrologi, bahwa Eceng gondok dapat menyebabkan kehilangan air permukaan sampai 4 kali lipat jika dibandingkan pada permukaan terbuka dan dapat menyebabkan pendangkalan pada danau, sungai atau daerah berair lainnya. Akibat pertumbuhan Eceng gondok yang tidak dapat terkendali, akan menyebabkan pendangkalan daerah air, penutupan pada alur sungai dan danau (OHSAWA dan RISDIYONO, 1977). Namun dibalik sisi negatif, bahwa Eceng gondok memiliki karakter yang sangat unik untuk dikaji, hal ini merupakan suatu anugerah Tuhan dengan kata lain “Tidaklah aku ciptakan sesuatu yang tanpa berguna, kecuali hanya sedikit pengetahuan yang dimiliki oleh manusia”.

Beberapa kajian ilmiah bahwa Eceng gondok dapat menetralisir kandungan logam berat yang ada di dalam air, tempat bernaungnya ikan, tempat bertelurnya ikan dan lain-lain. Dari segi teknologi bahwa Eceng gondok memiliki kadar serat yang tinggi. Serat tersebut dapat dimanfaatkan secara komersiil baik secara tradisional sampai industri yang mutakhir. Eceng gondok sebagai bahan baku untuk kerajinan rakyat dan sangat diminati oleh para turis asing. Dari kajian secara industri bahwa Eceng gondok dapat digunakan sebagai bahan baku campuran industri papan partikel, papan serat, pulp dan kertas. Eceng gondok tumbuh sangat cepat sekali, bahkan dalam waktu 3-4 bulan mampu menutupi lebih 70% permukaan danau, pertumbuhan yang sangat cepat dari Eceng gondok inilah memerlukan penangganan secara serius.

Pemberantasan secara mekanik, kimia dan biologi dibeberapa negara tidak pernah memberikan hasil yang optimal. Pengalaman di Thailand, bahwa Eceng gondok saat sekarang sudah menjadi komodite petani dan dibuat plotplot seperti pencetakan sawah-sawah di Jawa. Eceng gondok di Thailand menjadi suatu komodite bahan baku untuk industri kerajinan rakyat. Sudah saatnya Kalimantan Timur, khususnya Kutai Kartanegara dan Kutai Barat memikirkan pemberdayaan masyarakat sebagai pelopor industri kerajinan dan industri penyiapan bahan baku. Eceng gondok merupakan tumbuhan air yang berasal dari Brazil. Tumbuhan ini menyebar ke seluruh dunia dan tumbuh pada daerah dengan ketinggian tempat berkisar antara 0-1600 m di atas permukaan laut yang beriklim tropis dan sub tropis, kecuali pada daerah yang beriklim dingin.

Penyebaran tumbuhan ini dapat melalui kanal, sungai dan rawa serta perairan tawar lain dengan aliran lambat (Mardjuki dkk, 1997; Ghopal dan Sharma, 1981; Sastroutomo, 1990). Di Indonesia Eceng gondok pada mulanya diperkenalkan oleh Kebun Raya Bogor pada tahun 1894 yang akhirnya berkembang di Sungai Ciliwung sebagai tanaman pengganggu (Brij dan Sarman, 1981). Menurut Lawrence (1964) dalam Moenandir (1990), Eceng gondok secara botanis mempunyai sistematika sebagai berikut :

  • Divisio : Embryophytasi phonogama
  • Sub Divisio : Spermathopyta
  • Klas : Monocotyledoneae
  • Ordo : Ferinosae
  • Famili : Pontederiaceae
  • Genus : Eichhornia
  • Spesies : Eichhornia crassipes (Mart) Solm.

Eceng gondok merupakan herba yang mengapung, kadang-kadang berarak dalam tanah, menghasilkan tunas merayap yang keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi menjadi tumbuhan baru dengan tinggi 0,4-0,8 m, tumbuhan ini memiliki bentuk fisik berupa daun-daun yang tersusun dalam bentuk radikal (roset). Setiap tangkai pada helaian daun yang dewasa memiliki ukuran pendek dan berkerut. Helaian daun (lamina) berbentuk bulat telur lebar dengan tulang daun yang melengkung rapat panjang 7-25 cm, gundul dan warna daun hijau licin mengkilat (Moenandir, 1990). Lebih lanjut Masan (1981) menerangkan, bahwa kerangka bunga berbentuk bulir, bertangkai panjang,berbunga 10-35, tangkai dengan dua daun pelindung yang duduknya sangat dekat, yang terbawa dengan helaian kecil dan pelepah yang berbentuk tabung dan bagian atas juga berbentuk tabung.

Poros bulir sangat bersegi, tabung tenda bunga 1,5-2 cm panjangnya dengan pangkal hijau dan ujung pucat. Taju sebanyak 6 masingmasing tidak sama ukurannya, lila panjang 2-3 cm, taju belakang yang terbesar dengan noda ditengah-tengah berwarna kuning cerah. Benang sari 6,bengkok, tiga dari benang sari tersebut lebih besar dari yang lain. Bakal buah beruang tiga dan berisi banyak. Tangkai daun pada Eceng gondok bersifat mendangkalkan dan membangun spon yang membuat tumbuhan ini mengambang.

Eceng gondok berkembang biak dengan stolon (vegetatif) dan juga secara generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif mempunyai peranan penting dalam pembentukan koloni. Perkembangbiakan tergantung dari kadar O2 yang terlarut dalam air. Moenandir (1990) menyebutkan, bahwa pada konsentrasi 3,5-4,8 ppm perkembangbiakan Eceng gondok dapat berjalan dengan cepat. Dijelaskan oleh Neis (1993) bahwa Eceng gondok memiliki akar yang bercabang-cabang halus, permukaan akarnya digunakan oleh mikroorganisme sebagai tempat pertumbuhan. Muramoto dan Oki dalam Sudibyo (1989) menjelaskan, bahwa Eceng gondok dapat digunakan untuk menghilangkan polutan, karena fungsinya sebagai sistem filtrasi biologis, menghilangkan nutrien mineral, untuk menghilangkan logam berat seperti cuprum, aurum, cobalt, strontium, merkuri, timah, kadmium dan nikel.

Little (1968). Lawrence dalam Moenandir (1990), Haider (1991) serta Sukman dan Yakup (1991), menyebutkan bahwa Eceng gondok banyak menimbulkan masalah pencemaran sungai dan waduk, tetapi mempunyai manfaat antara lain :

1. Mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia buangan industri.

2. Sebagai bahan penutup tanah (mulch) dan kompos dalam kegiatan pertanian dan perkebunan.

3. Sebagai sumber gas yang antara lain berupa gas ammonium sulfat, gas hydrogen, nitrogen dan metan yang dapat diperoleh dengan cara fermentasi.

4. Bahan baku pupuk tanaman yang mengandung unsur NPK yang merupakan tiga unsur utama yang dibutuhkan tanaman.

5. Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan

6. Sebagai bahan baku karbon aktif.

Joedodibroto (1983) menyatakan, bahwa dari hasil analisa dimensi serat batang Eceng gondok diketahui memiliki panjang serat yang tergolong sedang (1,75-2,12 mm) dengan bentuk yang langsing dan memiliki diameter serat antara 11,15-11,65 um. Winarno (1993), menyebutkan bahwa hasil analisa kimia dari Eceng gondok dalam keadaan segar diperoleh bahan organik 36,59%, C organik 21,23%, N total 0,28%, P total 0,0011% dan K total 0,016%. Lebih lanjut Joejodibroto (1983) mengemukakan hasil analisa komponen kimia Eceng gondok yang tidak digiling ternyata mengandungkadar abu 12% dan setelah digiling menjadi 0,65%. Selanjutnya zat ekstraktif juga mengalami penurunan setelah digiling.

 

Dikutip dari pustaka pada “Kajian Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku Industri dan Penyelamatan Lingkungan Hidup di daerah Perairan”, Oleh : Hernowo Supriyanto, Sipon Muladi.  F. Kehutanan, Universitas Mulawarman, Samarinda, 1999.

Diakses oleh : arifin_pararaja

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

 Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang penting dalam aktivitas dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini tergantung pada seberapa besar pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu sendiri.  K3 menjadi wacana industri abad ini setelah ditemukannya teori – teori yang representatif yang mendukung akan improvisasi dalam konteks keselamatan dan manajemen resiko yang muncul dalam kegiatan industri yang lebih luas.

Meninjau kembali literatur – literatur yang telah dikenal dan diterapkan mengenai studi kasus dalam masalah K3 dimana kesempurnaan metoda dan penerapan yang penuh komitmen dan konsistensi  penuh dari semua pihak masih banyak diharapkan. Kendala – kendala makro seperti costibility dan understanding sering kali banyak ditemui dilapangan akan tetapi tidak berarti pula bahwa program K3 tidak berjalan, ini menuntut komitmen dan kesadaran pada masing – masing pihak.

Sebagai logika dasar tentang pentingnya pemahaman K3 dapat diilustrasikan dengan Historical perspective yaitu “Apabila seorang pembangun membangun sebuah rumah untuk seseorang dan tidak membuat konstruksi dan rumah yang ia bangun runtuh akan menyebabkan rumah tersebut rusak dan meninggal pemiliknya, ternyata pembangun bisa menyebabkan kematian”. Ini artinya bahwa dalam setiap aktivitas apapun selain perencanaan teknis fisik harus diperhatikan pula aspek – aspek keamanan yang terkait langsung  maupun tidak langsung.

Walaupun hakekat  bahaya bersifat labil dan tidak bisa direncanakan akan tetapi setidaknya dengan program K3 membantu dalam menjamin peminimalisasian bahaya dan manajemen resiko. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap dinamika industri.

Tujuan dari penerapan K3 dalam suatu industri adalah :

1.      Menerapkan peraturan pemerintah UUD 1945 pasal 27 ayat 2, UU No. 14 Tahun 1969 pasal 9 & 10 Tentang pokok – pokok Ketenagakerjaan, dan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang keselematan kerja

2.      Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manjemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintregasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (SMK3, pasal 2 ).

Sebelum tahun 1911, tentang keselamatan kerja dalam industri hampir tidak diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan kecelakaan bagi pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa kecelakaan itu :

1.    Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri.

2.    Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan.

3.    Tanggungan pekerja, karena menganggap perusahaan merasa sudah membayar           (menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan pekerja.

4.    Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan.

Pada tahun 1908 di New York, dilakukan kompensasi pertama bagi pekerja yang mengalami kecelakaan. Setelah tahun 1911, pekerja mendapat kompensasi Penyakit Akibat Kerja (PAK). Bila disebabkan terkena panas (atmosphere) seharusnya panas dalam industri diberi pelindung (safety) dan inilah yang  menghasilkan dasar pemikiran mengenai perkembangan teknologi safety dan sanitasi industri.

Perkembangan terkini mengenai K3 sebagai integrasi dari ISO 9001 : 2000 (Quality) dan  ISO 14001 : 1996 (Enviromental) yang diterapkan diseluruh Negara didunia adalah dengan munculnya berbagai macam sistem keamanan dan keselamatan kerja yang disesuaikan dan diselaraskan dengan kebutuhan dan compatibility dari jenis dan lingkungan di industri masing – masing Negara tersebut, misalnya :

1.      NSC (USA)

2.      SAFETY MAP (Australia)

3.      SMK3 (Indonesia)

4.      British standard 8800 Guide to OH&SMS (Inggris)

5.      SGS Yarsley ICS & ISMOL ISA 2000 Requirements for S&HMS (Swiss)

6.      National Standard Authority of Ireland (Irlandia)

7.      Det Norske Veritas Standard for Certification of  OH&SMS (Holland)

8.      South African Bureau of Standard (Afrika Selatan)

9.      SIRIM QAS Sdn. Bhd. (Malaysia)

10.  OHSAS 18001 dsb.

Keselamatan (safety) adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan/ mengontrol resiko yang tidak bisa diterima. Ketidakberterimaan awalnya berasal dari bahaya,. Bahaya adalah suatu keadaan yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan dan kerugian.

Potensi bahaya dapat berasal dari mesin – mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan – bahan serta energi, dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan proses produksi yang beresiko akan munculnya bahaya. Faktor – faktor sumber bahaya adalah :

1.         Faktor fisik

2.         Faktor kimia

3.         Faktor biologi

4.         Faktor fisiologi

5.         Faktor psikologi

Resiko adalah kesempatan untuk terjadinya kecelakaan atau kerugian, juga kemungkinan dari akibat dan kemungkinan bahaya tertentu. Sumber – sumber resiko adalah:


1.      Perubahan

2.      Produk

3.      Kekayaan dan bahan baku

4.      Prosedur dan aktivitas proses

5.      Teknologi dan peralatan

6.      Personel

7.      Tempat kerja dan lingkungan

8.      Lingkungan alam, keadaan iklim

9.      Eksternal/pihak – pihak yang terkait


            Keselamatan ini mencakup akan semua aspek, bisa melalui Manusia, Metode, Mesin   (alat), atau Lingkungan. Untuk keselamatan, manusia dibekali dengan pengetahuan tentang perlengkapan dalam kegiatan kerjanya dengan melalui intruksi kerja aman atau Prosedur standar. Metode yang representative dan compatible juga mampu mendatangkan keselamatan.

            Sedangkan mesin (alat) memerlukan suatu aksesoris khusus dalam menunjang kerjanya  agar mampu beroperasi secara aman tanpa mengurangi fungsi aslinya dengan  sedikit sentuhan teknologi tidak menutup kemungkinan alat penunjang tersebut dalam keadaan tertentu bisa sangat penting sekali eksistensinya, ini dapat kita maksudkan dengan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) yang diselaraskan dengan fungsi dan jenis bahaya yang sudah disarankan penggunaannya yang efektif . Untuk lingkungan tergantumg pada pengaturan tata letak dan fungsi dalam manajemen yang efektif dan efisien.

        Kesehatan (Health) adalah  derajat/tingkat keadaan fisik dan spikologi individu. Kesehatan ini sangat besar sekali andilnya dalam hal keselamatan dan kecelakaan kerja. Ini dikaitkan dengan kondisi fisiologis dari manusia, seperti contoh :

1.         Ketidakseimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja, antara lain :

· Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan.

· Posisi tubuh yang dapat menyebabkan mudah lemah

· Kepekaan tubuh

· Kepekaan panca indera terhadap bunyi

· Cacat fisik

· Cacat sementara

2.         Ketidakseimbangan kemampuan psikologis tenaga kerja, antara lain :


· Rasa takut / phobia

· Gangguan emosional

· Sakit jiwa

· Tingkat kecakapan

· Tidak mampu memahami

· Sedikit ide (pendapat)

· Gerakannya lamban

· Ketrampilan kurang.


3.         Stres mental, antara lain :


· Emosi berlebihan

· Beban mental berlebihan

· Pendiam dan tertutup

· Problem sesuatu yang tidak dipahami

· Frustasi

· Sakit mental


4.               Stres Fisik, antara lain :


· Badan sakit ( tidak sehat badan )


· Beban tugas berlebihan

· Kurang istirahat

· Kelelahan sensori

· Terpapar bahan

· Terpapar panas yang tinggi

· Kekurangan oksigen

· Gerakan terganggu

· Gula darah menurun


 

   Gangguan – gangguan kesehatan akibat reaksi fisikokimia (terbakar, luka, terkena bahan kimia, dsb.) dalam industri sangat sering kali terjadi dan penyumbang paling banyak dalam catatan kecelakaan kerja ini menuntut suatu transformasi teknologi klompementer yang aman dan ramah lingkungan.

Kecelakaan (Accident) adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan, luka pada manusia, kerusakan harta benda, kerugian pada proses atau terjadinya kontak dengan suatu benda atau sumber tenaga yang lebih dari daya tahan tubuh atau struktur. Kecelakaan ini dibedakan menjadi

1.      Lost Time Injure (LTI) yaitu Cidera yang mengakibatkan hilangnya waktu kerja.

2.      Restricted Duties Injure (RDI) yaitu Cidera yang mengakibatkan Kerja menjadi terbatas.

3.      Medical Treatment Injure (MTI) yaitu Cidera yang memerlukan bantuan petugas kesehatan )

4.      First Aid Injure (FAI) yaitu Cidera yang memerlukan P3K

Ini dapat dituangkan dalam suatu piramida mengenai stratifikasi cidera yang sering muncul dalam kegiatan industri sesuai dengan teori K3 dibawah ini :

1

10

30

600

Cacat / cidera serius

Cidera tanpa cacat

Kerusakan harta benda

Insiden tanpa cidera atau kerugian yang tampak

Teori Frank E. Bird Peterson

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kecelakaan ini semuanya menimbulkan kerugian yang tidak diinginkan, antara lain:

1.       Kerugian Ekonomis


· Kerusakan bahan dan mesin

      Tangible

      Intangible

· Hari kerja yang hilang

      Hilang pendapatan

      Gangguan usaha

      Gangguan suplay

      Kenaikan premi

      Kontrak buruh/mesin

      Kehilangan keuntungan atas barang jadi

      Biaya pemulihan kepercayaan

· Biaya pengobatan

      Status asuransi

      Asuransi kecelakaan pribadi

      Biaya pemulihan

      Biaya tak diasuransikan


2.       Kerugian Non Ekonomis


· Penderitaan fisik

      Sakit

      Cidera

      Cacat Permanen

      Efek kesehatan jangka panjang

      Kematian

· Klaim atas kepercayaan

      Kepercayaan atas produk

      Kepercayaan professional

      Kepercayaan pekerja

      Klaim yang timbul akibat hubungan industrial

· Konsekwensi kehilangan

      Hilang waktu

      Hilang kepercayaan

      Hilang kemerdekaan

      Hilang percaya diri

      Gangguan kehidupan

      Perubahan kebahagiaan

· Rasa tidak aman


Ini telah dijabarkan dan direfleksikan dalam suatu teori Iceberg seperti dibawah ini:


$ 1

$ 5 to $ 50

$ 1 to $ 3

 

·  Biayabiaya yang diasuransikan :

      Perawatan medis

      Ganti rugi

 

 

·  Biaya yang tidak diasuransikan

      Kerusakan gedung

      Kerusakan peralatan produksi

      Pembelian peralatan P3K

 

·  Biaya lain – lain

      Gaji yang dikeluarkan pada “ waktu hilang “

      Biaya lembur

      Waktu penyelidikan kecelakaan

      Citra buruk perusahaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Teori Gunung Es ( Iceberg)

 

Kejadian (Incident) adalah peristiwa yang menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan atau berpotensi terhadap terjadinya suatu kecelakaan. Insiden dibedakan menjadi :

1.      Near Miss, yaitu kejadian yang dapat menyebabkan cidera.

2.      Kerusakan property, yaitu kejadian ysng dapat menyebabkan kerusakan alat.

3.      Kerusakan Lingkungan, yaitu kejadian yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan kerja

Insiden terjadi saat energi yang tidak bisa dikendalikan, menciptakan stress pada suatu struktur ( barang atau orang ) yang lebih besar daripada yang bisa ditanggungnya.                 ( William Haddon ).

Dari 75.000 insiden industri dapat diintregasikan dalam suatu persentase sebagai berikut

· 98% dari insiden itu bisa dicegah

· 88% darinya diakibatkan tindakan tidak aman yang dilakukan orang.

· 10% darinya akibat kondisi fisik atau mekanis yang berbahaya.

· 2% tidak bisa ditentukan (Herbert Heinrich ):

Metode yang paling bernilai dalam pencegahan kecelakaan adalah analog dengan metoda yang dibutuhkan untuk pengendalian mutu, biaya, dan kualitas produksi tidak menitik beratkan berapa santunan yang layak diberikan kepada pekerja agar kecelakaan dapat dikurangi. (H.W. Heinrich, 1931) ini dikenal dengan teori domino.

Pengendalian resiko kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan berbagai metoda, yaitu:

1.      Teknis

· Eliminasi : penghilangan sumber bahaya

· Subtitusi : mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya

· Isolasi : proses kerja yang berbahaya disendirikan

· Enclosing : mengurung / memagari sumber bahaya

· Ventilasi

· Maintenance

2.      Administratif


· Monitoring lingkungan kerja

· Pendidikan dan pelatihan

· Labelling

· Pemeriksaan kesehatan

· Rotasi kerja

· Housekeeping: 5S

· Sanitasi yang bersih, mandi, fasilitas kesehatan.


3.      Alat pelindung diri


· Topi pengaman

· Pelindung telinga

· Face shield

· Masker

· Respirator

· Sarung tangan

· Sepatu


Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi dibawah standar merupakan gejala penyebab terjadinya suatu kecelakaan  dan merupakan gejala penyebab  utama akibat kesalahan manajemen. (Frank E. Bird Peterson) ini dikenal dengan teori manajemen.

Oleh : arifin_pararaja

PENGEMBANGAN INTELLIGENT ROBOT (IR)

ENDRIANTO

Yamanashi University

Department of Electrical Engineering and Computer Science



Dewasa ini robot banyak digunakan di bidang industri yang dapat membantu mempercepat produksi dengan ketelitian yang sangat baik. Untuk menggerakkan suatu robot, terlebih dahulu gerakan-gerakan yang diinginkan ditulis di dalam satu program file. Program file tersebut dijalankan di atas komputer yang hasilnya akan dikirimkan (download) ke dalam robot tersebut. Robot semacam ini banyak digunakan di dalam pabrik-pabrik yang sebagai salah satu contohnya adalah pada pabrik pembuatan mobil. Pada pabrik tersebut satu robot hanya dapat mengerjakan beberapa pekerjaan yang berulang-ulang sesuai dengan program yang dimasukkan. Tulisan ini akan memaparkan tentang robot yang disebut dengan Intelligent Robot (IR). Berbeda dengan robot yang digunakan pada industri mobil, IR mempunyai kemampuan untuk melakukan bermacammacam gerakan yang di disesuaikan dengan keadaan sekelilingnya. Untuk mengetahui keadaan sekelilingnya, IR menggunakan beberapa sensor seperti sensor ultrasonik, sensor cahaya, sensor infrared, sensor bunyi, sensor touch dan lain-lain. Pertama-tama robot akan mengenal keadaan sekelilingnya dengan menggunakan beberapa sensor. Keadaan sekeliling robot ini merupakan input bagi program yang dijalankan di dalam robot, hasil dari program inilah yang menentukan gerakan gerakan robot. Baca lebih lanjut

Puluhan Siswa MA Swasta Tak Lulus Unas

MADIUN – Tingkat kelulusan siswa madrasah aliyah (MA) swasta di Kabupaten Madiun cukup memprihatinkan. Dari 652 siswa MA peserta Unas tahun ini, sebanyak 57 siswa dinyatakan tidak lulus. Dari jumlah itu, 56 di antaranya siswa MA swasta. Sisanya yang 1 siswa berasal dari MA negeri.

Kakandepag Kabupaten Madiun Sofyan Djauhari mengatakan, tingginya angka ketidaklulusan siswa MA swasta akibat minimnya fasilitas. ”Seperti minimnya tenaga pengajar ataupun laboratorium di sekolah. Kami menyadari, karena lembaga swasta kebanyakan milik perorangan sehingga kurang maksimal,” ujar Sofyan, kemarin (15/6). Baca lebih lanjut

Ada Sujud Syukur, Coret-Coret, Konvoi

BAGI siswa SMA sederajat di kawasan Madiun Raya, pengumuman kelulusan menjadi akhir sebuah penantian panjang selama tiga tahun. Tradisinya, ada yang merayakannya dengan aksi coret-coret, konvoi, tanda tangan di kain panjang, sujud syukur atau dengan tangis haru karena keberhasilan tersebut.

Seperti di wilayah Kota Madiun, sujud syukur dilakukan siswa dan guru SMAN 6 sebelum hasil ujian nasional (unas) diberikan kepada anak didik melalui wali murid. ”Sujud syukur ini akan kami tradisikan setiap tahun,”’ ujar Hendrijanto, kepala SMA 6 usai salat dzuhur berjamaah di musala sekolah, kemarin (14/6). Baca lebih lanjut

Siswi SMK Poncol Terbaik Jatim

MADIUN – Dunia pendidikan wilayah Madiun Raya diselamatkan oleh Murtini. Siswi SMK Negeri Poncol, Magetan, itu meraih nilai ujian nasional (unas) tertinggi se-Jawa Timur untuk sekolah kejuruan. Dari tiga mata pelajaran yang diujikan, dia membukukan nilai 36,86.

”Prestasi Murtini ini sangat membanggakan. Sebab, untuk SMK sebelumnya diperkirakan akan jeblok. Tapi, malah menjadi yang terbaik se-Jatim,” terang Kepala Dinas Pendidikan Magetan, Bambang Trianto, kemarin (14/6).

Dari nilai komulatif 36,86 itu, untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia mendapat 9,32, Bahasa Inggris 8, 91 dan Matematika 9, 50. ”Prestasi ini sangat kami syukuri dan harus diapresiasi.. Ke depan, sekolah harus memiliki persiapan yang lebih matang dari unas tahun ini,” terang Bambang.

Meski tak moncer, Bambang juga puas dengan tingkat kelulusan siswa SMA sederajat di Magetan. Dari 2.900 pelajar yang terdaftar unas, hanya delapan siswa yang tidak lulus atau 0,03 persen. Siswa tidak lulus itu mayoritas dari SMA swasta. ”Dua di antara delapan siswa itu memang tidak mengikuti ujian,” katanya. Baca lebih lanjut